~*~KALiMAH TAUHiD~*~







~**~TiADA TUHAN KECUALi ALLAH, MUHAMMAD RASULULLAH pd SETiAP KERLiPAN & PD SETiAP NAFAS Sbyk LuasNYA APA YG ADA pd iLMU ALLAH ~**~

~*~SOLATLah KiTa, Sebelum KiTa diSOLATkan~*~


~*~PLS OPEN this WEB with MOZILLA FIREFOX or INTERNET EXPLORER...for BEST Results, Tq (^^,)

HADIS ~ PESANAN RASUL KITA, UTK UMATNYA TERSAYANG!!!


Drpd Nabi SAW bsabda:~

Ssiapa ke MASJID pd Waktu PAGI/pd Waktu PETANG Allah akan menyediakan utknya satu TEMPAT TINGGAL di Syurga apabila dia pergi samada pd Waktu PAGI atau pd Waktu PETANG

(HR Muslim, #1073)




~*~*~*[MUTiARA HADIS_1]








~~*~~[MUTiARA HADIS_2]





~~**~~[MUTiARA HADIS_3]





~~***~~[MUTiARA HADIS_4]





~*~*~*~*
~*~
~*~


PESAN Rasululah SAW

“Sesungguhnya AMAT dirasa BERAT oleh seOrg MUNAFIK, UTK melaksanakan SOLAT ISYA dan SOLAT SUBUH Sekiranya MEREKA TAHU akan keAGUNGan PAHALAnya, nescaya mereka mendatanginya (ke MASJID, SOLAT berJEMAAH) sekalipun dlm keadaan MERANGKAK2”

(HR Bukhari Muslim)

~*~Hadis Abu Hurairah RA:

Drpda Nabi SAW bSabda: Sesiapa yg pergi ke MASJID pada waktu PAGI atau pada waktu PETANG Allah akan menyediakan untuknya satu TEMPAT TINGGAL di SYURGA apabila dia pergi SAMADA pada waktu PAGI atau PETANG.

(HR Muslim, #1073)

~*~
“Sesungguhnya Allah akan mgumpulkan Org2 MUNAFIK dan 0rg2 KAFIR di dlm JAHANNAM


(QS An Nisa:140).


SOLAT BERJEMAAH LEBIH TINGGI 27 DERAJAT DIBANDING SOLAT SENDIRI“

(HR Bukhari &Muslim)


***

Thursday, December 24, 2009

Sirah Rasulullah SAW_1




00 IBRAHIM
01 Isma'eel
02 Nabit
03 Yashjub
04 Tayrah
05 Nahur
06 Muqawwam
07 Udad
08 'Adnan
09 Mu'ad
10 Nizar
11 Mudar
12 Ilyas
13 Mudrika
14 Khuzayma
15 Kinana
16 Al Nadr (Al Quraysh)
17 Malik
18 Fihr
19 Ghalib
20 Lu'ayy
21 Ka'ab
22 Murra
23 Kilab
24 Qussayy (Real name: Zayd)
25 'Abdu Manaf (Real name: Al Mughira)
26 Hashim (Real name: 'Amr) as Banu Hashim
27 'Abdu Al Mutallib (Real name: Shaiba)
28 'Abdullah
29 MUHAMMAD saw


S E J A R A H   H I D U P   M U H A M M A D

oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah


Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980


Seri PUSTAKA ISLAM No.1


KATA PERKENALAN

Oleh almarhum Syaikh Muhammad Mustafa al-Maraghi
(Rektor Magnificus Universitas Al-Azhar)

SEJAK manusia berada di permukaan bumi ini, hasratnya ingin
mengetahui segala hukum dan kodrat alam yang terdapat di
sekitarnya, besar sekali. Makin dalam ia meneliti, makin
tampak kepadanya kebesaran alam itu, melebihi yang semula.
Kelemahan dirinya makin tampak pula dan keangkuhannyapun makin
berkurang.

Demikianlah, Nabi yang membawa Islam itupun sama pula dengan
alam itu. Sejak bumi ini menerima cahaya Nabi, para ulama
berusaha mencari segi-segi kemanusiaan yang besar daripadanya,
mencari nilai-nilai Asma Allah dalam pemikirannya, dalam
akhlaknya, dalam ilmunya. Dan kalaupun mereka mampu mencapai
pengetahuan itu seperlunya, namun sampai kini pengetahuan yang
sempurna belum juga mereka capai. Perjuangan yang mereka
hadapi masih panjang, jaraknya masih jauh, jalannyapun tak
berkesudahan.

Kenabian adalah anugerah Tuhan, tak dapat dicapai dengan
usaha. Akan tetapi ilmu dan kebijaksanaan Allah yang berlaku,
diberikan kepada orang yang bersedia menerimanya, yang sanggup
memikul segala bebannya. Allah lebih mengetahui di mana
risalah-Nya itu akan ditempatkan. Muhammad s.a.w. sudah
disiapkan membawa risalah (misi) itu ke seluruh dunia, bagi si
putih dan si hitam, bagi si lemah dan si kuat. Ia disiapkan
membawa risalah agama yang sempurna, dan dengan itu menjadi
penutup para nabi dan rasul, yang hanya satu-satunya menjadi
sinar petunjuk, sekalipun nanti langit akan terbelah,
bintang-bintang akan runtuh dan bumi inipun akan berganti
dengan bumi dan angkasa lain.

Kesucian para nabi dalam membawa risalah dan meneruskan amanat
wahyu itu, adalah masalah yang tak dapat dimasuki oleh kaum
cendekiawan. Bagi para nabi, sudah tak ada pilihan lain.
Mereka menerima risalah dan amanat, dan itu harus disampaikan,
sesudah mereka diberi cap dengan stempel kenabian. Tugas
menyampaikan amanat demikian itu sudah menjadi konsekwensi
wajar bagi seorang nabi, yang tak dapat dielakkan. Akan
tetapi, tidak selamanya wahyu itu menyertai para nabi dalam
tiap perbuatan dan kata-kata mereka. Mereka juga tidak bebas
dari kesalahan. Bedanya dengan manusia biasa, Allah tidak
membiarkan mereka hanyut dalam kesalahan itu sesudah sekali
terjadi, dan kadang mereka segera mendapat teguran.

Muhammad s.a.w. telah mendapat perintah Tuhan guna
menyampaikan amanat itu, dengan tidak dijelaskan jalan yang
harus ditempuhnya, baik dalam cara menyampaikan risalah atau
dalam cara, mempertahankannya. Pelaksanaannya diserahkan
kepadanya, menurut kemampuan akalnya, pengetahuannya dan
kecerdasannya, sebagaimana biasa dilakukan oleh kaum
cerdik-pandai lainnya. Kemudian datang wahyu memberikan
penjelasan secara tegas tentang segala sesuatu yang mengenai
Zat Tuhan, ke-EsaanNya, Sifat-sifatNya serta cara-cara
beribadat. Tetapi tidak demikian tata-cara kemasyarakatan,
dalam keluarga, tentang desa dan kota, tentang negara, baik
yang berdiri sendiri atau yang terikat oleh negara-negara
lain.

Di samping itu masih banyak sekali bidang lain yang harus
diselidiki sehubungan dengan kebesaran Nabi s.a.w. sebelum
datangnya wahyu. Juga tidak kurang kebesaran itu yang harus
diselidiki sesudah datangnya wahyu. Ia menjadi utusan Tuhan
dan mengajak orang kepadaNya. Ia melindungi ajakannya (dakwah)
itu serta membela kebebasan para penganjurnya. Ia menjadi
pemimpin umat Islam, menjadi panglima perangnya; ia menjadi
mufti, menjadi hakim dan organisator seluruh jaringan
komunikasi dalam hubungan sesamanya dan antar-bangsa. Dalam
segala hal ia dapat menegakkan keadilan. Ia mempersatukan
bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok itu, sesuai dengan yang
dapat diterima akal sehat. Ia telah memperlihatkan
kemampuannya berpikir, ketenangannya serta pandangannya yang
jauh. Ia dapat memperlihatkan kecerdasannya serta kemampuannya
berpikir cepat dan tepat dengan keteguhan hati terhadap setiap
kata dan perbuatan. Ia telah menjadi sumber ilmu dan
pengetahuan. Ia menjadi lambang kefasihan, yang menyebabkan
para ahli dalam bidang itu harus takluk dan menundukkan
kepala, mengakui kebesaran dan kedahsyatannya. Akhirnya ia
melepaskan dunia fana ini dengan rela hati atas pekerjaannya,
yang juga sudah mendapat kerelaan Allah dan kaum Muslimin
pula.

Semua segi itu perlu sekali dijadikan bahan studi dan perlu
mendapat pengamatan yang lebih teliti. Supaya semua segi itu
dapat dilaksanakan dengan baik, tentu tidak dapat dilakukan
oleh hanya seorang saja. Bahkan satu segi sajapun takkan dapat
dicapai.

Sebagaimana terhadap sejarah hidup orang-orang besar umumnya,
orang biasanya suka menambahkan hal-hal yang tidak semestinya,
demikian juga terhadap sejarah hidup Muhammad s.a.w. --baik
karena didorong oleh rasa cinta dan maksud baik, ataupun
karena didorong oleh rasa dengki dan maksud jahat. Hanya
bedanya dari biografi orang-orang besar itu ialah, bahwa di
sini tidak sedikit yang disertai dengan wahyu Ilahi dan
jaminan akan terpeliharanya Qur'an Suci, disamping tidak
sedikit pula keterangan-keterangan dari mereka yang hafal
Qur'an daripada ahli-ahli hadis yang dapat dipercaya. Atas
landasan-landasan yang kuat itulah penulisan sejarah harus
didasarkan, dan dari situ pula para sarjana harus mengambil
sumber-sumber pemikiran dan penelitiannya. Kemudian lalu
membuat suatu analisa yang benar-benar ilmiah sifatnya, dengan
melihat suasana lingkungan dan milieu serta
kepercayaan-kepercayaan, susunan masyarakat dan adat-istiadat
dari segala seginya yang berbagai ragam itu.

Dalam hal ini Dr. Haekal telah menyelesaikan karyanya, Hayat
Muhammad, tentang peri hidup Muhammad s.a.w. Dengan senang
hati sekali saya telah membaca sebagian buku itu sebelum
seluruhnya selesai dicetak. Di kalangan pembaca berbahasa Arab
Dr. Haekal sudah cukup dikenal dengan karya-karyanya yang
tidak sedikit jumlahnya, sehingga tidak perlu lagi rasanya
diperkenalkan. Dia adalah seorang sarjana hukum dan ahli
filsafat. Posisi dan sifat jabatannya memungkinkan dia
mengadakan hubungan dengan kebudayaan lama dan kebudayaan
modern. Dalam hal ini ia telah dapat melaksanakan tugas itu
sebaik-baiknya. Ia sering bertukar pikiran dan berdiskusi
mengenai masalah-masalah kepercayaan, pandangan hidup,
mengenai kaidah-kaidah sosial, politik dan sebagainya. Dengan
demikian ia berpikir lebih matang, pengalaman dan
pengetahuannyapun makin luas, pandangannya juga cukup jauh
pula. Ia dapat mempertahankan pendapatnya itu dengan logika
dan argumentasi yang kuat , dengan gayanya yang khas dan sudah
cukup dikenal.

Dengan intelegensia dan kemampuan semacam itulah Dr. Haekal
menulis bukunya itu. Dalam kata pengantarnya ia menyebutkan:

"Sungguhpun begitu saya tidak beranggapan, bahwa saya sudah
sampai ke tujuan terakhir dalam menyelidiki sejarah hidup
Muhammad. Bahkan barangkali akan lebih tepat bila saya
katakan, bahwa saya baru dalam taraf permulaan mengadakan
penyelidikan dengan metoda ilmiah yang baru dalam bahasa Arab
ini.

Mungkin pembaca akan terkejut bila saya katakan, bahwa antara
dakwah Muhammad dengan metoda ilmiah modern mempunyai
persamaan yang besar sekali. Metoda ilmiah ini ialah
mengharuskan kita --apabila kita hendak mengadakan suatu
penyelidikan-- terlebih dulu kita membebaskan diri dari segala
prasangka, pandangan hidup dan kepercayaan yang sudah ada pada
diri kita, yang berhubungan dengan penyelidikan itu. Di
situlah kita memulai dengan mengadakan observasi dan
eksperimen, mengadakan perbandingan yang sistematis, kemudian
baru dengan silogisma yang sudah didasarkan kepada
premisa-premisa tadi. Apabila semua itu sudah dapat
disimpulkan, maka kesimpulan demikian itu pun dengan
sendirinya masih perlu dibahas dan diselidiki lagi. Tetapi
bagaimanapun juga ini sudah merupakan suatu data ilmiah selama
penyelidikan tersebut belum memperlihatkan kekeliruan. Metoda
ilmiah demikian ini ialah yang terbaik yang pernah --dicapai
umat manusia demi kemerdekaan berpikir. Metoda dan dasar-dasar
dakwah demikian inilah yang menjadi pegangan Muhammad".

Bahwa metoda demikian ini adalah metoda Qur'an, hal itu sudah
tidak perlu diragukan lagi. Bagi Qur'an rasio harus menjadi
juru penengah, sedang yang harus menjadi dasar ilmu ialah
pembuktiannya. Qur'an mencela sikap meniru-niru buta dan
mereka-reka yang hanya didasarkan pada prasangka. "Dan bahwa
prasangka itu tidak berguna sedikit pun terhadap kebenaran"1
Mengkultuskan suatu kebiasaan, yang hanya karena dilakukan
oleh nenek moyang, juga dicela. Qur'an mengharuskan orang
berdakwah itu dengan pikiran yang bijaksana. Kekuatan mujizat
Muhammad s.a.w. hanyalah dalam Qur'an, dan mujizat ini sungguh
rasionil adanya.

Sajak Bushiri2 berikut ini memang indah sekali:

Tidak sampai kita dicoba
Yang akan meletihkan akal karenanya
Sebab sayangnya kepada kita
Kita pun tak ragu, kita pun tak sangsi.

Kalau cara pembahasan demikian ini merupakan suatu cara yang
baru, memang suatu hal yang tak dapat dielakkan. Dr. Haekal
sudah bergaul dengan ulama dan sarjana-sarjana lain dalam hal
ini. Dan memang ini pula cara Qur'an seperti sudah
dikatakannya tadi. Dan memang itu pula yang pernah ditempuh
sarjana-sarjana Islam dahulu. Coba kita lihat misalnya
buku-buku ilmu kalam (teologi spekulatif); mereka menentukan,
bahwa kewajiban kita pertama ialah mengenal Tuhan
(ma'rifatullah). Yang lain berkata: Tidak. Yang pertama harus
ditempuh ialah syak (skepsis). Lalu tak ada jalan lain untuk
mencapai ma'rifat (connaissance) itu kecuali dengan
pembuktian. Dan kalaupun itu dapat digolongkan ke dalam
pengertian syllogisma namun premisa-premisanya harus sudah
pasti dan dapat dirasakan, dan secara intuitif akhirnya dapat
pula dipahami berdasarkan pengalaman yang sempurna dan dapat
dipastikan sungguh-sungguh, seperti sudah biasa dikenal dalam
logika. Setiap kesalahan yang dapat menyusup ke dalam
premisa-premisa itu atau ke dalam bentuk penyusunannya, dapat
merusak pembuktian tersebut.

Yang menempuh jalan demikian ini ialah Imam Ghazali. Dalam
salah satu bukunya ia mengatakan, bahwa terlebih dulu ia
membebaskan diri dari segala macam konsepsi. Kemudian baru ia
berpikir dan menimbang kembali, menyusun kembali lalu membuat
beberapa perbandingan. Dikemukakannya beberapa argumentasi,
diujinya dan dianalisa. Dari semua itu kemudian ia memperoleh
petunjuk, bahwa Islam dan tuntunan yang diberikan menurut
konsepsi Islam adalah benar. Imam Ghazali melakukan ini guna
menghindarkan hal-hal yang bersifat taklid. Ia ingin membina
keimanannya itu atas dasar iman yang pasti, yang berlandaskan
argumen dan pembuktian, yakni iman yang kebenarannya sudah
menjadi pegangan kaum Muslimin tanpa ada khilafiah.

Juga dalam buku-buku ilmu kalam tidak sedikit kita jumpai
kisah abstraksi (pembebasan diri dari segala kepercayaan dan
konsepsi) yang sudah biasa dikenal dalam rukun iman itu,
kemudian dibahas dan ditinjaunya kembali. Abstraksi adalah
cara yang sudah lama ada, juga dengan cara-cara eksperimen dan
penyelidikan sudah lama ada. Eksperimen dan penyelidikan yang
sempurna ialah hasil daripada suatu observasi. Semua itu bagi
kita bukan barang baru. Akan tetapi cara-cara lama ini, baik
dalam teori maupun praktek, yang subur di Timur hanyalah
cara-cara taklid dengan mengabaikan peranan rasio. Sesudah
kemudian oleh orang Barat dikeluarkan kembali dalam bentuk
yang lebih matang sehingga dapat dimanfaatkan --baik dalam
teori ataupun praktek-- kitapun lalu kembali mengambil dari
sana. Demikian juga dalam ilmu pengetahuan kita menganggapnya
sebagai sesuatu yang baru pula.

Ketentuan ilmiah dalam cara penyelidikan demikian ini sudah
cukup dikenal, baik yang lama maupun yang modern. Untuk
sekedar mengetahui memang mudah, tapi melaksanakannya itulah
yang sulit. Orang tidak banyak berselisih pendapat mengenai
pengetahuan tentang hukum, misalnya. Tetapi dalam melaksanakan
ketentuan hukum itu, pendapat orang jauh sekali berbeda-beda.

Membebaskan diri dari konsepsi, observasi dan eksperimen,
induksi dan deduksi, adalah kata-kata yang mudah. Akan tetapi
bagi orang yang sudah begitu jauh hanyut dalam beban warisan
yang sudah mendarah daging, dalam beban lingkungan, dalam
rumah tangga, dalam desa, kota, negara atau dalam sekolah,
tekanan-tekanan kepercayaan yang sudah ada, temperamen,
kesehatan, penyakit serta segala macam nafsu, bagaimanakah
akan dengan mudah melaksanakannya? Di sinilah terletak
penyakit itu, dahulu dan sekarang. Itu pula sebab timbulnya
bermacam-macam aliran dan berubah-ubahnya pendapat,
berpindah-pindah dari daerah ke daerah lain, dari bangsa
kepada bangsa lain. Seperti juga kaum wanita yang berganti
mode, filsafat dan peradaban pun berganti corak, generasi demi
generasi. Dan jarang sekali ada sesuatu yang tak lapuk di
hujan tak lekang di panas. Bahkan perubahan itu berjalan
sesuai dengan kaidah-kadiah ilmu pengetahuan yang sejak
berabad-abad tidak pernah diragukan. Terhadap teori
relativitas misalnya, para sarjanapun goyah dan cepat-cepat
merombaknya. Pendapat-pendapat tentang patologi, tentang
terapi, tentang gizi, semua ini masih dalam proses yang
berubah-ubah. Demikian juga apabila kita perhatikan pelbagai
macam produk otak manusia tidak pernah stabil sebelum disertai
pembuktian dengan syarat-syarat yang cukup.

Akan tetapi apa artinya semua ini meskipun sudah dilengkapi
dengan segala pembuktian, bila dibandingkan dengan yang lain,
yang sudah penuh dengan segala macam prasangka dan
angan-angan, yang sudah sarat oleh pikiran-pikiran yang sakit
atau di bawah tekanan politik. Hal inilah yang diketengahkan
oleh para ulama dan sarjana yang gemar mengadakan pertentangan
dengan pihak lain, dengan melahirkan aliran-aliran dan
pendapat-pendapat demikian itu! Kekacauan pikiran ini mungkin
akan mengurangi semangat ulama atau sarjana-sarjana yang hanya
mendewa-dewakan akal semata. Dan pada waktunya akan
mengalihkan pandangan mereka kepada kebenaran dan keimanan,
yakni wahyu yang sebenarnya, yaitu Qur'an Suci dan Sunah yang
sahih.

Baiklah, sekarang kita kembali kepada Dr. Haekal dan bukunya
ini.

Beberapa ahli ilmu kalam mengatakan, bahwa dengan
memperhatikan astronomi dan anatomi jelas sekali menunjukkan
sempurnanya kodrat Ilahi tentang susunan alam ini. Dan sayapun
memperkuat pendapat ini, bahwa ilmu pengetahuan dan penemuan
mengenai ketentuan-ketentuan serta segenap rahasia alam
semesta inipun akan menjadi pendukung agama, akan memperdekat
pikiran manusia menempuh jalan pengertian yang tadinya masih
kabur, yang tadinya masih di luar jangkauan otaknya. Akhirnya
akan dapat memahami, sejalan seperti yang difirmankan Tuhan:
"Akan segera Kami perlihatkan bukti-bukti Kami dalam segenap
penjuru alam dan dalam diri mereka sendiri, sehingga ternyata
bagi mereka bahwa inilah Kebenaran itu. Belum cukupkah, bahwa
Tuhanmu menjadi Saksi atas segalanya?3

Soal-soal elektro dan segala yang dihasilkannya seperti
penemuan-penemuan lainnya, membantu otak kita memahami adanya
perubahan benda kepada tenaga dan tenaga kepada benda.
Demikian juga spiritualisma telah banyak menerangkan hal-hal
yang tadinya masih dipersengketakan; ternyata ini membantu
memahami adanya pembebasan ruh dan kemungkinan terpisahnya ruh
itu serta memahami kecepatan yang dimiliki ruh itu menempuh
jarak yang jauh. Dr. Haekal telah memanfaatkan hal ini dalam
mengartikan kisah Isra dengan cara yang agak baru. Rasanya
akan terlalu panjang saya bicara bila harus menguraikan faedah
yang akan kita peroleh dari buku Dr. Haekal ini. Cukuplah
kalau saya sebutkan secara keseluruhan saja. Orang akan
melihat sendiri keindahannya, akan menikmati sendiri hasil
pikirannya yang didasarkan kepada bahan-bahan yang otentik
itu, didasarkan kepada pemikiran yang logis, yang didukung
oleh bawaan sewajarnya. Orang akan melihat bahwa Dr. Haekal
sungguh jujur dalam mencari kebenaran, keyakinan memenuhi
kalbunya akan hidayah dan nur yang dibawa dalam wahyu
Muhammad, akan keindahan, kebesaran, suri-teladan dan
kemuliaan yang terdapat dalam biografi Nabi s.a.w. Ia sudah
yakin seyakin-yakinnya, bahwa agama yang dibawa Muhammad
inilah yang akan mengangkat umat manusia dari sarang kebalauan
dan kebingungan, yang akan mengangkat mereka dari kegelapan
materi, dan menyinari mata hati mereka dengan cahaya iman,
mengantarkan mereka kepada Nur Ilahi. Mereka akan menyadari
betapa luas rahmat Tuhan yang meliputi segalanya itu, betapa
besar keagunganNya, seluruh langit dan bumi memuliakanNya dan
segala yang ada memuliakanNya; betapa besar kekuasaanNya,
segala yang ada menjadi kecil di hadapanNya.

Seperti dikatakannya: "Dengan melihat lebih jauh dari itu saya
berpendapat, penyelidikan demikian sudah seharusnya akan
mengantarkan umat manusia ke jalan peradaban yang selama ini
dicarinya. Apabila pihak Nasrani di Barat merasa dirinya
terlampau besar akan mendapatkan cahaya baru itu dari Islam
dan dari Rasul, lalu menantikan cahaya itu akan datang dari
teosofi India dan dari pelbagai macam aliran di Timur Jauh
lainnya, maka orang-orang di Timurpun, baik umat Islam, Yahudi
atau Kristen, layak sekali bertindak mengadakan penyelidikan
berharga ini, dengan sikap yang bersih dan jujur, yakni
satu-satunya cara yang akan mencapai kebenaran.

Cara pemikiran Islam yang pada dasarnya adalah pemikiran
ilmiah menurut metoda modern dalam hubungan manusia dengan
lingkungan hidup sekitarnya, yang dari segi ini realistik
sekali, berubah menjadi pemikiran yang subyektif ketika
masalahnya menjadi hubungan manusia dengan alam semesta dan
Pencipta alam".

Dan katanya lagi: "Akan tetapi adanya gejala-gejala akan
lenyapnya paganisma yang sekarang menguasai dunia kita,
mengemudikan kebudayaan yang berkuasa sekarang (the ruling
culture), tampak jelas sekali bagi setiap orang yang mau
mengikuti jalannya sejarah dan peristiwa-peristiwa dunia.
Apabila secara khusus dipelajari sungguh-sungguh sejarah hidup
Muhamnad itu sebagai Nabi serta ajaran-ajarannya, masanya
serta revolusi rohani yang terbesar ke seluruh dunia,
barangkali gejala-gejala ini akan makin jelas di depan mata
dunia, bahwa masalah-masalah rohani ini timbul dari pengaruh
sebagai peninggalannya."

Dan keyakinan ini diperkuat oleh kenyataan, bahwa apa yang
sekarang dapat dilihat dari perhatian pihak Barat terhadap
penyelidikan peninggalan-peninggalan Timur serta perhatian
para sarjana mengadakan studi tentang Islam dari segala
seginya, tentang umat Islam masa kini dan masa lampau serta
kesadaran sebahagian mereka terhadap diri Nabi s.a.w.,
ditambah pula oleh pengalaman yang memperkuat, bahwa kebenaran
pasti akan menang, --semua itu menunjukkan bahwa Islam akan
mengembangkan panjinya ke segenap penjuru dunia, dan orang
yang kini sangat keras memusuhinya, dia juga nanti yang akan
menjadi orang paling bersemangat membelanya, dan mereka yang
tadinya masih asing itu akan menjadi kawan seperjuangan pula.
Sebagaimana pada mulanya Islam mendapatkan pembelaan dari
orang-orang asing (dari luar) lingkungan masyarakat tempat
kelahirannya, juga akhirnya orang-orang asing (luar) dari
bahasa dan tanah airnya itu yang akan membelanya. Islam telah
dimulai secara asing dan akan kembali asing seperti pada
mulanya. Maka bahagialah orang-orang yang asing itu!

Apabila Nabi s.a.w. adalah Nabi penutup dan takkan ada lagi di
dunia ini seorang penunjuk dan pembimbing lain sesudah dia,
dan agamanyapun agama yang sempurna sebagaimana ditegaskan
oleh wahyu, maka tidak mungkin keadaannya akan berhenti sampai
di situ saja seperti selama ini. Cahayanya pasti akan pudar
oleh yang lain, sama halnya seperti bintang-bintang yang jadi
pudar oleh sinar matahari.

Dr. Haekal yang merangkaikan peristiwa-peristiwa itu satu sama
lain memang tepat sekali. Bukunya inipun ternyata disusun
dalam komposisi dan gaya yang teratur dan kuat. Diterangkannya
alasan-alasan, maksud dan pertimbangannya dengan keterangan
yang jelas dan kuat sekali, membuat pembaca merasa puas dan
lega, merasa ada gairah dalam membaca, merasa sejuk hatinya
karena dapat diyakinkan. Ia akan terpengaruh, akan dipaksanya
terus membaca dan takkan melepaskannya sebelum selesai.

Dalam buku ini terdapat beberapa penyelidikan berharga di luar
penulisan biografi, tetapi yang ada hubungannya dengan soal
itu yang terbawa oleh adanya penguraian lebih luas dalam
memberikan keterangan itu.

Saya sudahi pengantar saya ini dengan ucapan Rasulullah
--salam baginya dan bagi keluarganya yang suci serta
sahabat-sahabatnya: "Aku berlindung kepada Nur WajahMu, yang
telah menyinari kegelapan, dan karenanya membawakan kebaikan
bagi dunia dan akhirat - daripada kemurkaanMu yang akan
Kautimpakan kepadaku, atau kebencianMu yang akan Kauturunkan
kepadaku. KeridaanMu juga yang kuminta. Tak ada suatu daya
upaya kalau tidak dengan Allah."

15 Pebruari 1935.

MUHAMMAD NIUSTAFA AL-MARAGHI

Catatan kaki:


1. Qur'an, 53: 28.


2. Syarafuddin Muhammad al-Bushiri penyair Arab
berasal Barbar di Afrika Utara, lahir di Mesir
sekital 1212. Ia terkenal sekali hanya karena
antologinya Al-Burda ("Mantel"). Ia pernah tinggal
lama di Darussalam (Yerusalam) kemudian di Hijaz.
Puisi-puisinya yang masyhur itu ditulis di Mekah.
Pada mulanya ia menderita penyakit lumpuh. Dalam
tidurnya penyair ini konon bermimpi bertemu dengan
Nabi Muhammad yang datang kepadanya dan
menyelimutinya dengan mantelnya. Bushiri terkejut
bangun dan melompat, sehingga ketika itu juga ia
sembuh dari kelumpuhannya. Lalu ia menulis puisinya
yang luar biasa itu, lembut dan mengharukan, sebagai
dedikasi dan eulogi kepada Nabi Muhammad. Bushiri
meninggal sekitar tahun 1294 di Iskandaria. Al-Burda
terjemahan bahasa Inggris The Scarf dilakukan oleh
Faizullah Bahi (1893) dan dalam bahasa Indonesia oleh
Dr. Moh. Tolchah Mansoer. SH (A).


3. Qur'an, 41: 53


MUHAMMAD, 'alaihi'sh-shalatu wassalam.

Dengan nama yang begitu mulia, jutaan bibir setiap hari
mengucapkannya, jutaan jantung setiap saat berdenyut,
berulang kali. Bibir dan jantung yang bergerak dan berdenyut
sejak seribu tiga ratus limapuluh tahun. Dengan nama yang
begitu mulia, berjuta bibir akan terus mengucapkan, berjuta
jantung akan terus berdenyut, sampai akhir zaman

Pada setiap hari di kala fajar menyingsing,
lingkaran-lingkaran putih di ufuk sana mulai nampak hendak
menghalau kegelapan malam, ketika itu seorang muazzin
bangkit, berseru kepada setiap makhluk insani, bahwa bangun
bersembahyang lebih baik daripada terus tidur. Ia mengajak
mereka bersujud kepada Allah, membaca selawat buat
Rasulullah.

Seruan ini disambut oleh ribuan, oleh jutaan umat manusia
dari segenap penjuru bumi, menyemarakkannya dengan salat
menyambut pahala dan rahmat Allah bersamaan dengan terbitnya
hari baru. Dan bila hari siang, mataharipun berangkat
pulang, kini muazzin bangkit menyerukan orang bersembahyang
lohor, lalu salat asar, magrib, isya. Pada setiap kali dalam
sembahyang ini mereka menyebut Muhammad, hamba Allah, Nabi
dan RasulNya itu, dengan penuh permohonan, penuh kerendahan
hati dan syahdu. Dan selama mereka dalam rangkaian
sembahyang lima waktu itu, bergetar jantung mereka menyebut
asma Allah dan menyebut nama Rasulullah. Begitulah mereka,
dan akan begitu mereka, setelah Allah memperlihatkan agama
yang sebenarnya ini dan melimpahkan nikmatNya kepada seluruh
umat manusia.

LINGKUNGAN KEKUASAAN ISLAM YANG PERTAMA

Tidak banyak waktu yang diperlukan Muhammad dalam
menyampaikan ajaran agama, dalam menyebarkan panjinya ke
penjuru dunia. Sebelum wafatnya, Allah telah menyempurnakan
agama ini bagi kaum Muslimin. Dalam pada itu iapun telah
meletakkan landasan penyebaran agama itu: dikirimnya misi
kepada Kisra1, kepada Heraklius dan kepada raja-raja dan
penguasa-penguasa lain supaya mereka sudi menerima Islam.
Tak sampai seratus limapuluh tahun sesudah itu, bendera
Islampun sudah berkibar sampai ke Andalusia di Eropa sebelah
barat, ke India, Turkestan, sampai ke Tiongkok di Asia
Timur, juga telah sampai ke Syam (meliputi Suria, Libanon,
Yordania dan Palestina sekarang), Irak, Persia dan
Afganistan, yang semuanya sudah menerima Islam. Selanjutnya
negeri-negeri Arab dan kerajaan Arab, sampai ke Mesir,
Cyrenaica, Tunisia, Aljazair, Marokko, -sekitar Eropa dan
Afrika- telah dicapai oleh misi Muhammad 'alaihissalam. Dan
sejak waktu itu sampai masa kita sekarang ini panji-panji
Islam tetap berkibar di semua daerah itu, kecuali Spanyol
yang kemudian diserang oleh Kristen dan penduduknya disiksa
dengan bermacam-macam cara kekerasan. Tidak tahan lagi
mereka hidup. Ada di antara mereka yang kembali ke Afrika,
ada pula yang karena takut dan ancaman, berbalik agama
berpindah dari agama asalnya kepada agama kaum tiran yang
menyiksanya.

Hanya saja apa yang telah diderita Islam di Andalusia
sebelah barat Eropa itu ada juga gantinya tatkala kaum
Usmani (Turki) memasukkan dan memperkuat agama Muhammad di
Konstantinopel. Dari sanalah ajaran Islam itu kemudian
menyebar ke Balkan, dan memercik pula sinarnya sampai ke
Rusia dan Polandia sehingga berkibarnya panji-panji Islam
itu berlipat ganda luasnya daripada yang di Spanyol.

Sejak dari semula Islam tersebar hingga masa kita sekarang
ini memang belum ada agama-agama lain yang dapat
mengalahkannya. Dan kalaupun ada di antara umat Islam yang
ditaklukkan, itu hanya karena adanya berbagai macam
kekerasan, kekejaman dan despotisma, yang sebenarnya malah
menambah kekuatan iman mereka kepada Allah, kepada hukum
Islam, dengan memohonkan rahmat dan ampunan daripadaNya.

ISLAM DAN NASRANI

Kekuatan inilah yang telah menyebabkan Islam itu tersebar,
telah dikonfrontasikan langsung dengan pihak Nasrani yang
menghadapinya dengan sikap permusuhan yang sengit sekali.
Muhammad telah berhasil melawan paganisma dan mengikisnya
dari negeri-negeri Arab, seperti juga yang kemudian
dilakukan oleh para penggantinya yang mula-mula, di Persia,
di Afganistan dan tidak sedikit pula di India.
Pengganti-pengganti Muhammad telah dapat juga mengalahkan
kaum Nasrani di Hira, di Yaman, Syam, Mesir dan sampai ke
pusat Nasrani sendiri di Konstantinopel.

Seperti halnya dengan paganisma, adakah juga terhadap agama
Nasrani akan senasib mengalami kelenyapan sebagai salah satu
agama Kitab yang juga dihormati oleh Muhammad dan yang juga
mendapat wahyu melalui Nabinya? Adakah orang-orang Arab itu,
Arab pedalaman yang datang merantau dari pelosok jazirah
padang pasir yang gersang, akan ditakdirkan juga menguasai
taman-taman Andalusia, Bizantium dan daerah-daerah Masehi
lainnya? Lebih baik mati daripada itu. Selama beberapa abad
terus-menerus antara pengikut-pengikut Isa dan
pengikut-pengikut Muhammad telah terjadi peperangan yang
terus-menerus. Dan peperangan itu tidak terbatas pada pedang
dan meriam saja, malah juga diteruskan sampai ke
bidang-bidang perdebatan dan pertentangan teologis yang
dibawa oleh pejuang-pejuang itu, masing-masing atas nama
Muhammad dan atas nama Isa, masing-masing mencari jalan
mempengaruhi umum dan beragitasi membangkitkan fanatisma dan
semangat rakyat jelata

KAUM MUSLIMIN DAN ISA

Akan tetapi Islam melarang kaum Muslimin merendahkan
kedudukan Isa - karena dia hamba Allah yang diberiNya kitab
dan dijadikanNya seorang nabi, dijadikanNya ia orang yang
beroleh berkah di mana pun ia berada, diperintahkanNya ia
melakukan sembahyang, mengeluarkan zakat selama ia masih
hidup, dijadikanNya ia orang yang berbakti kepada ibunya,
dan tidak pula dijadikan orang yang pongah dan celaka.
Bahagia ia tatkala dilahirkan, tatkala ia wafat dan tatkala
ia dibangkitkan hidup kembali.

ORANG-ORANG KRISTEN YANG FANATIK DAN MUHAMMAD

Sedang dari pihak kaum Masehi, banyak di antara mereka itu
yang menyindir-nyindir Muhammad dan menilainya dengan
sifat-sifat yang tidak mungkin dilakukan oleh kaum
terpelajar - untuk melampiaskan rasa kebencian yang ada
dalam hati mereka serta beragitasi membangkitkan emosi
orang. Meskipun ada dikatakan bahwa perang salib itu sudah
berakhir sejak ratusan tahun yang lalu, namun fanatisma
gereja Kristen terhadap Muhammad mencapai puncaknya sampai
pada waktu-waktu belakangan ini. Dan barangkali masih tetap
demikian kalau tidak akan dikatakan malah bertambah,
sekalipun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, berselubung
misi dengan pelbagai macam cara. Hal ini tidak terbatas
hanya pada gereja saja bahkan sampai juga kepada
penulis-penulis dan ahli-ahli pikir Eropa dan Amerika, yang
dapat dikatakan tidak seberapa hubungannya dengan pihak
gereja.

Bisa jadi orang merasa heran bahwa fanatisma Kristen
terhadap Islam masih begitu keras pada suatu zaman yang
diduga adalah zaman cerah dan zaman ilmu pengetahuan, yang
berarti juga zaman toleransi dan kelapangan dada. Dan orang
akan lebih heran lagi apabila mengingat kaum Muslimin yang
mula-mula, betapa mereka merasa gembira melihat kemenangan
kaum Kristen begitu besar terhadap kaum Majusi (Mazdaisma),
melihat kemenangan pasukan Heraklius merebut panji-panji
Persia dan dapat melumpuhkan tentara Kisra. Masa itu Persia
adalah yang memegang tampuk pimpinan di seluruh jazirah Arab
bagian selatan, sesudah Kisra dapat mengusir Abisinia dari
Yaman. Kemudian Kisra mengerahkan pasukannya - pada tahun
614 - di bawah salah seorang panglimanya yang bernama
Syahravaraz2 untuk menyerbu Rumawi, dan dapat mengalahkannya
ketika berhadap-hadapan di Adhri'at3 dan di Bushra4, tidak
jauh dari Syam ke negeri Arab. Mereka banyak yang terbunuh,
kota-kota mereka dihancurkan, kebun-kebun zaitun dirusak.

Pada waktu itu Arab - terutama penduduk Mekah - mengikuti
berita-berita perang itu dengan penuh perhatian. Kedua
kekuatan yang sedang bertarung itu merupakan peristiwa
terbesar yang pernah dikenal dunia pada masa itu.
Negeri-negeri Arab ketika itu menjadi tetangga-tetangganya.
Sebahagian berada di bawah kekuasaan Persia, dan sebahagian
lagi berbatasan dengan Rumawi. Orang-orang kafir Mekah
bergembira sekali melihat kekalahan kaum Kristen itu; sebab
mereka juga Ahli Kitab seperti kaum Muslimin. Mereka
berusaha mengaitkan tercemarnya kekalahan Kristen itu dengan
agama kaum Muslimin.

Sebaliknya pihak Muslimin merasa sedih sekali karena pihak
Rumawi juga Ahli Kitab seperti mereka. Muhammad dan
sahabat-sahabatnya tidak mengharapkan kemenangan pihak
Majusi dalam melawan Kristen. Perselisihan kaum Muslimin dan
kaum kafir Mekah ini sampai menimbulkan sikap saling
berbantah dari kedua belah pihak. Kaum kafirnya mengejek
kaum Muslimin, sampai ada di antara mereka itu yang
menyatakan kegembiraannya di depan Abu Bakrf dan Abu Bakrpun
sampai marah dengan mengatakan: Jangan lekas-lekas gembira;
pihak Rumawi akan mengadakan pembalasan.

Abu Bakr adalah orang yang terkenal tenang dan lembut hati.
Mendengar jawaban itu pihak kafir membalasnya dengan ejekan
pula: Engkau pembohong. Abu Bakr marah: Engkaulah musuh
Tuhan yang pembohong! Hal ini disertai dengan taruhan
sepuluh ekor unta bahwa pihak Rumawi akan mengalahkan kaum
Majusi dalam waktu setahun. Muhammad mengetahui adanya
peristiwa taruhan ini, lalu dinasehatinya Abu Bakr, supaya
taruhan itu ditambah dan waktunyapun diperpanjang. Abu Bakr
memperbanyak jumlah taruhannya sampai seratus ekor unta
dengan ketentuan, bahwa Persia akan dapat dikalahkan dalam
waktu kurang dari sembilan tahun.

Dalam tahun 625 ternyata Heraklius menang melawan pihak
Persia. Syam direbutnya kembali dan Salib Besar dapat
diambil lagi. Dalam taruhan ini Abu Bakrpun menang. Sebagai
nubuat atas kemenagan ini firman Tuhan turun seperti dalam
awal Surah ar-Rum: "Alif- Lam. Mim. Kerajaan Rumawi telah
dikalahkan. Di negeri terdekat. Dan mereka, sesudah
kekalahan itu, akan mendapat kemenangan. Dalam beberapa
tahun saja. Di tangan Tuhan keputusan itu. Pada masa lampau,
dan masa akan datang. Pada hari itu orang-orang beriman akan
bergembira. Dengan pertolongan Allah; Ia menolong siapa yang
dikehendakiNya. Maha Mulia Ia dalam Kekuasaan dan Maha
Penyayang. Demikian janji Allah. Allah takkan menyalahi
janjiNya. Tetapi kebanyakan orang tidak mengerti." (QS,
30:1-6)

Besar sekali kegembiraan kaum Muslimin atas kemenangan
Heraklius dan kaum Nasrani itu. Hubungan persaudaraan antara
mereka yang menjadi pengikut Muhammad dan mereka yang
percaya kepada Isa, selama hidup Nabi, besar sekali,
meskipun antara keduanya sering terjadi perdebatan. Tetapi
tidak demikian halnya kaum Muslimin dengan pihak Yahudi,
yang pada mulanya bersikap damai, lambat-laun telah menjadi
permusuhan yang berlarut-larut, yang sampai meninggalkan
bekas berdarah dan membawa akibat keluarnya orang-orang
Yahudi dari seluruh jazirah Arab. Kebenaran atas kejadian
ini ialah firman Tuhan: "Pasti akan kaudapati orang-orang
yang paling keras memusuhi mereka yang beriman ialah
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik; dan pasti akan
kaudapati orang-orang yang paling akrab bersahabat dengan
mereka yang beriman ialah mereka yang berkata: 'Kami ini
orang-orang Nasrani.' Sebab, di antara mereka terdapat kaum
pendeta dan rahib-rahib, dan mereka itu tidak menyombongkan
diri." (QS, 5:82)

DASAR-DASAR YANG SEDERHANA DALAM KEDUA AGAMA

Kemudian kita melihat kedua agama ini mempunyai konsepsi
tentang hidup dan akhlak yang dapat dikatakan sama. Keduanya
memandang manusia dan awal mula penjadiannya sama: Allah
menciptakan Adam dan Hawa dan keduanya ditempatkan dalam
surga, kemudian diwahyukan jangan mereka mendengarkan godaan
setan. Tetapi mereka makan juga (buah) dari pohon itu, maka
merekapun keluar dari surga. Setan yang tak mau tunduk
kepada Adam, adalah musuh mereka - sebagaimana diwahyukan
Allah kepada Muhammad - dan yang tidak mau menyucikan
kalimat Allah, menurut kitab-kitab SUCI kaum Nasrani. Setan
memperdayakan Hawa dan membujuknya. Lalu Hawapun membujuk
Adam dan keduanya sama-sama makan dari Pohon Abadi itu.
Karena itu, maka tampaklah aurat mereka. Merekapun minta
ampun kepada Tuhan dan Tuhan mengirimkan mereka ke bumi,
yang akan jadi saling bermusuhan di antara sebagian
keturunan mereka, dan yang akan diperdayakan setan, sehingga
akan ada golongan yang sesat dan ada pula yang akan melawan
kehancuran itu.

Untuk memperkuat perjuangan manusia melawan godaan dosa itu,
Tuhan telah mengutus Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan nabi-nabi
yang lain, dan kepada setiap rasul itu disertakan pula kitab
(wahyu) menurut bahasa masyarakat lingkungan guna memperkuat
apa yang datang dari Tuhan dan memberi penerangan kepada
mereka. Sebagaimana juga di pihak setan ada barisan yang
membela nafsu kejahatan, juga para malaikat memuja dan
menguduskan kesucian Tuhan. Masing-masing mereka itu saling
berselisih menghadapi hidup dan alam ini sampai Hari
Kebangkitan, tatkala setiap jiwa kelak akan memperoleh hasil
sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan takkan ada seorang
teman akrabpun yang sudi menanyakan teman lainnya.

PERBEDAAN TAUHID DAN TRINITAS

Akan kita lihat dalam Qur'an yang telah menyebutkan Isa dan
Mariam dengan penghormatan serta penghargaan yang demikian
rupa dari Tuhan sehingga kitapun karenanya turut bersimpati
pula, terbawa oleh rasa persaudaraan. Tetapi apa yang
menyebabkan kita lalu bertanya?: Kalau begitu, kenapa kaum
Muslimin dan Kristen selama berabad-abad terus bermusuhan
dan berperang? Jawaban atas pertanyaan ini ialah, bahwa
antara ajaran-ajaran Islam dan Kristen itu terdapat
perbedaan asasi yang menjadi suatu sebab perdebatan hebat
semasa Nabi, sekalipun perdebatan demikian itu tidak sampai
melampaui batas permusuhan dan kebencian. Kaum Kristen tidak
mengakui kenabian Muhammad seperti Islam yang mengakui
kenabian Isa; Kristen berlandaskan Trinitas, sedang Islam
samasekali menolak, selain Tauhid. Kaum Kristen menuhankan
Isa, dan berpegang pada argumentasi ketuhanannya itu bahwa
dia sudah berbicara sejak di dalam buaian serta
memperlihatkan mujizat-mujizat yang tak dapat dilakukan oleh
yang lain; suatu hal yang sebenarnya hanya dapat dilakukan
oleh Tuhan.

KAUM NASRANI MENGAJAK NABI BERDEBAT

Pada masa permulaan Islam mereka mendebat kaum Muslimin
tentang itu dengan menggunakan Quran, dengan berkata:
Bukankah Quran yang diturunkan kepada Muhammad itu mengakui
pendapat kami ketika berkata: "Dan tatkala para malaikat
berkata: 'Aduhai Mariam, Tuhan menyampaikan berita gembira
kepadamu dengan Firman Tuhan: namanya Isa al Masih anak
Mariam, orang terpandang di dunia dan di akhirat dan
termasuk orang yang dekat (kepada Tuhan). Ia akan berbicara
dengan orang semasa ia anak-anak dan sesudah dewasa dan ia
tergolong orang yang baik-baik.' Kata (Mariam)-nya: 'Tuhan,
dari mana saya akan mendapatkan anak, padahal tak ada orang
yang menyentuhku.' Ia (Tuhan) berkata: 'Begitulah, Tuhan
mencipta menurut kehendakNya. Jika ia memutuskan sesuatu, Ia
hanya berkata: Jadilah, maka iapun jadi. Dan ia mengajarkan
Kitab kepadanya, hikmah kebijaksanaan, Taurat dan Injil. Dan
ia diutus menjadi Rasul bagi Keluarga Israil: 'Aku datang
kepadamu membawa sebuah Bukti dari Tuhanmu. Kuciptakan dari
tanah liat bentuk serupa burung. Kutiup ia lalu ia menjadi
seekor burung dengan ijin Allah, dan aku dapat menyembuhkan
orang buta dan berpenyakit kusta serta menghidupkan orang
mati dengan ijin Allah. Akupun dapat memberitahukan kepadamu
apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan dalam rumahmu.
Itulah suatu bukti bagimu bila kamu orang-orang yang
beriman." (QS, 3:45-49)

Jadi Qur'an menegaskan, bahwa ia menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang buta asal dari kelahiran, menyembuhkan
kusta, dan dari segumpal tanah dijadikannya seekor burung
dan dapat membuat ramalan dan semua ini adalah merupakan
sifat-sifat Ilahiah. Inilah pandangan kaum Nasrani masa
Nabi, yang dijadikan mereka bahan argumentasi dan
mengajaknya berdebat dengan pendirian, bahwa Isa juga Tuhan
di samping Allah. Dan ada lagi segolongan mereka itu yang
berpendirian menuhankan Mariam karena Allah telah menurunkan
SabdaNya kepadanya. Pendirian kaum Nasrani yang demikian
pada masa itu menganggap Mariam satu dari tiga dalam
Trinitas Bapa, Anak dan Ruh Kudus. Mereka yang berpendirian
dengan menuhankan Isa dan ibunya itu hanya merupakan satu
sekte dari sekian banyak sekte-sekte Nasrani yang
bermacam-macam dan terpencar-pencar itu.

Orang-orang Nasrani seluruh jazirah Arab dengan alirannya
yang bermacam-macam itu mengajak Muhammad berdebat menurut
dasar mazhab mereka. Kata mereka Almasih itu ialah Allah,
dia anak Allah; kata mereka dia adalah satu dari tiga dalam
Trinitas. Mereka yang berpendapat pada ketuhanan Isa itu
berpegang pada argumentasi yang disebutkan di atas.
Argumentasi yang mengatakan bahwa dia anak Allah, sebab
bapanya tidak diketahui orang, dan dia berbicara dalam
buaian semasa anak-anak, yang tak pernah terjadi pada
siapapun dari anak Adam. Argumentasi yang mengatakan bahwa
dia satu dari tiga dalam Trinitas, sebab Allah berkata: Kami
perintahkan, Kami jadikan dan Kami tentukan. Kalau hanya
Satu tentu berkata: Aku perintahkan, Aku jadikan dan Aku
tentukan. Muhammad mendengarkan semua tanggapan mereka itu,
dan mengajaknya berdiskusi dengan cara yang lebih baik.
Dalam perdebatan itu ia tidak begitu keras seperti terhadap
kaum musyrik dan penyembah berhala. Bahkan dikemukakannya
argumen itu berdasarkan wahyu dengan cara yang logis dan
sebagaimana yang diterangkan dalam kitab-kitab mereka. Allah
berfirman: "Sebenarnya mereka telah melakukan penghinaan
(terhadap Tuhan), mereka yang mengatakan, bahwa Allah ialah
Isa al-Masih anak Mariam. Katakan: Siapakah yang dapat
merintangi jika Ia hendak membinasakan al-Masih anak Mariam
serta ibunya dan setiap orang yang ada di muka bumi ini
semua? Kerajaan langit dan bumi serta segala yang ada di
antara itu, adalah milik Allah. Ia menciptakan apa yang ada
di antara itu, dan Allah Maha Kuasa atas segalanya.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata: Kami adalah
anak-anak Allah dan yang dicintaiNya. Katakan: Mengapa Ia
menyiksamu karena dosa-dosamu itu? Sebenarnya kamupun
manusia, seperti yang pernah diciptakanNya. Ia mengampuni
siapa saja yang dikehendakiNya dan Ia menghukum siapa saja
yang dikehendakiNya. Kerajaan langit dan bumi serta segala
yang ada di antara itu, adalah milik Allah. Dan kepadaNyalah
kembali sebagai tujuan terakhir." (QS, 5:17-18)

"Sebenarnya mereka telah melakukan penghinaan (terhadap
Tuhan), mereka yang mengatakan, bahwa Allah itu al-Masih
anak Mariam. Bahkan al-Masih berkata: Hai anak-anak Israil,
sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Barangsiapa
mempersekutukan Allah, Allah akan mengharamkan surga baginya
dan tempatnya adalah api neraka. Orang-orang teraniaya itu
takkan punya pembela. Sebenarnya mereka telah melakukan
penghinaan (terhadap Tuhan) mereka yang mengatakan, bahwa
Allah adalah satu dari tiga dalam Trinitas. Tak ada tuhan
kecuali Tuhan Yang Satu. Apabila tidak mau juga mereka
berhenti (menghina Tuhan), pasti mereka yang telah
merendahkan (Tuhan), itu akan dijatuhi siksaan yang
memedihkan." (QS, 5:72-73)

"Dan ingat ketika Allah berkata: Hai Isa anak Mariam!
Engkaukah yang mengatakan kepada orang: mengangkatku dan
ibuku sebagai dua tuhan selain Allah? Ia menjawab: Maha Suci
Engkau, tidak akan aku mengatakan yang bukan menjadi hakku.
Kalaupun aku mengatakannya, tentu Engkau sudah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam hatiku,
tapi aku tidak mengetahui apa yang ada di dalam Dirimu. Maha
Mengetahui Engkau atas segala yang gaib. Tak ada yang
kukatakan kepada mereka, selain daripada yang Kauperintahkan
kepadaku; supaya mereka menyembah Allah, Tuhanku dan
Tuhanmu, dan akulah saksi mereka selama aku berada di
tengah-.engah mereka. Tetapi setelah Kauwafatkan aku, Engkau
Pengawas mereka dan Engkau pula yang menyaksikan segala
sesuatu. Kalau Engkau siksa mereka, mereka adalah
hamba-hambaMu, kalaupun Engkau ampuni mereka, Engkau
Penguasa Maha Mulia dan Bijaksana." (QS, 5:116-118)

Pandangan Nasrani adalah Trinitas dan Isa adalah anak Allah.
Sedangkan Islam menolak semua itu dengan tegas sekali,
menolak bahwa Tuhan mempunyai anak. "Katakan: 'Allah itu
Satu. Allah itu abadi dan mutlak. Tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Dan tiada satu apa pun yang menyerupai-Nya."
(QS, 112:1-4) "Tidak sepatutnya bagi Allah akan mengambil
anak. Maha Suci Ia." (QS, 19:35) "Hal seperti terhadap Isa
bagi Allah sama seperti terhadap Adam; dijadikan-Nya ia dari
tanah lalu dikatakan: jadilah, maka jadilah ia." (QS, 3:59)

Pada dasarnya Islam adalah agama Tauhid, dalam pengertian
Tauhid yang murni dan kuat sekali, dan dalam pengertian
Tauhid yang sederhana dan jelas sekali. Setiap kemungkinan
yang akan mengaburkan pengertian dan pikiran Tauhid, Islam
tegas menolaknya dan menganggapnya kufur. "Allah tidak akan
mengampuni bila Dia dipersekutukan. Tetapi selain itu akan
diampuniNya siapa saja yang dikehendakiNya." (QS, 4:48)

Bagaimanapun konsepsi Masehi tentang Trinitas, yang memang
mempunyai hubungan sejarah dengan beberapa agama lama, namun
bagi Muhammad itu sama sekali bukan suatu kebenaran. Yang
benar ialah Allah itu Esa, tidak bersekutu, tidak beranak
dan tidak diperanakkan, dan tak ada apapun yang
menyerupaiNya. Jadi tidak heran kalau antara Muhammad dengan
pihak Nasrani masa itu terjadi diskusi dengan cara yang
baik, dan wahyupun memperkuat Muhammad seperti dalam
ayat-ayat itu.

MASALAH PENYALIBAN AL-MASIH

Masalah lain yang menimbulkan perbedaan pendapat Islam dan
Nasrani, dan menjadi puncak perdebatan antara dua golongan
itu pada masa Nabi, ialah masalah penyaliban Isa untuk
menebus dosa orang dengan darahnya. Secara tegas Quran telah
membantah bahwa orang-orang Yahudi membunuh dan menyalib
Isa. "Dan perkataan mereka bahwa: kami telah membunuh
Almasih Isa anak Mariam - Utusan Allah. Tetapi mereka tidak
membunuhnya dan tidak menyalibnya, melainkan begitu
terbayang pada mereka. Dan mereka yang masih berselisih
pendapat tentang itu sebenarnya masih ragu, sebab tak ada
pengetahuan mereka tentang itu, selain berdasarkan prasangka
saja, dan merekapun tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan
Allah telah mengangkatnya kepadaNya. Maha Mulia Kekuasaan
Allah dan Bijaksana." (QS, 4:157-148)

Kalaupun konsepsi tentang penebusan dosa anak-cucu Adam
dengan darah Isa memang indah sekali, dan apa yang ditulis
orang tentang itu patut menjadi bahan studi dari segala
seginya, baik literair, etika atau psikologi, namun prinsip
yang telah ditentukan Islam, bahwa orang tidak dibenarkan
memikul beban dosa orang lain, dan bahwa setiap orang pada
hari kemudian diganjar sesuai dengan perbuatannya - kalau ia
berbuat baik dibalas dengan kebaikan, kalau jahat dibalas
dengan kejahatan - menyebabkan pendekatan logis antara kedua
ajaran ini tidak mungkin. Di sini logika Islam sangat
konkrit, sehingga tak ada gunanya usaha mencari persesuaian,
melihat garis perbedaan yang begitu tajam antara konsepsi
penebusan dan konsepsi hukum yang bersifat pribadi. "Seorang
bapa takkan dapat menolong anaknya, dan anakpun tiada
sedikit juga akan dapat menolong bapanya." (QS, 31:33)

Tentang agama baru ini, sudah adakah dari kalangan Nasrani
ketika itu yang mau memikirkannya, serta melihat kemungkinan
bertemunya konsepsi Tauhid dengan ajaran yang dibawa Isa
itu? Ya, memang ada, dan banyak di antara mereka itu yang
lalu beriman kepada ajaran ini.

RUMAWI DAN KAUM MUSLIMIN

Akan tetapi Kerajaan Rumawi - yang karena kemenangannya kaum
Muslimin telah turut gembira dan menganggapnya suatu
kemenangan bagi agama-agama Kitab - penguasa-penguasanya
tidak mau bersusah payah mempelajari agama baru itu. Mereka
memandang semua kemungkinan hanya dari segi politik semata
dan yang dipikirkan hanya nasib kerajaannya bila agama yang
baru itu kelak mendapat kemenangan. Oleh karena itu mereka
malah bersekongkol menentangnya, dengan mengirimkan pasukan
besar-besaran - suatu sumber mengatakan seratus ribu, yang
lain mengatakan duaratus ribu - yang mengakibatkan timbulnya
perang Tabuk. Pihak Rumawi ternyata mundur berhadapan dengan
pasukan Muslimin - dengan Muhammad sebagai komandannya -
yang hendak menangkis serangan musuh yang tidak diinginkan
itu.

Sejak itulah kaum Muslimin dan kaum Nasrani berada dalam
posisi permusuhan politik, yang selama berabad-abad
berikutnya kemenangan berada di tangan kaum Muslimin. Selama
itu lingkungan kekuasaan mereka membentang sampai ke
Andalusia di sebelah barat, ke India dan Tiongkok di sebelah
timur. Sebagian besar daerah-daerah ini menerima agama baru
itu dan bahasa Arab sebagai bahasa yang sudah ditentukan.

Setelah tiba masanya sejarah harus beredar, pihak Nasrani
pun mengusir kaum Muslimin dari Andalusia, memerangi mereka
dengan serangkaian Perang Salib. Mereka menyerang agama dan
Nabi dengan cara yang sangat keji, disertai kebohongan dan
fitnah semata-mata. Demikian kejinya mereka itu, sehingga
lupa mereka tentang apa yang pernah disampaikan Muhammad
'alaihissalam dalam hadis-hadis dan dalam Qur'an melalui
wahyu yang diturunkan kepadanya, bahwa Islam mengangkat
martabat Isa 'alaihissalarn setinggi yang diberikan Allah
kepadanya.

PENULIS-PENULIS KRISTEN DAN MUHAMMAD

Ketika menguraikan, pandangan penulis-penulis Kristen sampai
pada pertengahan abad kesembilanbelas, sehubungan dengan
adanya mereka yang berprasangka jahat terhadap Muhammad
Dictionnaire Larousse menyebutkan demikian: "Dalam pada itu
Muhammad masih tetap sebagai tukang sihir yang hanyut dalam
kerusakan akhlak, perampok unta, seorang kardinal yang tidak
berhasil menduduki kursi Paus, lalu menciptakan agama baru
untuk membalas dendam kepada kawan-kawannya. Cerita-cerita
khayal dan cabul banyak terjadi dalam sejarah hidupnya.
Sejarah hidup Bahaume (Muhammad) hampir terdiri dari hasil
lektur semacam itu. 'Cerita Muhammad' yang disiarkan oleh
Reinaud dan Francisque Michel tahun 1831 melukiskan kepada
kita pandangan orang-orang yang hidup dalam Abad Pertengahan
itu tentang dia. Dalam abad ketujuhbelas Bell memberikan
suatu tanggapan tentang sejarah yang sifatnya merendahkan
arti Qur'an dengan suatu tinjauan berdasarkan sejarah.
Sungguhpun begitu ia masih diliputi oleh ketentuan-ketentuan
yang salah mengenai dirinya. Akan tetapi dia mengakui, bahwa
ketentuan moral dan sosial yang dibuatnya tidak berbeda
dengan ketentuan Kristen, kecuali soal hukum qishash (Lex
Talionis?) dan polygyny."

Dari sekian banyak Orientalis yang telah membuat analisa
tentang sejarah hidup Muhammad, ada seorang di antaranya
yang agak jujur, yaitu penulis Perancis Emile Dermenghem. Ia
memperingatkan kolega-kolega yang menulis tentang agama ini
dengan mengatakan: "Sesudah pecah perang Islam-Kristen,
dengan sendirinya jurang pertentangan dan salah-pengertian
bertambah lebar, tambah tajam. Orang harus mengakui, bahwa
orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan itu
sampai begitu memuncak. Sejak zaman penulis-penulis
Bizantium, tanpa mau bersusah payah mengadakan studi
-kecuali Jean Damasceme- telah melempari Islam dengan
pelbagai macam penghinaan. Para penulis dan penyair
menyerang kaum Muslimin Andalusia dengan cara yang sangat
rendah. Mereka menuduh, bahwa Muhammad adalah perampok unta,
orang yang hanyut dalam foya-foya, mereka menuduhnya tukang
sihir, kepala bandit dan perampok, bahkan menuduhnya sebagai
seorang pendeta Rumawi yang marah dan dendam karena tidak
dipilih menduduki kursi Paus ... Dan yang sebagian
mengiranya ia adalah tuhan palsu, yang oleh
pengikut-pengikutnya dibawakan sesajen berupa kurban-kurban
manusia. Bahkan Guibert de Nogent sendiri, orang yang begitu
serius masih menyebutkan, bahwa Muhammad mati karena krisis
mabuk yang jelas sekali, dan bahwa tubuhnya kedapatan
terdampar di atas timbunan kotoran binatang dan sudah
dimakan babi. Oleh karena itu, lalu ditafsirkan, bahwa
itulah sebabnya minuman keras dan daging binatang itu
diharamkan.

Di samping itu ada beberapa nyanyian yang melukiskan
Muhammad sebagai berhala dari emas, dan mesjid-mesjid
sebagai kuil-kuil kuno yang penuh dengan patung-patung dan
gambar-gambar. Pencipta "Nyanyian Antakia" (Chanson
d'Antioche) membawa cerita tentang adanya orang yang pernah
melihat berhala "Mahom" terbuat dari emas dan perak murni
dan dia duduk di atas seekor gajah di tempat yang terbuat
dari lukisan mosaik. Sedang "Nyanyian Roland" (Chanson de
Roland) melukiskan pahlawan-pahlawan Charlemagne
menghancurkan berhala-berhala Islam, dan mengira bahwa kaum
Muslimin di Andalusia itu menyembah trinitas terdiri dari
Tervagant, Mahom dan Apollo. Dan "Cerita Muhammad" (Le Roman
de Mahomet) itu menganggap, bahwa Islam membenarkan wanita
melakukan polyandri.

"Cara berpikir yang penuh dengan kedengkian dan penuh
legenda itu tetap menguasai kehidupan mereka. Sejak zaman
Rudolph de Ludheim, sampai saat kita sekarang ini, masih ada
saja orangorang semacam Nicolas de Cuse, Vives, Maracci,
Hottinger, Bibliander, Prideaux dan yang lain. Mereka itu
menggambarkan Muhammad sebagai penipu, dan Islam merupakan
sekumpulan kaum bidat. Semua itu adalah perbuatan setan.
Kaum Muslimin adalah orang-orang buas sedang Qur'an adalah
suatu gubahan yang tak berarti. Mereka tidak membicarakannya
secara sungguh-sungguh, karena sudah dianggap tidak ada
artinya. Tetapi, dalam pada itu Pierre le Venerable,
pengarang pertama yang telah menulis risalah anti Islam di
Barat dalam abad keduabelas telah menterjemahkan Qur'an ke
dalam bahasa Latin. Dalam abad keempatbelas Peirre Pascal
termasuk orang yang mau mendalami studi-studi tentang Islam.
Innocent III pernah melukiskan Muhammad, bahwa dia adalah
musuh Kristus (Antichrist). Sedang abad Pertengahan
menganggap Muhammad seorang heretik (melanggar ajaran agama
Kristen). Orang-orang semacam Raymond Lulle dalam abad
keempatbelas, Guellaume Postel dalam abad keenambelas,
Roland dan Gagnier dalam abad kedelapanbelas, Pendeta de
Broglie dan Renan dalam abad kesembilanbelas, mempunyai
tanggapan yang beraneka ragam. Sebaliknya orang-orang
semacam Comte Boulainvilliers, Scholl, Caussin de Perceval,
Dozy, Sprenger, Barthelemy Saint-Hilaire, de Casteries,
Carlyle dan yang lain, pada umumnya mereka memperlihatkan
sikap jujur terhadap Islam dan Nabi, dan kadang
memperlihatkan sikap hormat. Sungguhpun begitu, dalam tahun
1876 Droughty bicara tentang Muhammad dengan mengatakan:
"Itu Arab munafik yang kotor." Sebelum itu, dalam tahun 1822
juga Foster telah mencacinya. Sampai sekarang sebenarnya
masih ada musuh-musuh Islam itu yang bersemangat."[5]

Catatan kaki:
-------------
[5] Emile Dermenghem, La Vie de Mahomet, halaman 135 dan
berikutnya.

Kita sudah melihat, bukan, penulis-penulis Barat itu, begitu
rendah menyerangnya? Juga sudah kita lihat kegigihan mereka
selama berabad-abad yang mau menanamkan rasa permusuhan
dan kebencian di kalangan umat manusia. Padahal di kalangan
mereka itu ada orang-orang yang sudah mengalami zaman yang
biasa disebut zaman ilmu pengetahuan, zaman riset dan zaman
kebebasan berpikir serta adanya deklarasi persaudaraan
antara sesama manusia.

Dengan adanya orang-orang yang jujur dalam batas-batas
tertentu telah mengurangi juga adanya pengaruh yang
menyesatkan seperti yang diisyaratkan oleh Dermenghem itu.
Di antara mereka ada yang mengakui kebenaran iman Muhammad
membawakan risalah itu yang dipercayakan Allah kepadanya
melalui wahyu yang harus disampaikan. Ada pula yang sangat
menghargai kebesaran Muhammad dalam arti rohani, ketinggian
akhlaknya, harga dirinya serta jasanya yang tidak sedikit.
Ada yang melukiskan semua itu dengan gaya yang kuat dan
indah sekali. Meskipun demikian, pihak Barat masih juga
berprasangka buruk terhadap Islam dan terhadap Nabi,
kemudian demikian beraninya mereka itu sampai-sarnpai di
daerah-daerah Islam sendiri kalangan misionaris melancarkan
penghinaan yang begitu rendah, dan berusaha membelokkan kaum
Muslimin dari ajaran agamanya kepada agama Kristen.

SEBAB PERMUSUHAN ISLAM-KRISTEN

Atas semua itu harus kita selidiki sebab-sebab timbulnya
permusuhan sengit dan peperangan yang begitu dahsyat yang
telah dimulai oleh pihak Kristen terhadap Islam itu. Menurut
hemat kita, kurangnya pengetahuan pihak Barat tentang
hakekat Islam dan sejarah Nabi adalah sebab pertama yang
menimbulkan permusuhan itu. Kurangnya pengetahuan ini sudah
tentu merupakan sebab-sebab timbulnya sikap kaku dan
fanatisma yang paling berat dan rumit. Seabad demi seabad
kurangnya pengetahuan demikian ini makin bertimbun dan
kemudian ia menjelma menjadi patung-patung dan
berhala-berhala dalam jiwa generasi berikutnya, yang untuk
menghilangkannya tentu memerlukan suatu kekuatan jiwa yang
besar, seperti pada mula lahirnya kekuatan Islam dulu.

KRISTEN TIDAK SESUAI DENGAN WATAK BARAT

Akan tetapi kita melihat ada sebab lain di luar kurangnya
pengetahuan itu saja yang telah mendorong pihak Barat
menjadi fanatik dan sampai membangkitkan peperangan yang
begtu fatal, sebentar-sebentar dilancarkan terhadap Islam
dan kaum Muslimin. Juga tidak terlintas dalam pikiran kita
tentang apa yang biasa kita rasakan adanya hubungan politik
yang buruk dan ingin menguasai bangsa lain untuk
dieksploitir. Menurut hemat kita itu adalah akibat -bukan
sebab- dan adanya fanatisma yang sudah begitu merasuk sampai
ke soal ilmu dan penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Sebabnya
ialah, menurut hemat kita, oleh karena ajaran Kristen yang
mengajak orang menjauhkan kehidupan duniawi, sifat maaf dan
pengampunan serta pengertian-pengertian hidup rohani yang
luhur, tidak sesuai dengan perangai Barat, yang sejak ribuan
tahun dalam lingkungan agama polytheisma, dan letak
geografisnya menghendaki perjuangan sengit melawan iklim
dingin, melawan kesulitan dan keadaan yang serba sukar.
Apabila peristiwa-peristiwa sejarah mengharuskan juga Barat
menganut agama Kristen ini, maka tidak bisa lain ia harus
juga dilibatkan ke dalam kancah perjuangan itu dan memaksa
agama itu meninggalkan sifatnya yang lemah-lembut dan indah,
meninggalkan keseimbangan rohani yang seharusnya menjadi
mata rantai kesatuan yang telah disempurnakan oleh Islam:
yakni kesatuan yang membuat harmonis antara rohani dan
jasmani, antara perasaan dan akal, emosi dan rasio, secara
individu dan universal bersama-sama berada dalam hukum alam,
yakni keduanya sejalan dalam ruang dan waktu yang tak
terbatas.

Menurut hemat kita, inilah sumber yang menyebabkan fanatisma
Barat yang memusuhi Islam, suatu sikap yang menyebabkan kaum
Kristen Abisinia menjadi jijik melihatnya - tatkala kaum
Muslimin mencari perlindungan pada masa mula-mula Nabi
mengajak orang kepada agama Allah.

Inilah, menurut pendapat saya, sebab timbulnya ekses dan
cara yang berlebih-lebihan di kalangan orang-orang Barat,
baik dalam beragama maupun dalam atheisma, fanatisma yang
berlebih-lebihan serta perjuangan yang tidak mengenal belas
kasihan dan tidak mengenal ampun. Apabila dari mereka
sejarah sudah mengenal adanya orang-orang suci, yang dalam
hidup mereka mengikuti jejak Isa Al-Masih dan
pengikut-pengikutnya, juga sejarah sudah mengenal kehidupan
bangsa-bangsa di Barat yang selalu hidup dalam pertentangan,
dalam perjuangan, peperangan-peperangan yang dahsyat, atas
nama politik atau atas nama agama, dan dikenalnya pula,
bahwa paus-paus atau pembesar-penmbesar gereja dan mereka
yang memegang kekuasaan temporal, selalu dalam persaingan
mau saling mengalahkan. Suatu saat golongan ini yang menang,
nantinya yang lain lagi yang menang.

Oleh karena kemenangan terakhir dalam abad kesembilanbelas
itu berada di tangan kekuasaan temporal6, maka kekuasaan ini
berusaha hendak membasmi kehidupan rohani atas nama ilmu
pengetahuan. Ia mengira, bahwa dalam kehidupan umat manusia
ilmu itu akan dapat menggantikan iman seperti dalam
kehidupan rohani. Sesudah melalui perjuangan yang cukup
lama, sekarang mereka mengetahui bahwa pendapat demikian itu
salah sekali, dan bahwa apa yang mereka tuju itu dalam
kenyataannya tak mungkin dapat dilaksanakan. Sekarang di
Barat terdengar jeritan disana-sini mengajak mereka kembali
mencari pegangan rohani yang sudah hilang. Mereka mencari
pegangan itu d dalam maupun diluar teosofi.7 Sekiranya
ajaran Kristen itu memang sesuai dengan naluri perjuangan
yang telah dibawa oleh hukum alam sebagai sebagian cara
hidup Barat, sesudah ternyata konsepsi materialisma mereka
tidak berhasil memberikan konsumsi rohani, tentu akan kita
lihat mereka kembali mencari pegangan agama Kristen yang
begitu indah, agama Isa anak Mariam -kalaupun Tuhan belum
akan membimbing mereka kepada Islam- dan tidak perlu mereka
pergi berpindah ke India atau ke tempat lain, mencari
pegangan hidup rohani, yang oleh manusia sangat dirasakan
perlunya seperti kebutuhan bernapas; sebab ini merupakan
sebagian kodratnya, bahkan merupakan sebagian dari jiwa
raganya.

PENJAJAHAN DAN PROPAGANDA ANTI ISLAM

Ternyata imperialisma Barat memberikan bantuan dalam
meneruskan serangan yang mereka lancarkan terhadap Islam dan
terhadap Muhammad, dan minta mereka supaya berpendirian
seperti penduduk Mekah yang menginginkan supaya agama
Nasrani menderita kehinaan karena kekalahan Heraklius dan
Rumawi menghadapi Persia. Pernah mereka mengatakan - dan
masih banyak di antara mereka yang mengatakan - bahwa Islam
itulah yang menyebabkan mundurnya bangsa-bangsa yang
menganutnya dan menyebabkan mereka tunduk kepada pihak lain.
Ini adalah kebohongan yang kita tolak dengan cukup
mengingatkan kepada mereka yang mengatakan itu, bahwa
peradaban umumnya dan kekuasaan dunia yang cukup dikenal
selama berabad-abad itu berada di tangan bangsa-bangsa yang
yang terdiri dari umat Islam itulah. Di sana pusat ilmu
pengetahuan dan tempat sarjana-sarjana, dari sana pula
datangnya pelopor kemerdekaan, yang oleh Barat belum selang
lama ini baru dikenalnya. Apabila mungkin mundurnya beberapa
golongan bangsa akan dihubungkan dengan agama yang
dianutnya, maka agama itu tentu bukan Islam, Islam yang
telah membuat orang-orang pedalaman seluruh jazirah Arab
jadi bangkit dan dapat membuat mereka menguasai dunia.

Akan tetapi kemunduran bangsa-bangsa yang telah menjadi
beban bagi Islam itu sangat disayangkan bila akan
dihubungkan kepada agama yang sebenarnya tidak demikian;
bukan itu yang dikehendaki oleh Allah dan oleh Rasul. Tapi
mereka menganggap bahwa yang demikian itulah dasar agama dan
barangsiapa yang menentang ia akan dianggap atheis.

ISLAM DAN APA YANG TERJADI DENGAN UMAT ISLAM

Kita tinggalkan dulu bicara tentang agama ini, dan mari kita
lihat sejarah orang yang membawanya - Muhammad
'alaihissalam.

Banyak buku-buku sejarah tentang kehidupan Nabi itu yang
telah- menambahkan hal-hal yang tak dapat diterima akal dan
yang memang tidak diperlukan menambahkan demikian untuk
menguatkan risalahnya itu. Dan apa yang ditambah-tambahkan,
itulah yang dijadikan pegangan oleh kalangan Orientalis dan
oleh mereka yang mau mendiskreditkan Islam dan Nabi, juga
oleh mereka yang mau mengecam umat Islam; dijadikannya itu
tongkat penunjuk dalam kecaman mereka yang akan cukup
memanaskan hati setiap orang yang berpikir jujur.

Hal semacam ini dan apa yang mereka ciptakan sendiri, itulah
yang menjadi pegangan mereka, lalu mereka mengatakan, bahwa
mereka menulis itu berdasarkan metoda ilmiah yang modern,
metoda yang mengemukakan peristiwa-peristiwa, orang-orang
dan pahlawan-pahlawan. Lalu diberikannya suatu penilaian
yang pantas jika dianggap pada tempatnya mengeluarkan
penilaian demikian. Dan kalau kita baca dengan seksama apa
yang mereka tulis itu akan kita lihat bahwa hal itu
sebenarnya penuh dengan nafsu permusuhan dan caci-maki,
terbungkus dalam susunan kata-kata yang tidak kurang
indahnya, menarik hati mereka yang sepaham dengan
anggapannya, bahwa pembahasannya itu ilmiah, terdorong hanya
akan mencari kebenaran semata-mata, ingin meneropongnya dari
segenap penjuru. Inilah yang dituju oleh penulis-penulis dan
ahli-ahli sejarah yang fanatik itu. Hanya saja, adanya
beberapa orang yang masih dapat berpikir lebih tenang - baik
penulis atau sarjana -menyebabkan mereka yang berpikiran
bebas itu dapat bersikap lebih adil dan jujur, sekalipun
dari pihak Kristen sendiri.

Dalam berbagai macam bidang beberapa ulama Islam telah
tampil dan berusaha menangkis tuduhan orang-orang Barat yang
fanatik itu. Dan nama Syaikh Muhammad Abduh tentu yang
paling menonjol dalam bidang ini. Tetapi mereka ini tidak
menempuh metoda yang ilmiah -seperti didakwakan oleh
penulis-penulis dan ahli-ahli sejarah Eropa, sebab hanya
merekalah yang memakai cara itu. Maksudnya supaya dalam
menghadapi lawan alasan mereka lebih kuat. Kemudian lagi
ulama Islam itu - dan Syaikh Muhammad Abduh yang terutama -
telah dituduh atheis dan kufur. Maka argumentasi mereka itu
menjadi makin lemah di depan lawan Islam.

SIKAP JUMUD DI KALANGAN PEMUDA

Tuduhan mereka itu sebenarnya memberi pengaruh besar dalam
jiwa angkatan muda Islam yang terpelajar. Terkesan di
kalangan pemuda itu, bahwa atheisma dan logika sejalan
dengan ijtihad (aktif), sedang iman sama dengan Jumud
(pasif). Oleh karena itu jiwa mereka gelisah. Mereka pergi
membaca buku-buku Barat; dengan itu mereka akan mencari
kebenaran, dengan keyakinan bahwa mereka tidak mendapatkan
yang demikian itu dalam buku-buku kaum Muslimin. Dengan
sendirinya buku-buku agama dan sejarah Kristen tidak juga
terpikirkan oleh mereka; mereka sudah hanyut ke dalam
buku-buku filsafat, yang dengan gayanya yang ilmiah itu
mereka mencari setitik air yang akan menghilangkan rasa
dahaga akan kebenaran yang ada dalam jiwa mereka itu, dan
dengan logika yang dikemukakannya sudah merupakan nyala suci
yang masih tersembunyi dalam jiwa umat manusia dan
dijadikannya pula alat komunikasi yang akan mengantarkan
mereka kepada alam serta kebenaran yang tertinggi. Dalam
buku-buku Barat, baik dalam filsafat, etika atau humanities
pada umumnya banyak sekali yang akan mereka dapati dengan
sangat menarik hati, baik karena gayanya yang indah, atau
karena logikanya yang kuat serta apa yang tampaknya hendak
memperlihatkan adanya kemauan baik dan niat yang ikhlas
hendak mencapai pengetahuan demi kebenaran. Oleh karena itu
jiwa pemuda-pemuda itu jadi jauh dari pemikiran tentang
agama-agama semua dan tentang risalah Islam serta
pembawanya.

Sikap mereka itu guna menghindarkan diri jangan sampai
timbul konflik antara mereka dengan kebekuan beragama sebab
mereka yakin takkan dapat mengalahkannya, juga karena mereka
tidak menyadari, betapa pentingnya hubungan yang akan
mengangkat martabat manusia ke tingkat yang lebih sempurna,
sehingga kekuatan moralnyapun akan berlipat-ganda.

ILMU DAN LITERATUR BARAT

Pemuda-pemuda itu telah menghindarkan diri dari pemikiran
tentang agama-agama itu semuanya, juga tentang risalah Islam
dan pembawanya. Lebih-lebih lagi mereka menghindarkan diri
itu karena ilmu pengetahuan positif dan filsafat positivisma
yang mereka lihat mengatakan bahwa masalah-masalah agama
berada di luar logika dan tidak masuk ke dalam lingkungan
pemikiran ilmiah, dan segala yang berhubungan dengan itu,
dalam bentuk pemikiran metafisika juga sama sekali tidak
termasuk dalam metoda ilmiah. Kemudian mereka melihat adanya
pemisahan yang begitu jelas dan tajam antara gereja dan
negara di Barat, serta melihat negara-negara yang sudah
menentukan dalam undang-undang dasarnya, bahwa kepala negara
adalah pelindung Protestan atau Katolik, atau menentukan
bahwa agama negara yang resmi adalah Kristen, dengan maksud
supaya dengan demikian hari-hari besar yang berhubungan
dengan itu tidak bertambah banyak. Bertambah kuat mereka
bertahan dalam pemikiran ilmiah dan segala yang berhubungan
dengan itu, perhatian merekapun akan bertambah besar pula
terhadap masalah-masalah filsafat, ilmu dan budaya.

Setelah tiba masanya mereka harus berpindah dari dunia studi
ke tengah-tengah kehidupan praktis, kehidupan itu membuat
mereka lebih sibuk daripada hanya memikirkan
masalah-masalah, yang tadinya sudah mereka tinggalkan. Maka
arah pemikiran itu masih tetap dalam arus yang pertama:
melihat kebekuan berpikir itu dengan rasa kasihan dan sinis-
Ia terus menghirup udara pemikiran Barat dan filsafat Barat,
yang dirasakannya begitu lejat, sehingga bertambah kagum ia,
bertambah kuat bertahan atas apa yang sudah diperolehnya
itu.

Memang tak dapat disangkal, bahwa dewasa ini Timur sangat
perlu sekali menghirup udara Barat dalam cara berpikir,
dalam ilmu dan budaya. Dunia Islam di Timur dewasa ini sudah
terputus dari Islam masa lampau oleh adanya kebekuan
berpikir dan fanatisma selama berabad-abad. Cara berpikir
masa lampau yang sehat sudah begitu tebal tertimbun oleh
kebodohan dan serba prasangka terhadap segala yang baru.
Maka tak ada jalan lain, bagi yang ingin mengikis semua
timbunan itu, ia harus bersandar pada bentuk-bentuk
pemikiran dunia yang lebih baru, supaya dengan demikian
dapat mencapai masa kini yang cemerlang serta peninggalan
masa lampau yang gemilang.

USAHA-USAHA MODERNISASI DUNIA ISLAM

Sudah sepantasnya kalau kita mengatakan kepada Barat, bahwa
penyelidikan-penyelidikan berharga yang dilakukan oleh
sarjana-sarjana Barat dewasa ini tentang sejarah dan
studi-studi Islam dan Dunia Timur, telah membuka jalan baru
bagi pemuda-pemuda Islam sendiri dan pemuda-pemuda di Timur
dalam memperbanyak bahan-bahan penyelidikan tentang studi
itu. Dan harapan akan sampai kepada kebenaranpun lebih besar
pula. Dengan sendirinya mereka akan lebih mudah memahami
jiwa Islam dan jiwa Timur. Oleh karena orientasi baru itu
sudah dimulai dari Barat, maka pemuda-pemuda itu harus
mengikutinya terus sambil mengadakan koreksi atas
kesalahan-kesalahan yang ada, lalu menanamkan jiwa yang
sebenarnya hidup dalam sejarah, diteruskan sampai ke masa
kini. Bukan hanya sebagai studi dan penyelidikan saja,
tetapi juga harus dilihat sebagai suatu peninggalan rohani
dan mental yang patut diwakili oleh para pewarisnya;
penerangan harus ditambah dan diperbanyak, sehingga
kebenaran yang tersembunyi itu akan tampak lebih jelas.

Dewasa ini banyak sudah pemuda-pemuda yang mengadakan
penyelidikan-penyelidikan dengan metoda ilmiah yang
sebenarnya. Kalangan Orientalis sendiripun mendukung
usaha-usaha mereka dan sangat menghargai jasa-jasa mereka
itu.

MISI PENGINJIL DAN GOLONGAN YANG BERPIKIRAN BEKU

Sementara kerja-sama ilmiah yang seharusnya akan memberikan
hasil yang baik ini lahir, tiba-tiba timbul pula kegiatan
pihak gereja Kristen melakukan serangkaian serangan terhadap
Islam dan terhadap Muhammad demikian rupa, tidak kurang dan
apa yang kita sebutkan tadi. Di samping itu pihak
imperialisma Baratpun mendukung pula kegiatan ini, dengan
segala kemampuan yang ada padanya, atas nama kemerdekaan
berpikir. Padahal mereka yang melakukan serangan dan kecaman
itu telah keluar meninggalkan negerinya sendiri, mereka
terpisah dari apa yang mereka namakan ,peneguhan iman, dalam
jiwa saudara-saudara mereka seagama itu. Juga
penganjur-penganjur kebekuan berpikir (jumud) di kalangan
kaum Muslimin sendiri telah mendapat dukungan imperialisma
pula. Selanjutnya tangan imperialisma ini juga yang
memberikan dorongan kepada apa saja yang dapat diselundupkan
ke dalam Islam - dan yang sebenarnya bukan dari Islam - dan
ke dalam sejarah hidup Rasul, berupa dongengan-dongengan
yang tak masuk akal dan bertentangan dengan selera. Ia
memberikan dorongan kepada usaha-usaha orang yang mengecam
Islam dan mengecam Muhammad dengan apa saja yang dapat
dimasukkan ke dalam Islam dan ke dalam sejarah Rasul.

TERPIKIR MENULIS BUKU INI

Tugas pekerjaan saya memberi kesempatan kepada saya melihat
peristiwa-peristiwa itu pada beberapa daerah Islam sebelah
timur, bahkan di seluruh daerah Islam, serta mempelajari
adanya maksud yang ingin mengikis habis kehidupan moral
daerah-daerah itu dengan jalan membasmi kemerdekaan
berfikir, kebebasan menyelidiki demi kebenaran itu. Terasa
oleh saya bahwa saya memikul suatu kewajiban dalam hal ini.
Maksud yang menjadi tujuan rencana itu, yang sebenarnya akan
membahayakan seluruh umat manusia - bukan hanya membahayakan
Islam dan dunia Timur saja - harus dipatahkan. Apatah
kiranya bencana yang lebih besar menimpa umat manusia
daripada kekerdilan dan kebekuan berpikir, yang sepanjang
sejarah lebih dari separohnya telah menimpa peradaban.

Karena itu terpikir oleh saya -dan lama sekali saya
memikirkan hal itu- yang akhirnya mengantarkan pemikiran
saya itu kepada suatu studi tentang kehidupan Muhammad,
pembawa risalah Islam itu, tentang sasaran kecaman pihak
Kristen di satu segi, dan tentang kebekuan berpikir kaum
Muslimin sendiri dari segi lain. Akan tetapi studi ini
hendaknya bersifat ilmiah, sejalan dengan metoda modern di
Barat, demi kebenaran, dan untuk kebenaran semata.

Saya mulai dengan membahas sejarah hidup Muhammad. Saya
ulangi lagi dengan memeriksa Sirat ibn Hisyam, Tabaqat oleh
Ibn Sa'd, al-Maqhazi oleh al-Waqidi, demikian juga buku Syed
Ameer, Ali The Spirit of Islam. Kemudian tidak lepas saya
membaca buku-buku beberapa Orientalis, seperti Dermenghem
dan Washington Irving. Ketika pada musim dingin tahun 1932
saya berada di Luxor, saya pergunakan kesempatan ini dengan
mulai menulis. Ketika itu saya masih ragu-ragu akan
mengadakan penyelidikan yang akan saya kemukakan kepada para
pembaca ini sebagai suatu hasil pekerjaan saya sendiri,
sebab saya kuatir akan timbul heboh dari golongan yang masih
beku cara berpikirnya dan masih percaya kepada
bermacam-macam takhayul, sehingga kelak tujuan saya semula
akan terganggu karenanya.

Akan tetapi adanya sambutan yang saya terima, dorongan dan
sumbangan pikiran yang diberikan kepada saya oleh
pemuka-pemuka lembaga cukup menunjukkan adanya perhatian
terhadap penyelidikan yang akan saya lakukan ini. Saya jadi
berpikir lebih sungguh-sungguh lagi hendak melaksanakan niat
saya menulis sejarah hidup Muhammad ini lebih terperinci,
dengan cara yang ilmiah. Sekarang saya memikirkan jalan yang
paling baik dalam meneliti sejarah itu, sesuai dengan
kemampuan yang ada pada saya.

QUR'AN SEBAGAI SUMBER PALING OTENTIK

Sudah jelas buat saya, bahwa sumber yang paling otentik
dalam penulisan sejarah ini ialah Qur'an Suci. Segala
peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan Nabi, diberikan
isyaratnya dalam Qur'an, sehingga dapat dipakai sebagai
bahan penunjuk dalam mengadakan pembahasan itu. Dengan dasar
itu dapat pula diteliti apa yang terdapat dalam buku-buku
Hadis dan sejarah Nabi yang bermacam-macam itu. Saya pun
berusaha hendak mengetahui sesuatu dalam Qur'an yang ada
hubungannya dengan kehidupan Nabi. Suatu bantuan besar dalam
hal ini telah diberikan kepada saya oleh Tuan Ahmad Lutfi
as-Sayyid, pejabat pada Perpustakaan (Nasional) Mesir,
berupa buku-buku referensi, bab demi bab, tentang ayat-ayat
Qur'an yang berhubungan dengan kehidupan orang yang telah
diberi Wahyu Kitab Suci itu. Saya cocokkan ayat-ayat itu,
dan rupanya harus juga saya pelajari sebab-sebab turunnya,
waktu turunnya serta hubungannya satu sama lain. Harus saya
akui juga - sedemikian jauh saya berusaha - belum juga
bertemu dengan semua yang saya maksudkan. Kadang kitab-kitab
tafsir Qur'an memberi petunjuk ke arah ini, tapi kadang juga
tidak. Buku-buku seperti Asbab'n-Nuzul oleh al-Wahidi dan
An-Nasikh wal-Mansukh oleh Ibn Sallama hanya dengan singkat
saja membicarakan persoalan yang sangat berharga ini, yang
justru patut mendapat penelitian dan pembahasan.

Akan tetapi apa yang saya temukan dalam kedua buku itu dan
dalam buku-buku tafsir mengenai beberapa rnasalah, dapat
juga saya pergunakan sebagai bahan penelitian terhadap
buku-buku lain mengenai sejarah Nabi. Dalam kedua buku itu
dan dalam buku-buku tafsir tersebut saya temukan beberapa
hal yang patut sekali dikoreksi oleh ulama yang sudah
mendalami pengetahuan Qur'an dan Hadis serta mencocokkannya
kembali secara lebih teliti.

KONSULTASI YANG TEPAT

Setelah agak jauh saya mengadakan penyelidikan, tampak oleh
saya adanya konsultasi yang tepat sekali disampaikan
kepada saya dari beberapa pihak, lebih-lebih lagi -dengan
sendirinya- dari kalangan guru-guru besar dan pemuka-pemuka
agama. Dan bantuan paling besar saya terima ialah dari
Perpustakaan (Nasional) Mesir dan para pejabatnya yang telah
mengulurkan tangan memberikan bermacam-macam bantuan, yang
sebagai penghargaan tidak cukuplah rasanya ucapan
terimakasih saya ini. Memadai juga kiranya bila saya
sebutkan, bahwa Tuan 'Abd'r-Rahim Mahmud, Korektor bagian
Lektur pada Perpustakaan, tidak jarang pula membebaskan saya
dari harus pergi sendiri ke perpustakaan serta meminjamkan
buku-buku yang saya kehendaki disertai sikap ramah-tamah,
baik oleh Direktur atau pejabat-pejabat tinggi lainnya yang
bertugas. Juga perlu saya sebutkan, bahwa setiap kali saya
mengunjungi perpustakaan itu sehubungan dengan penyelidikan
yang perlu saya lakukan, selalu saya menerima layanan yang
begitu baik sekali, baik dari pejabat tinggi atau pejabat
ba'vahan, baik yang saya kenal atau yang tidak saya kenal.
Dalam hal saya kadang terbentur pada beberapa masalah, maka
datanglah kawan-kawan itu membukakan jalan, sehingga tidak
jarang hal ini merupakan bantuan yang besar sekali bagi
sayaa Sering juga saya jumpai bantuan demikian itu dari
Syaikh Muhammad Mustafa al-Maraghi, Rektor Al-Azhar, dari
sahabat karib saya Ja'far (Pasya) Wali, yang telah
meminjamkan beberapa buah buku kepada saya seperti Shahih
Muslim dan buku-buku sejarah tentang Mekah. Ditunjukkannya
pula beberapa masalah, diantarkannya saya ke tempat yang
saya perlukan. Demikian juga sahabat saya Makram 'Obaid,
telah meminjamkan buku Sir William Muir, The Life of
Mohammad8, buku Lammens, L'Islam, di samping pertolongan
yang saya peroleh dari karya-karya kontemporer yang sangat
berharga seperti Fajr'l-lslam oleh Ahmad Amin,
Qishah'l-Anbia' oleh 'Abd'l Wahhab an-Najjar,
Fil-Adab'l-Jahili oleh Dr. Taha Husain, Al Yahud fi
Bilad'l-'Arab oleh Israel Wilfinson. Selain itu banyak lagi
buku-buku lain oleh penulis-penulis kontemporer yang saya
sebutkan dalam bibliografi buku-buku lama dan baru, yang
saya pergunakan dalam menyiapkan buku ini.

DALAM BATAS-BATAS BIOGRAFI, TIDAK LEBIH

Setiap saya mengadakan penyelidikan demikian ini lebih
dalam, ternyata ada beberapa problema di depan saya yang
perlu dipikirkan lagi dan diselidiki lebih lanjut guna dapat
mengatasinya. Seperti buku-buku sejarah dan tafsir yang
telah memberikan petunjuk kepada saya dengan cukup
memuaskan, demikian juga halnya dengan buku-buku para
Orientalis. Akan tetapi dalam menghadapi masalah-masalah itu
tampaknya terpaksa saya harus membatasi diri hanya dalam
menyelidiki kehidupan Muhammad saja, dengan tidak mengurangi
persoalan-persoalan lain yang kiranya ada hubungannya dengan
penyelidikan ini. Kalau saya mau menyelidiki segala sesuatu
yang berhubungan dengan sejarah hidup orang yang begitu
besar dan cemerlang ini, tentu diperlukan penulisan beberapa
jilid dalam ukuran seperti buku ini. Baik juga saya
sebutkan, bahwa Caussin de Perceval menulis tiga jilid buku
dengan judul Essai sur l'Histoir des Arabes, jilid pertama
dan kedua mengenai sejarah dan kehidupan kabilah-kabilah
Arab, jilid ketiga tentang Muhammad dan dua orang
Khalifahnya, Abu Bakr dan Umar. Demikian juga Tabaqat Ibn
Sa'd yang terdiri dari beberapa jilid, jilid pertamanya
khusus tentang kehidupan Muhammad, sedang yang selebihnya
mengenai kehidupan para Sahabatnya.

Dalam mengadakan penyelidikan ini pada mulanya memang tidak
saya maksudkan hendak melampaui batas sejarah kehidupan
Muhammad, sebab saya tidak ingin membiarkan ini nanti
menjadi kacau, sehingga akan menyimpang dari tujuan yang
saya maksud.

Hal lain yang menahan saya hanya pada batas-batas sejarah
hidup ini, ialah karena indahnya dan besarnya peristiwa itu,
sehingga yang lainpun rasanya akan tertutup karenanya.
Alangkah besarnya Abu Bakr! Alangkah besarnya Umar! Keduanya
dalam masa Khilafat mereka masing-masing merupakan cahaya
bintang sehingga yang lain tertutup karenanya. Betapa
besarnya sahabat-sahabat dahulu itu mendampingi Muhammad,
dibuktikan oleh generasi demi generasi dan yang kemudian
menjadi kebanggaan generasi itu!

Akan tetapi - selama masa hidup Nabi - mereka semua masih
dapat bernaung di bawah kebesarannya, masih mendapat
percikan sinarnya.

Bagi orang yang menyelidiki sejarah hidup Rasul, tidak mudah
akan dapat meninggalkan hal itu untuk berpindah ke soal yang
lain. Hal ini terasa sekali apabila pembahasan demikian ini
didasarkan kepada metoda ilmiah yang baru, seperti yang akan
saya coba ini; yang dengan metoda itu pula justru kelak akan
terlihat kebesaran Muhammad, kebesaran yang sekaligus
menguasai pikiran, hati nurani dan perasaan manusia, dan
menanamkan rasa hormat karenanya, hormat dan percaya betapa
kuatnya kebesaran itu, yang dalam hal ini baik bagi Muslim
atau non-Muslim tidakkan berbeda pendapat.

PENYELIDIKAN BERGUNA BAGI SELURUH UMAT MANUSIA

Kalau kita ke sampingkan mereka yang masih fanatik dan keras
kepala, yang dalam merendahkan kebesaran Muhammad sudah
menjadi kebiasaan mereka, seperti yang dilakukan oleh kaum
misi penginjil dan sebangsanya, maka rasa hormat akan
kebesaran dan percaya akan kuatnya kebesaran itu akan kita
baca jelas sekali dalam buku-buku sarjana-sarjana
Orientalis. Dalam Heroes and Hero Worship, Carlyle
membicarakan satu pasal tentang Muhammad yang digambarkannya
sebagai percikan sinar Ilahi yang kudus yang telah diberikan
kepadanya, kemudian dilukiskannya rasa hormat atas kebesaran
yang luarbiasa kuatnya itu. Demikian juga Irving, Sprenger,
Weil dan Orientalis lainnya, masing-masing dapat
menggambarkan kebesaran Muhammad dengan cara yang kuat
sekali. Apabila salah seorang di antara mereka itu, dalam
memasuki beberapa masalah masih menganggap ada suatu
kekurangan pada diri pembawa risalah Islam itu, maka tidak
lain itu hanya karena mereka belum lagi mengujinya dan
meneliti secara ilmiah yang lebih saksama, atau karena
mereka berpegang pada beberapa buku sejarah atau tafsir yang
masih diragukan kebenaran sumbernya, dengan melupakan bahwa
buku-buku biografi yang pertama itu baru dua abad kemudian
sesudah masa Muhammad ditulis orang, dengan
menyelip-nyelipkan, -baik dalam sejarah atau dalam
ajaran-ajarannya,- Israiliat (dongeng-dongeng Judaica) dan
ribuan hadis-hadis palsu. Meskipun kaum Orientalis itu
mengakui kenyataan ini, namun mereka tidak mau mengakui
kelalaiannya sendiri untuk dapat menentukan sesuatu yang
dianggapnya benar itu; padahal dengan sedikit penelitian
saja sudah akan dapat ditolak. Di antaranya soal gharaniq
misalnya, soal Zaid dan Zainab, soal perkawinan atau
isteri-isteri Nabi, yang justru akan menjadi bahan pengujian
dan penelitian dalam buku ini.

Sungguhpun begitu saya tidak beranggapan bahwa saya sudah
sampai ke tujuan terakhir dalam menyelidiki sejarah hidup
Muhammad. Bahkan barangkali akan lebih tepat bila saya
katakan, bahwa saya baru dalam taraf permulaan mengadakan
penyelidikan dengan metoda ilmiah yang baru ini, dalam
bahasa Arab. Segala daya upaya yang saya gunakan dalam hal
ini tidak lepas dari, bahwa buku ini baru merupakan taraf
permulaan dalam penyelidikan Islam dari segi ilmiahnya.
Bilamana sudah ada sarjana-sarjana dan ahli-ahli sejarah
yang mengkhususkan diri menyelidiki salah satu kurun
(perioda) dalam sejarah - seperti Aulard9 yang khusus
menyelidiki sejarah revolusi Perancisl dan beberapa sarjana
lain yang juga menyelidiki masa-masa tertentu dalam sejarah
pelbagai bangsa maka patut sekali bila atas biografi
Muhammad ini secara khusus juga diadakan penyelidikan ilmiah
yang menyeluruh, yang dapat dilakukan oleh kaum cendekiawan,
yang khusus pula dalam bidangnya masing-masing. Tidak sangsi
lagi saya, bahwa pengkhususan dan penyelidikan ilmiah untuk
waktu yang begitu singkat dalam sejarah tanah Arab serta
hubungannya dengan aneka macam bangsa waktu itu, hasilnya
akan berguna sekali, bukan saja bagi Islam dan umat Islam,
tetapi juga untuk seluruh dunia. Dari segi psikologi dan
kehidupan rohani hal ini akan merupakan masalah yang berguna
sekali bagi ilmu pengetahuan, di samping penerangan yang
akan diperoleh dari segi-segi kehidupan sosial, etika dan
hukum. Dalam menghadapi masalah ini ilmu pengetahuan masih
saja maju-mundur, terpengaruh oleh pertentangan agama -
Islam dan Kristen - serta adanya usaha-usaha yang sia-sia
hendak melakukan westernisasi terhadap orang Timur atau
kristenisasi terhadap kaum Muslimin, suatu hal yang telah
menghasilkan kegagalan dan kekecewaan generasi demi
generasi, dan di mana-mana telah menimbulkan pengaruh yang
buruk dalam hubungan umat manusia satu sama lain.

Dengan melihat lebih jauh dari semua itu saya berpendapat,
bahwa penyelidikan demikian sudah seharusnya akan
mengantarkan umat manusia ke jalan peradaban modern yang
selama ini dicarinya. Apabila pihak Nasrani di Barat merasa
terlalu besar akan mendapatkan cahaya baru itu dari Islam
dan dari Rasulnya, lalu menantikan cahaya itu akan datang
dari teosofi India dan dari pelbagai macam aliran Timur Jauh
lainnya, maka orang-orang di Timur, baik umat Islam, Yahudi
atau Kristen, sudah layak sekali mengadakan penyelidikan
berharga ini dengan sikap yang bersih dan jujur - yakni
satu-satunya cara yang akan mencapai kebenaran.

Cara pemikiran Islam -yang pada dasarnya adalah pemikiran
ilmiah menurut metoda modern dalam hubungan manusia dengan
lingkungan hidup sekitarnya, yang dari segi ini realistik
sekali berubah menjadi pemikiran yang subyektif, yang
bersifat pribadi, ketika masalahnya menjadi hubungan manusia
dengan alam semesta dan Pencipta alam.

Dengan demikian, dari segi psikologi dan kerohanian,
timbullah pengaruh-pengaruh, yang di dalam menghadapinya
ilmu pengetahuan sendiri jadi kebingungan, tak dapat
mengiakan atau meniadakannya. Dengan demikian ia lalu tidak
menganggapnya sebagai kenyataan-kenyataan ilmiah. Sungguhpun
begitu kenyataan ini menjadi sendi kebahagiaan hidup manusia
dan merupakan unsur formatif dalam tingkah-lakunya. Apakah
hidup itu? Apa pula hubungan manusia dengan alam semesta
ini? Apa yang menggairahkan hidupnya. Apakah arti
kepercayaan bersama, yang memberikan kekuatan moril dalam
masyarakat, yang dengan lemahnya kepercayaan bersama itu,
masyarakatpun akan turut pula menjadi lemah? Apakah wujud
itu? Dan apa pula kesatuan wujud itu? Bagaimana kedudukan
manusia dalam kesunyian dan eksistensinya?

Masalah-masalah demikian ini berada di bawah kekuasaan
logika abstraksi yang sudah mempunyai bahan literatur yang
begitu berlimpah-limpah banyaknya. Akan tetapi, dalam
menyampaikan manusia kepada kebahagiaannya, pemecahannya
akan lebih dekat kita peroleh dalam kehidupan dan
ajaran-ajaran Muhammad daripada dalam logika abstraksi, yang
selama berabad-abad sejak dinasti Abbasia, kaum Muslimin
telah menghabiskan umurnya untuk itu. Demikian juga
orang-orang di Barat, selama tiga abad sejak abad ke-16
hingga abad ke-19 mereka telah menghabiskan umur mereka -
kecuali ilmu pengetahuan modern - yang berakhir membawa
nasib Barat seperti yang dialami kaum Muslimin masa lampau.
Seperti pada masa lampau, masa kinipun ilmu itu kemudian
terancam akan terbentur pula tanpa dapat memberikan
kebahagiaan kepada umat manusia.

Maka tak ada jalan lain kiranya untuk mencapai kebahagiaan
hidup kecuali dengan kembali mencari hubungan subyektif
dengan alam ini sebaik-baiknya serta dengan Pencipta alam
ini, Yang tak terikat oleh ruang dan waktu, Yang mutlak
dalam kesatuan yang tak berubah-ubah, selain dalam arti
nisbi dalam hubungannya dengan hidup kita yang singkat ini.

Sudah tentu, sejarah hidup Muhammad ini adalah contoh
terbaik dalam mengadakan studi tentang hubungan subyektif
dalam arti teori, atau dalam arti praktek, bagi orang yang
mempunyai kemampuan ke arah itu. Mengingat jauhnya jarak
dalam arti hubungan Ilahi, seperti yang telah dianugerahkan
Tuhan kepada Rasulullah, maka orang akan dapat mencoba hal
itu pada taraf permulaan. Menurut hemat saya, kedua macam
studi ini - bila sudah dapat disesuaikan - akan dapat
mengangkat martabat dunia kita sekarang ini dari lembah
paganisma, menurut kepercayaan agama dan pengetahuan
masing-masing; paganisma yang telah membuat harta
satu-satunya tempat pujaan (mammonisma), dengan meremehkan
nilai-nilai seni, ilmu, moral dan bakat manusia. Bisa jadi
penyesuaian demikian ini masih jauh. Akan tetapi adanya
gejala-gejala akan lenyapnya paganisma yang sekarang
menguasai dunia kita, mengemudikan kebudayaan yang berkuasa
sekarang, tampak jelas sekali bagi setiap orang yang mau
mengikuti jalannya sejarah dan peristiwa-peristiwa dunia.

Apabila secara khusus dipelajari sungguh-sungguh sejarah
hidup Muhammad itu sebagai Nabi serta ajaran-ajarannya,
masanya dan revolusi rohani yang dibawanya yang telah
tersebar ke seluruh dunia, barangkali gejala-gejala ini akan
makin jelas di depan mata dunia, bahwa masalah-masalah
rohani ini adalah timbul dari pengaruh yang ditinggalkannya.
Jika studi ilmiah dan studi yang subyektif mengenai tenaga
umat manusia yang masih tersimpan ini, dapat menambah
hubungan umat manusia dengan hakikat alam yang lebih tinggi,
maka itu sudah merupakan perletakan batu pertama dalam sendi
peradaban modern.

Buku inipun tidak lebih adalah sebagai usaha permulaan
kearah itu, seperti sudah saya sebutkan. Kiranya cukuplah
bagi saya bilamana buku ini dapat meyakinkan orang, dapat
meyakinkan para sarjana dan ahli-ahli akan pentingnya
spesialisasi dan pengkhususan guna mencapai tujuan dalam
menyelidiki sesuatu bidang itu. Andaikata usaha ini dapat
memberi hasil kepada salah satu atau kedua tujuan itu,
inipun sudah merupakan imbalan yang cukup besar terhadap
daya upaya yang saya lakukan. Dan Allah jualah yang akan
membalas jasa mereka yang telah berbuat kebaikan.

MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL

Catatan kaki:
-------------
[1] Gelar raja-raja keluarga Sasani di Iran, dalam literatur
Islam biasa disebut Kisra (Khosrau, Khosroes). Kisra I
Anusyirwan, putera Kavadh I yang berperang melawan Bizantium
di bawah Yustinianus. Kisra II Parvez, putera Ormizd IV dan
cucu Kisra I menyerang Anatolia dan Suna sampai di Bosporus.
Syahrvaraz dapat menaklukkan Damaskus dan Yerusalem dan
Salib Besar (The True Cross) diambil, kemudian Heraklius
dapat mengalahkan Persia di Niniveh (626). Kisra lari ke
Ctesiphon (Mada'in). Ia dipenjarakan oleh anaknya Kavadh II
(Syiruya) dan empat hari kemudian dibunuh (628) dalam
penjara (A).
[2] Dalam buku A J. Butler The Arab Conquest of Egypt
penulis itu menyebutkan bahwa nama panglima itu Khoriyam dan
bahwa nama Shahravaas atau Shahrabaraz atau Sheravizeh dan
lain-lain, yang terdapat dalam pelbagai buku hanyalah suatu
perubahan saja dari nama Persia, Shahar dan Wazar sebagai
suatu gelar yang berarti "Babi Hutan Sang Raja" sebagai
lambang kekuatan dan keberanian. Gambarnya dilukiskan dalam
cincin Persia Lama dan juga dalam cincin Armenia (Lihat The
Arab Conquest of Egypt, p. 53)
[3] Sebuah kota di Suriah, terletak 106 km. Selatan Damsyik
berbatasan dengan Yordania. Dalam sejarah lama kota ini
dikenal dengan nama Edrei. Sekarang dilcenal dengannama
Dar'a (A).
[4] Bushra atau Bostra, sebuah kota lama di Hauran, barat
daya Suria, kira-kira 106 km dari Damsyik dan 35 km. dari
Adhri'at (A).
[5] Emile Dermenghem, La Vie de Mahomet, halaman 135 dan
berikutnya.
[6] Az zamani, harfiah mengenai zaman, mengenai tempo, yang
secara termenologi berarti temporal. Untuk menghindarkan
adanya perbedaan semantik, yang juga dapat diartikan
"sementara, duniavii" atau "sekular" maka di sini saya
mempergunakan istilah secara harfiah (A).
[7] Teosofi adalah suatu ajaran yang ditanamkan oleh Madame
Blavatsky dari bermacam-macam agama terutama Buddha dan
Brahma. Ajaran ini mendirikan sebuah organisasi di Amerika
dipimpin oleh Madame Blavatsky sendiri, bernama The
Theosophical Society, dan cabang-cabangnya tersebar di
beberapa tempat di Eropa. Tetapi begitu Madame Blavatsky
meninggal, organisasi Teosofl inipun pecah menjadi tiga.
Aktifitasnya didasarkan kepada adanya kesatuan hidup dengan
mengadakan semacam latihan mistik untuk mencapai Nirwana
menurut ajaran Buddha. Tingkat ini dapat dicapai bilamana
dalam latihannya itu orang sudah benar-benar dapat
memisahkan ruh dari pengaruh hidup kebendaan. Apabila dengan
demikian ruh sudah mencapai tempat yang suci, maka ruh yang
lebih tinggi dapat menghubunginya. Ajaran Teosofi menyerukan
persaudaraan secara menyeluruh, tanpa membeda-bedakan
bangsa, bahasa dan segala yang akan membatasi manusia dari
tujuan tersebut.
[8] Buku Muir ini terdiri dari dua edisi, aslinya dengan
judul The Life of Mahomet and the History of Islam (1858) 4
jilid. Kemudian diringkaskan oleh T.H. Weir dengan judul The
Life of Mohammad from Original Sources (1923) (A).
[9] A. Aulard pengarang Histoire Politique de la Revolution
Francaise mengkhususkan penulisan sejarah revolusi Perancis
untuk masa 15 tahun saja (1789 - 1804) dalam 4 jilid (A).

No comments:

~*~*~ Who