Friday, December 10, 2010

Mayat Yang Tak Dapat Ridho Allah

Mayat Yang Tak Dapat Ridho Allah

by KATA MUTIARA ISLAM on Friday, February 12, 2010 at 12:16pm
Dari Milist tetangga, buat sekedar renungan guna menguatkan Iman dan Taqwa
kita kehadhirat Allah SWT. Amiin...

Ini adalah kisah nyata, kisah proses penguburan seorang
pejabat di sebuah kota di Jawa Timur. Nama dan alamat sengaja
tidak disebutkan untuk menjaga nama baik jenazah dan keluarga
yang ditinggalkan. Insya Allah kisah ini menjadi hikmah dan
cermin bagi kita semua sebelum ajal menjemput.

Kisah ini diceritakan langsung oleh seorang Modin (pengurus
jenazah)kepada saya. Dengan gaya bertutur, selengkapnya
ceritanya begini :

Saya terlibat dalam pengurus jenazah lebih dari 16 tahun,
Berbagai pengalaman telah saya lalui, sebab dalam jangka atau
kurun waktu tersebut macam macam jenis mayat sudah saya
tangani. Ada yang meninggal dunia akibat kecelakaan, sakit
tua, sakit jantung, bunuh diri dan sebagainya.

Bagaimanapun, pengalaman mengurus satu jenazah seorang
pejabat yang kaya serta berpengaruh ini, menyebabkan saya
dapat kesempatan 'istimewa' sepanjang hidup. Inilah pertama
saya bertemu dengan satu jenazah yang cukup aneh,
menyedihkan, menakutkan dan sekaligus memberikan banyak hikmah.

Peristiwa ini terjadi pertengahan bulan Februari 2001 dan
kebetulan sebagai Modin tetap di desa, saya diminta oleh anak
almarhum mengurus jenazah Bapaknya. Saya terus pergi ke
rumahnya. Ketika saya tiba sampai ke rumah almarhum tercium
bau jenazah itu sangat busuk. Baunya cukup memualkan perut
dan menjijikan. Saya telah mengurus banyak jenazah tetapi
tidak pernah saya bertemu dengan mayat yang sebusuk ini.

Ketika saya lihat wajah almarhum, sekali lagi saya tersentuh.
Saya tengok wajahnya seperti dirundung oleh macam macam
perasaan takut, cemas, kesal dan macam-macam. Wajahnya
seperti tidak mendapat nur dari Allah SWT. Kemudian saya pun
ambil kain kafan yang dibeli oleh anak almarhum dan saya
potong. Secara kebetulan pula, disitu ada dua orang yang
pernah mengikuti kursus "fardu kifayah" atau pengurus jenazah
yang pernah saya ajar. Saya ajak mereka membantu saya dan
mereka setuju.

Tetapi selama memandikan mayat itu, kejadian pertama pun
terjadi, sekedar untuk pengetahuan pembaca, apabila
memandikan jenazah, badan mayat itu perlu dibangunkan sedikit
dan perutnya hendaklah diurut-urut untuk mengeluarkan kotoran
yang tersisa. Maka saya pun urut urut perut almarhum. Tapi
apa Yang terjadi, pada hari itu sangat mengejutkan. Allah
SWT berkehendak dan menunjukkan kekuasaannya karena pada hari
tersebut, kotoran tidak keluar dari pada dubur akan tetapi
melalui mulutnya.
Hati saya berdebar debar. Apa yang sedang terjadi di depan
saya ini ? Telah dua kali mulut mayat ini memuntahkan
kotoran, saya harap hal itu tidak terulang lagi karena saya
mengurut perutnya untuk kali terakhir.

Tiba tiba ketentuan Allah SWT berlaku, ketika saya urut
perutnya keluarlah dari mulut mayat itu kotoran bersama
beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ulat itu adalah seperti
ulat kotoran (belatung). Padahal almarhum meninggal dunia
akibat diserang jantung dan waktu kematiannya dalam tempo
yang begitu singkat mayatnya sudah menjadi demikian rupa ?
saya lihat wajah anak almarhum. Mereka seperti terkejut.
Mungkin malu, terperanjat dan aib dengan apa yang berlaku
pada Bapaknya, kemudian saya tengok dua orang pembantu tadi,
mereka juga terkejut dan panik. Saya katakan kepada mereka,
"Inilah ujian Allah terhadap kita".

Kemudian saya minta salah satu seorang dari pada pembantu
tadi pergi memanggil semua anak almarhum. Almarhum pada
dasarnya seorang yang beruntung karena mempunyai tujuh orang
anak, kesemuanya laki-laki. Seorang berada di luar negeri dan
enam lagi berada di rumah. Ketika semua anak almarhum masuk,
saya nasehati mereka. Saya mengingatkan mereka bahwasanya
tanggung jawab saya hanyalah mambantu menguruskan jenazah
Bapak mereka, bukan menguruskan semuanya, tanggung jawab ada
pada ahli warisnya.

Sepatutnya sebagai anak, mereka yang
lebih afdal menguruskan jenazah Bapak mereka itu, bukan hanya
iman, hanya bilal, atau guru. Saya kemudian meminta ijin
serta bantuan mereka untuk menunggingkan mayat itu.

Takdir Allah ketika ditunggingkan mayat tersebut, tiba tiba
keluarlah ulat-ulat yang masih hidup, hampir sebaskom
banyaknya. Baskom itu kira-kira besar sedikit dari pada
penutup saji meja makan.

Suasana menjadi makin panik. Benar benar kejadian yang luar
biasa sulit diterima akal fikiran manusia biasa. Saya terus
berdoa dan berharap tidak terjadi lagi kejadian yang lebih
ganjil. Selepas itu saya memandikan kembali mayat tersebut
dan saya ambilkan wudlu. Saya meminta anak anaknya untuk kain kafan.

Saya bawa mayat ke dalam kamarnya dan tidak diijinkan seorang
pun melihat upacara itu terkecuali waris yang terdekat sebab
saya takut kejadian yang lebih aib akan terjadi.

Peristiwa apa pula yang terjadi setelah jenazah diangkat ke
kamar dan hendak dikafani, takdir Allah jua yang menentukan,
ketika mayat ini diletakkan di atas kain kafan, saya dapati
kain kafan itu hanya cukup menutupi ujung kepala dan kaki
tidak ada lebih, maka saya tak dapat mengikat kepala dan
kaki.
Tidak keterlaluan kalau saya katakan ia seperti kain
kafan itu tidak mau menerima mayat tadi. Tidak apalah,
mungkin saya yang khilaf di kala memotongnya. Lalu saya ambil
pula kain, saya potong dan tampung di tempat tempat yang
kurang. Memang kain kafan jenazah itu jadi sambung
menyambung, tapi apa mau dikata, itulah yang dapat saya
lakukan. Dalam waktu yang sama saya berdoa kepada Allah "Ya
Allah, jangan kau hinakan jenazah ini ya Allah, cukuplah
sekedar peringatan kepada hambaMu ini."

Selepas itu saya beri taklimat tentang sholat jenazah tadi,
satu lagi masalah timbul, jenazah tidak dapat dihantar ke
tanah pekuburan karena tidak ada mobil jenazah/mobil
ambulance. Saya hubungi kelurahan, pusat Islam, masjid, dan
sebagainya, tapi susah. Semua sedang terpakai, beberapa
tempat tersebut juga tidak punya kereta jenazah lebih dari
satu karena kereta yang ada sedang digunakan pula.

Suatu hal yang saya fikir bukan sekedar kebetulan. Dalam keadaan itu
seorang hamba Allah muncul menawarkan bantuan. Lelaki itu
meminta saya menunggu sebentar untuk mengeluarkan van/sejenis
Mobil pickup dari garasi rumahnya. Kemudian muncullah sebuah
van. Tapi ketika dia sedang mencari tempat untuk meletakkan
vannya itu di rumah almarhum tiba-tiba istrinya keluar.
Dengan suara yang tegas dia berkata di khalayak ramai : "Mas,
saya tidak perbolehkan mobil kita ini digunakan untuk angkat
jenazah itu, sebab semasa hayatnya dia tidak pernah
mengijinkan kita naik mobilnya."

Renungkanlah kalau tidak ada apa apanya, tidak mungkin
seorang Wanita yang lembut hatinya akan berkata demikian.
Jadi saya suruh tuan punya van itu membawa kembali vannya.
Selepas itu muncul pula seseorang lelaki menawarkan
bantuannya. Lelaki itu mengaku dia anak murid saya. Dia
meminta ijin saya dalam 60 menit membersihkan mobilnya itu.

Dalam jangka waktu yang ditetapkan itu, muncul mobil
tersebut, tapi dalam keadaan basah kuyup. Mobil yang
dimaksudkan itu sebenarnya lori. Dan lori itu digunakan oleh
lelaki tadi untuk menjual ayam ke pasar, dalam perjalanan
menuju kawasan pekuburan, saya berpesan kepada dua pembantu
tadi supaya masyarakat tidak usah membantu kami menguburkan
jenazah, cukup tinggal di kampung saja akan lebih baik. Saya
tidak mau mereka melihat lagi peristiwa ganjil.

Rupanya apa yang saya takutkan itu berlaku sekali lagi,
takdir Allah yang terakhir amat memilukan. Sesampainya
jenazah tiba di tanah pekuburan, saya perintahkan tiga orang
anaknya turun ke dalam liang dan tiga lagi menurunkan
jenazah. Allah berkehendak semua atas makhluk ciptaanNya
berlaku, saat jenazah itu menyentuh ke tanah tiba tiba air
hitam yang busuk, baunya keluar dari celah tanah yang pada
asal mulanya kering.

Hari itu tidak ada hujan, tapi dari mana datang air itu ?
sukar untuk saya menjawabnya. Lalu saya arahkan anak
almarhum, supaya jenazah bapak mereka dikemas dalam peti
dengan hati hati. Saya takut nanti ia terlentang atau
telungkup na'udzubillah. Kalau mayat terlungkup, tak ada
harapan untuk mendapat safa'at Nabi. Papan keranda diturunkan
dan kami segera timbun kubur tersebut. Selepas itu kami injak
injak tanah supaya mampat dan bila hujan ia tidak
mendap/ambrol. Tapi sungguh mengherankan, saya perhatikan
tanah yang diinjak itu menjadi becek. Saya tahu, jenazah yang
ada di dalam telah tenggelam oleh air hitam yang busuk itu.
Melihat keadaan tersebut, saya arahkan anak-anak almarhum
supaya berhenti menginjakkan tanah itu. Tinggalkan lobang
kubur 1/4 meter. Artinya kubur itu tidak ditimbun hingga ke
permukaan lubangnya, tapi ia seperti kubur berlobang.

Tidak cukup dengan itu, apabila saya hendak bacakan talqin,
saya lihat tanah yang diinjak itu ada kesan serapan air.
Masya Allah, dalam sejarah peristiwa seperti itu belum pernah
terjadi. Melihat keadaan itu, saya ambil keputusan untuk
selesaikan penguburan secepat mungkin. Sejak lama terlibat
dalam penguburan jenazah, inilah mayat yang saya tidak
alqimkan. Saya bacakan tahlil dan doa yang paling ringkas.
Setalah saya Pulang ke rumah almarhum dan mengumpulkan
keluarganya. Saya bertanya kepada istri almarhum, apakah yang
telah dilakukan oleh almarhum semasa hayatnya.

1. Apakah dia pernah menzalimi orang alim ?
2. Mendapat harta secara merampas, menipu dan mengambil yang
bukan haknya? 3. Memakan harta masjid dan anak yatim ? 4.
Menyalahkan jabatan untuk kepentingan sendiri ? 5. Tidak
pernah mengeluarkan zakat, shodaqoh atau infaq ?

Istri almarhum tidak dapat memberikan jawabannya. Memikirkan
mungkin dia malu Untuk memberi tahu, saya tinggalkan nombor
telepon rumah. Tapi sedihnya hingga sekarang, tidak seorang
pun anak almarhum menghubungi saya. Untuk pengetahuan umum,
anak almarhum merupakan orang yang berpendidikan tinggi
hingga ada seorang yang beristri orang Amerika, seorang dapat
istri orang Australia dan seorang lagi istrinya orang Jepang.
Peristiwa ini akan tetap saya ingat. Dan kisah ini benar
benar nyata bukan rekaan atau isapan jempol.

Semua kebenaran saya kembalikan kepada Allah SWT pencipta
jagad raya ini. 'Kepada kita semua pembaca setia renungan
Media Informasi ini, tanyalah diri kita akankah kita
menginginkan peristiwa itu terjadi pada diri kita sendiri,
ibu, bapak kita, anak kita atau kaum keluarga kita ? Renungkanlah...

Pada akhirnya setelah semalam merenungkan artikel ini dalam
hati terbersit
do'a: "Ya Allah jauhkanlah Aku dan keluargaku dari peristiwa
itu dan peristiwa yang semacam dengan itu." "Ya Allah
jauhkanlah Aku dan keluargaku dari akhlaq yang menjadikan
peristiwa itu dan peristiwa yang semacam dengan itu."
Moga menjadi pengajaran utk sesiapa yg menghendaki,  menjadi Mukmin SeJaTi.

Wallah Hu A'lam.


. .
~***~LadingEMAS~***~

No comments:

Post a Comment