Syeikh Abul Qasim al-Qusyairy ardi
Allah swt. berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah
kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak banyaknya."
(Q.s. Al Ahzab: 41).
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:
"Maukah kuceritakan kepadamu tentang amalmu terbaik dan
paling bersih dalam pandangan Allah swt, serta orang
yang tertinggi derajatnya di antaramu, yang lebih baik
dari menyedekahkan emas dan perak serta memerangi musuh
-musuhmu dan memotong leher mereka, dan mereka juga
memotong lehermu?"
Para sahabat bertanya, "Apakah itu, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Dzikir kepada Allah swt." (H.r. Baihaqi).
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik na, bahwa Rasulullah
saw. 'bersabda: "Hari Kiamat tidak akan datang kepada
seseorang yang mengucap 'Allah, Allah'." (H.r. Muslim).
Anas r.a. juga menuturkan, bahwa Rasulullah saw.
bersabda,"Kiamat tidak akan datang sampai lafazh 'Allah,
Allah' tidak lagi disebut-sebut di muka bumi." (H.r. Tirmidzi).
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata, "Dzikir adalah tiang
penopang/tunggak yang sangat kuat atas jalan menuju Allah swt.
Sungguh, ia adalah landasan bagi Tharikat itu sendiri.
Tidak seorang pun dapat mencapai Allah swt, kecuali
dengan terus-menerus dzikir kepada-Nya.
"Ada dua macam dzikir= Dzikir lisan dan dzikir hati.
Si Hamba mencapai taraf dzikir hati dengan melakukan dzikir
lisan. Tetapi dzikir hatilah yang membuahkan pengaruh
sejati. Manakala seseorang melakukan dzikir dengan lisan
dan hatinya sekaligus, maka ia mencapai kesempurnaan
dalam suluknya.
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkomentar, "Dzikir adalah
tebaran kewalian. Seseorang yang dianugerahi
keberhasilan dalam dzikir berarti telah dianugerahi
taburan itu, dan orang yang tidak dianugerahinya berarti
telah dipecat."
Dikatakan bahwa pada awal perjalanannya, Dulaf asy-
Syibly biasa berjalan dijalan raya setiap hari dengan
membawa seikat cambuk di punggungnya.
Setiap kali kelalaian memasuki hatinya, ia akan melecut/memukul
badannya sendiri dengan cambuk sampai cambuk itu patah.
Kadang-kadang bekal cambuk itu habis sebelum malam tiba.
Jika demikian, ia akan memukulkan tangan dan kakinya ke
tembok manakala kelalaian mendatanginya.Dikatakan,
"Dzikir hati adalah pedang para pencari yang dengannya
mereka membantai musuh dan menjaga diri dari setiap
ancaman yang tertuju kepada mereka."
Jika si hamba berlindung kepada Allah swt. dalam
hatinya, maka manakala kegelisahan membayangi hati untuk
dzikir kepada Allah swt, semua yang dibencinya akan
lenyap darinya seketika itu juga.
"Ketika al-Wasithy ditanya tentang dzikir, menjelaskan,
"Dzikir berarti meninggalkan bidang kealpaan dan
memasuki bidang musyahadah mengalahkan rasa takut dan
disertai kecintaan yang luar biasa. "Dzun Nun al-Mishry
menegaskan, "Seorang yang benar-benar dzikir kepada
Allah akan lupa segala sesuatu selain dzikirnya. Allah
akan melindunginya dari segala sesuatu, dan ia diberi
ganti dari segala sesuatu.
"Abu Utsman ditanya, "Kami melakukan dzikir lisan kepada
Allah swt, tapi kami tidak merasakan kemanisan dalam
hati kami?" Abu Utsman menasihatkan, "Memujilah kepada
Allah swt. karena telah menghiasi anggota badanmu.
dengan ketaatan."
Sebuah hadis yang masyhur menuturkan, bahwasanya
Rasulullah saw. mengajarkan: “'Apabila engkau melihat
Taman Syurga, maka merumputlah kamu semua di di dalamnya."
Ditanyakan kepada bellau, "Apakah taman surga itu, wahai
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Yaitu kumpulan orang-
orang yang sedang melakukan dzikir kepada Allah."
(H.r. Tirmidzi).
Jabir bin Abdullah menceritakan, "Rasulullah
saw. mendatangi kami dan beliau bersabda:
"Wahai ummat manusia, merumputlah di padang taman
surga!" Kami bertanya, "Apakah taman surga itu?' Beliau
menjawab, "Majlis orang melakukan dzikir."
Beliau bersabda, "Berjalanlah dipagi dan petang hari,
dengan berdzikir. Siapapun yang ingin mengetahui
kedudukannya di sisi Allah swt, melihat pada derajat
mana kedudukan Allah swt. pada dirinya.
Derajat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya sepadan
dengan derajat dimana hamba mendudukkan-Nya dalam
dirinya.”
(H.r. Tirmidzi, juga riwayat darl Abu Hurairah).
Asy-Syibly berkata, "Bukankah Allah swt. telah
berfirman, 'Aku bersama yang duduk berdzikir kepada-Ku'.
"Manfaat apa, wahai manusia dari orang yang duduk dalam majelis Allah swt.?"
Lalu ia bersyair berikut: Aku mengingat-Mu bukan karena aku lupa pada-Mu sesaat;
Sedang bagian yang paling ringan adalah dzikir lisanku.
Tanpa gairah rindu aku mati karena cinta, Hatiku bangkit
dalam diriku, bergetar, ketika wujud memperlihatkan Engkau adalah hadirku, Kusaksikan Diri-Mu di mana saja,
Lalu aku bicara kepada yang ada, tanpa ucapan, Dan aku memandang yang kulihat, tanpa mata. Di antara karakter dzikir adalah, bahwa dzikir tidak terbatas pada waktu- waktu tertentu, kecuali si hamba diperintah untuk berdzikir kepada Allah di setiap waktu, entah sebagai
kewajiban ataupun sunnah saja. Akan tetapi, shalat
sehari-hari, meskipun merupakan amal ibadat termulia,
dilarang pada waktu-waktu tertentu. Dzikir dalam hati
bersifat terus-menerus, dalam kondisi apa pun.
Allah swt. berfirman:"Yaitu orang orang yang dzikir
kepada Allah, baik sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring (tidur)." (Q.s. Ali Imran: 191).
Imam Abu Bakr bin Furak mengatakan, "Berdiri berarti
menegakkan dzikir yang sejati, dan duduk berarti menahan
diri dari sikap berpura-pura dalam dzikir."Syeikh Abu
Abdurrahman bertanya kepada Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq,
"Manakah yang lebih baik, dzikir ataukah tafakur?
Bagaimana yang lebih berkenan bagimu?" Beliau berkata,
"Dalam pandanganku, dzikir adalah lebih baik dari
tafakur, sebab Allah swt. menyifati Diri-Nya sebagai
Dzikir dan bukannya fikir.
Apa pun yang menjadi sifat Allah adalah lebih baik dari
sesuatu yang khusus bagi manusia." Maka Syeikh Abu Ali
setuju dengan pendapat yang bagus ini. Muhammad al-
Kattany berkata, "Seandainya bukan kewajibanku untuk
berdzikir kepada-Nya, tentu aku tidak berdzikir karena
mengagungkan-Nya. Orang sepertiku berdzikir kepada Allah
swt.? Tanpa membersihkan mulutnya dengan seribu tobat
karena berdzikir kepada-Nya!
"Saya mendengar Syeikh Abu Ali menuturkan syair: Tak
pernah aku berdzikir kepada-Mu melainkan hatiku, batinku
serta ruhku mencela diriku.Sehingga seolah-olah si Raqib
dari-Mu berbisik padaku,'Waspadalah, celakalah engkau.
Waspadalah terhadap dzikir!"Salah satu sifat khas dzikir
adalah, bahwa Dia memberi imbalan dzikir yang lain.
Dalam firman-Nya: "Dzikirlah kepada-Ku, niscaya Aku akan
dzikir kepadamu." (Q.s. Al Baqarah: 152).
Sebuah hadis menyebutkan bahwa Jibril as. mengatakan
kepada Rasulullah saw, bahwasanya Allah swt. telah
berfirman, "Aku telah memberikan kepada ummatmu sesuatu
yang tidak pernah Kuberikan kepada ummat yang lain."
Nabi saw. bertanya kepada Jibril, "Apakah pemberian
itu?" Jibril menjawab, "Pemberian itu adalah firman-Nya,
"Dzikirlah kepada-Ku, niscaya Aku akan
dzikir kepadamu." (Q.s. Al Baqarah: 152).
DIA belum pernah memfirmankan itu kepada ummat lain yang mana pun."Dikatakan, "Malaikat maut minta izin dengan orang yang
berdzikir sebelum mencabut nyawanya."
Tertulis dalam sebuah kitab bahwa Musa as. bertanya,
"Wahai Tuhanku, di mana Engkau tinggal?" Allah swt. berfirman,
"Dalam hati manusia yang beriman." Firman ini merujuk pada dzikir
kepada Allah, yang bermukim di dalam hati, sebab Allah
Maha Suci dari setiap bentuk "tinggal" dan penempatan.
"Tinggal" yang disebutkan di sini hanyalah dzikir yang
tetap dan sekaligus menjadikan dzikir itu sendiri kuat.
Ketika Dzun-Nun ditanya tentang dzikir, ia menjelaskan,
"Dzikir berarti tiadanya ingatan pelaku dzikir terhadap
dzikirnya."
Lalu ia membacakan syair: Aku banyak berdzikir kepada-Mu
bukan karenaaku telah melupakan-Mu; Itu hanyalah apa yang
mengalir dari lisanku.Sahl bin Abdullah mengatakan,
"Tiada sehari pun berlalu, kecuali Allah swt. berseru,
"Wahai hamba-Ku, engkau telah berlaku zalim kepada-Ku.
Aku mengingatmu, tapi engkau melupakan-Ku.
Aku menghilangkan penderitaanmu, tapi engkau terus
melakukan dosa. Wahai anak Adam, apa yang akan engkau
katakan besok jika engkau bertemu dengan Ku?"
Abu Sulaiman ad-Darany berkata, "Di surga ada lembah-lembah di mana para malaikat menanam pepohonan, ketika seseorang mulai berdzikir kepada Allah.
Terkadang salah seorang malaikat itu berhenti bekerja dan teman-temannya bertanya kepadanya, 'Mengapa engkau berhenti?' Ia menjawab, 'Sahabatku telah kendor dzikirnya'. "
Dikatakan, "Carilah kemanisan dalam tiga hal: Solat, Zikir dan membaca Al-Qur'an.
Kemanisan hanya dapat ditemukan di sana, atau jika tidak
sama sekali, maka ketahuilah bahwa pintu telah tertutup.
Ahmad al-Aswad menuturkan, "Ketika aku sedang melakukan perjalanan bersama Ibrahim al-Khawwas, kami tiba di suatu tempat yang dihuni banyak ular. Ibrahim al-Khawwas meletakkan kualinya dan duduk, begitupun denganku.
Ketika malam tiba dan udara menjadi dingin, ular-ular itu pun berkeliaran. Aku berteriak kepada Syeikh, lalu
berkata, 'Dzikirlah kepada Allah!'
Aku pun berdzikir, dan ular-ular itu akhirnya pergi menjauh. Kemudian
mereka datang lagi.
Aku berteriak lagi kepada Syeikh, dan beliau menyuruhku
berdzikir lagi. Hal itu berlangsung terus sampai pagi.
Ketika kami bangun, Syeikh berdiri dan meneruskan
perjalanan, dan aku pun berjalan menyertainya.
Tiba-tiba seekor ular besar jatuh dari kasur gulungnya.
Kiranya semalam ular itu telah tidur bergulung bersama
beliau. Aku bertanya kepada Syeikh, Apakah Anda tidak
merasakan adanya ular itu?'
Beliau menjawab, "Tidak.. Sudah lama aku tidak merasakan tidur nyenyak seperti
tidurku semalam'."
Abu Utsman berkata, "Seseorang yang tidak dapat
merasakan keganasan alpa, tidak akan merasakan sukacita
dzikir."
As-Sary menegaskan, "Tertulis dalam salah satu
kitab suci, 'Jika dzikir kepada-Ku menguasai hamba-Ku,
maka ia telah asyik kepada-Ku dan Aku pun asyik
kepadanya'."
Dikatakan pula, "Allah mewahyukan kepada Daud as,
'Bergembiralah dengan-Ku dan bersenang-senanglah dengan
dzikir kepada-Ku'!"
Ats-Tsaury mengatakan, "Ada hukuman
atas tiap-tiap sesuatu, dan hukuman bagi seorang ahli
ma'rifat adalah terputus dari dzikir kepada-Nya."
Tertulis dalam Injil, "Ingatlah kepada-Ku ketika engkau
dipengaruhi oleh kemarahan, dan Aku akan ingat kepadamu
ketika Aku marah. Bersikap ridhalah dengan pertolongan-Ku kepadamu,
sebab itu lebih baik bagimu dari pertolonganmu kepada dirimu sendiri.
"Dikatakan, 'Apabila dzikir telah menguasai hati
manusia dan setan datang mendekat, maka ia akan
menggeliat-geliat di tanah seperti halnya manusia
menggeliat-geliat manakala setan-setan mendekatinya.
Apabila ini terjadi, maka semua setan akan berkumpul dan
bertanya, Apa yang telah terjadi atas dirinya?' Salah
seorang dari mereka akan menjawab, 'Seorang manusia
telah menyentuhnya'."Sahl berkata, "Aku tidak mengenal
dosa yang lebih buruk dari lupa kepada Allah swt."
Dikatakan bahwa malaikat tidak membawa dzikir batin
seorang manusia ke langit, sebab ia sendiri bahkan tidak
mengetahuinya. Dzikir batin adalah rahasia antara si
hamba dengan Allah swt.
Salah seorang Sufi menuturkan,
"Aku mendengar cerita tentang seorang, laki-laki yang
berdzikir di sebuah hutan. Lalu aku pergi menemuinya.
Ketika ia sedang duduk, seekor binatang buas
menggigitnya dan mengoyak dagingnya. Kami berdua pingsan.
Ketika ia siuman, aku bertanya kepadanya tentang hal
itu, dan ia berkata kepadaku, Binatang itu diutus oleh Allah.
Apabila engkau kendor dalam berdzikir kepada-Nya,
ia datang kepadaku dan menggigitku sebagaimana yang engkau saksikan'.
"Abdullah Al-jurairy mengabarkan, "Di antara murid-murid
kami ada seorang laki-laki yang selalu berdzlkir dengan
mengucap 'Allah, Allah.'
Pada suatu hari sebatang cabang pohon patah dan jatuh menimpa kepalanya. Kepalanya pun
pecah dan darah mengalir ke tanah membentuk kata-kata "Allah, Allah "
Wallah Hu A'lam
[Sumber..]
. .
No comments:
Post a Comment