Thursday, January 7, 2010

Sirah Rasulullah SAW_28 ~ TAHUN PERUTUSAN

BAGIAN KEDUAPULUH DELAPAN: TAHUN PERUTUSAN               (1/3)
Muhammad Husain Haekal
 
   Orang-orang Arab ramai-ramai masuk Islam - Islamnya 'Urwa
   b. Mas'ud dan perlawanan penduduk Ta'if - Kabilah-kabilah
   menguasai jalan Thaqif - Perutusannya kepada Nabi dan
   syarat-syaratnya - Islamnya perutusan dan Islamnya Ta'if
   serta runtuhnya berhala Lat - Abu Bakr memimpin jemaah
   haji - Ali b. Abi Talib menyusul - Surah Bara'ah - Dasar
   ideal negara Islam - Perjuangan dalam Islam dan
   alasannya.
 
DENGAN berakhirnya ekspedisi ke Tabuk itu  maka  ajaran  Islam
sudah selesai tersebar ke seluruh jazirah Arab. Muhammad sudah
aman dari setiap serangan yang datang dari  luar.  Sebenarnya,
begitu  Muhammad  kembali ke Medinah dari perjalanan ekspedisi
itu,  semua  penduduk  jazirah  yang  masih   berpegang   pada
kepercayaan   syirik,  sekarang  sudah  mulai  berpikir-pikir.
Meskipun kaum Muslimin yang telah ikut menemani Muhammad dalam
perjalanan   ke   Syam  itu  cukup  mengalami  pelbagai  macam
kesukaran, memikul segala penderitaan karena  haus  dan  panas
musim  yang  begitu membakar, namun mereka kembali dengan hati
kesal,  sebab  mereka  tidak  jadi  berperang,  tidak  membawa
rampasan perang, karena pihak Rumawi menarik pasukannya hendak
bertahan dalam benteng-benteng di pedalaman Syam. Akan  tetapi
penarikan  mundur ini sebenarnya telah meninggalkan kesan yang
dalam sekali dalam hati kabilah-kabilah bagian  selatan  -  di
Yaman,  Hadzramaut  dan 'Umman (Oman). Bukankah pasukan Rumawi
itu  juga  yang  telah  mengalahkan  Persia,  telah  mengambil
kembali  Salib Besar, kemudian membawanya kembali ke Yerusalem
dalam suatu upacara besar-besaran? Sedang  Persia,  waktu  itu
dalam  waktu  yang  cukup lama merupakan penguasa yang perkasa
atas wilayah Yaman dan daerah-daerah sekitarnya itu.
 
Selama  kaum  Muslimin  berada  tidak  jauh  dari  Yaman   dan
daerah-daerah  Arab lainnya, bukankah sudah selayaknya apabila
seluruh wilayah ini bergabung semua dalam  suatu  kesatuan  di
bawah naungan panji Muhammad, panji Islam, supaya mereka dapat
diselamatkan dari  kekuasaan  pihak  Rumawi  dan  Persia?  Apa
salahnya  kalau  kepala-kepala  kabilah dan daerah itu berbuat
begitu,  selama  mereka  memang  membuktikan  Muhammad   tetap
mengakui  kekuasaan  daerah-daerah  dan kabilah-kabilah mereka
yang datang menyatakan keislaman dan  kesetiaan  mereka  itu?!
Ya,  hendaknya tahun kesepuluh Hijrah ini memang menjadi Tahun
Perutusan, manusia datang berbondong-bondong  menyambut  agama
Allah.  Hendaknya ekspedisi Tabuk dan penarikan mundur pasukan
Rumawi menghadapi pihak Muslimin  itu  akan  memberi  pengaruh
lebih  besar  daripada pembebasan Mekah, kemenangan Hunain dan
pengepungan kota Ta'if selama ini.
 
Nasib baik yang telah  membawa  Ta'if  --  kota  yang  tadinya
paling  gigih  melawan  Nabi selama kota itu dalam pengepungan
sehingga  akhirnya  ditinggalkan  kaum  Muslimin  tanpa  dapat
diterobos  - ialah karena sesudah peristiwa Tabuk, kota inilah
yang pertama-tama menyatakan  kesetiaannya,  meskipun  sebelum
itu  lama  sekali ia maju-mundur hendak mengumumkan pernyataan
setianya itu.

Setelah kejadian Hunain, selama  Nabi  memimpin  ekspedisi  ke
Ta'if,  'Urwa  b.  Mas'ud - salah seorang pemimpin Thaqif yang
tinggal di kota tcrsebut - sedang tak ada di tempat. Ia sedang
pergi  ke Yaman. Bilamana kemudian ia kembali ke daerahnya dan
melihat Nabi mendapat kemenangan di Tabuk dan sudah kembali ke
Medinah,  ia  pun  segera menyatakan dirinya masuk Islam serta
memperlihatkan   betapa   besar   hasratnya   ingin   mengajak
masyarakatnya  juga  masuk  Islam  'Urwa  bukan tidak mengenal
Muhammad dan kebesarannya. Dia  termasuk  salah  seorang  yang
pernah   ikut  berunding  mewakili  Quraisy  dalam  perdamaian
Hudaibiya. Setelah  'Urwa  masuk  Islam  dan  Nabi  mengetahui
hasratnya hendak pergi mengajak golongannya menerima agama ini
yang sudah juga dianutnya, Nabi  yang  sudah  pula  mengetahui
betapa  bangga  dan  kerasnya  fanatik  orang-orang Thaqif itu
terhadap  Lat  berhala  mereka,  diingatkannya  'Urwa   dengan
katanya: "Mereka akan membunuh engkau."
 
Tetapi   'Urwa   yang   merasa   kedudukannya  cukup  kuat  di
tengah-tengah golongannya itu sebaliknya berkata:
 
"Rasulullah, mereka mencintai saya  lebih  daripada  mencintai
mata mereka sendiri."

Kemudian  'Urwa pergi hendak mengajak golongannya itu menganut
Islam. Mereka berunding sesama  mereka  dan  tidak  memberikan
sesuatu  pendapat  kepadanya.  Keesokan  harinya  pagi-pagi ia
pergi  ke   ruangan   atas   rumahnya,   ia   mengajak   orang
bersembahyang.  Tepat  sekalilah firasat Rasulullah waktu itu.
Masyarakatnya itu sudah tak dapat menahan  hati.  Ia  dikepung
lalu  dihujani  panah  dari segenap penjuru, dan sebatang anak
panah telah dapat  pula  menewaskannya.  Keluarga  'Urwa  yang
berada di sekelilingnya jadi gelisah. Kata 'Urwa ketika sedang
mengembuskan napas terakhir:
 
"Suatu  kehormatan  telah  diberikan  Tuhan  kepadaku,   suatu
kesaksian  oleh Tuhan telah dilimpahkan kepadaku. Yang kualami
ini sama seperti yang dialami para syuhada  yang  berjuang  di
samping Rasulullah - s.a.w. - sebelum meninggalkan kita."
 
Kemudian  dimintanya  supaya  ia  dikuburkan bersama-sama para
syuhada.  Oleh  keluarganya  ia  pun  dikuburkan  bersama-sama
mereka.
 
Tetapi   nyatanya   darah   'Urwa   tidak   sia-sia  mengalir.
Kabilah-kabilah yang berada di sekitar  Ta'if  semuanya  sudah
masuk  Islam.  Disini  mereka  menyadari  bahwa apa yang telah
diperbuat Thaqif  terhadap  pemimpin  itu  adalah  suatu  dosa
besar.  Akibat  perbuatan  itu  Thaqif  menyadari  juga, bahwa
mereka merasa tidak  tenang.  Setiap  ada  orang  keluar  dari
kalangan mereka pasti tertangkap. Sekarang mereka yakin, bahwa
bila tidak diadakan suatu  perdamaian  atau  semacam  gencatan
senjata,  pasti  nasib  mereka  akan  hilang  tak ada artinya.
Segera mereka mengadakan  perundingan  dengan  sesama  mereka.
Mereka mengusulkan kepada pemimpin mereka ['Abd Yalail] supaya
ia berangkat menemui Nabi  dan  mengusulkan  suatu  perdamaian
Thaqif.
 
Akan  tetapi  'Abd  Yalail kuatir akan mengalami nasib seperti
yang dialami 'Urwa b. Mas'ud dari  masyarakatnya  sendiri.  Ia
tidak akan berangkat menemui Muhammad kalau tidak diantar oleh
lima orang lainnya, dengan keyakinan bahwa kalau ia  berangkat
dengan mereka lalu kembali pulang, mereka akan dapat menggarap
golongannya masing-masing.
 
Ketika sudah mendekati Medinah dan Mughira b. Syu'ba  berjumpa
dengan mereka, ia pergi cepat-cepat hendak menyampaikan berita
kedatangan mereka itu kepada Nabi. Abu Bakr juga melihatnya ia
sedang  berjalan ccpat-cepat itu. Setelah ia mengetahui maksud
kedatangan mereka dari Mughira, dimintanya  biarlah  dia  yang
akan  meneruskan berita gembira itu kepada Rasulullah. Dan Abu
Bakr pun masuk menyampaikan berita kedatangan perutusan Thaqif
itu kepada Nabi.
 
Tetapi  sebenarnya  perutusan  ini masih juga mau membanggakan
golongannya. Mereka masih juga mau mengingat-ingat pengepungan
Nabi  di Ta'if yang kemudian kembali. Kendatipun Mughira sudah
memberitahukan mereka bagaimana caranya memberi  salam  secara
Islam  kepada  Nabi,  namun  mereka  tidak  mau  juga dan akan
memberi salam hanya dengan cara jahiliah itu juga.

Kemudian mereka memasang sebuah qubba - kemah bulat1 yang khas
di  sebelah  mesjid.  Mereka  memasang  kemah itu sebab mereka
masih sangat berhati-hati sekali terhadap Muslimin, dan  belum
yakin.  Yang menjadi perantara antara mereka dengan Rasulullah
dalam perundingan itu ialah Khalid b. Sa'id bin'l-'Ash. Mereka
tidak  mau  merasakan  makanan  yang  datang  dari  pihak Nabi
sebelum dicoba dimakan terlebih dahulu  oleh  Khalid.  Sebagai
perantara  orang ini menyampaikan kepada Muhammad bahwa mereka
menerima Islam, dengan permintaan supaya  Lat  berhala  mereka
itu dibiarkan selama tiga tahun jangan dihancurkan, dan mereka
supaya dibebaskan dari kewajiban sembahyang. Tetapi permintaan
mereka itu samasekali ditolak oleh Muhammad. Permintaan mereka
sekarang dikurangi lagi: supaya Lat dibiarkan selama dua tahun
lalu  berubah  menjadi  satu  tahun,  selanjutnya menjadi satu
bulan saja, setelah mereka  kembali  kepada  golongan  mereka.
Akan tetapi penolakannya itu sudah tegas sekali dan tidak lagi
ragu-ragu atau dapat ditawar-tawar.
 
Bagaimana mereka mengharapkan dari Nabi, yang mengajak manusia
menyembah  hanya  kepada  Tuhan Yang Tunggal dan menghancurkan
semua berhala tanpa ampun, akan sudi membiarkan  soal  berhala
mereka  itu,  meskipun masyarakatnya sendiri tidak kurang pula
gigihnya seperti pada pihak Thaqif  di  Ta'if.  Buat  manusia,
yang ada hanyalah: dia beriman atau tidak beriman, di luar itu
yang ada hanya syak (skeptis) dan serba  sangsi.  Sedang  syak
dan  iman  tidak  bisa bertemu dalam satu jantung, sama halnya
seperti iman dan kufur. Membiarkan Lat - datuknya Banu  Thaqif
itu  -  berarti  suatu  perlambang  bahwa  mereka masih saling
berganti ibadat antara berhala dengan Tuhan,  dan  ini  adalah
perbuatan   mempersekutukan   Tuhan,   sedang   Tuhan   takkan
mengampuni dosa orang yang mempersekutukan Tuhan.

Sekarang  pihak  Thaqif  minta   dibebaskan   dari   kewajiban
menjalankan salat. Tetapi Muhammad menolak dengan mengatakan:
Tidak baik agama yang tidak  disertai  salat.  Kemudian  tidak
lagi  pihak Thaqif mempertahankan Lat itu, mereka mau menerima
Islam dan  menjalankan  salat.  Tetapi  mereka  masih  meminta
berhala-berhala  itu  jangan  dihancurkan  oleh  tangan mereka
sendiri. Mereka orang baru dalam mengenal iman, dan masyarakat
mereka yang masih menunggu mereka kembali itu ingin mengetahui
apa  benar  yang  sudah  mereka  lakukan.  Hendaknya  Muhammad
membebaskan  mereka untuk tidak menghancurkan sendiri apa yang
mereka sembah dan disembah nenek-moyang mereka itu. Dalam  hal
ini  Muhammad menganggap tidak perlu berkeras. Akan sama saja,
berhala itu dihancurkan oleh tangan  orang-orang  Thaqif  atau
oleh  tangan orang lain. Yang penting berhala itu dibinasakan,
dan pihak Thaqif hanya akan menyembah  Tuhan  Yang  Maha  Esa.
Kata Nabi a.s.:
 
"Kami  akan  membebaskan  kamu menghancurkan berhala-berhalamu
itu dengan tanganmu sendiri."
 
Untuk mengurus mereka itu kekuasaan diberikan  kepada  'Uthman
b.  Abi'l-'Ash  -  orang  yang  paling  muda usianya di antara
mereka. Dalam usia semuda itu  ia  diberi  kekuasaan  mengurus
mereka,   karena  dialah  yang  paling  sungguh-sungguh  dalam
memahami hukum Islam dan pendidikan Qur'an, dengan  disaksikan
oleh Abu Bakr dan orang-orang yang mula-mula dalam Islam.
 
Utusan  Banu  Thaqif  itu tinggal dengan Muhammad sampai akhir
bulan   puasa.   Mereka   ikut   berpuasa   bersama-sama   dan
dikirimkannya  pula  makanan  kepada  mereka  untuk  sahur dan
berbuka. Bilamana  sudah  tiba  saatnya  mereka  akan  kembali
kepada   golongannya,  Muhammad  berpesan  kepada  'Uthman  b.
Abi'l-'Ash dengan mengatakan:
 
"Ringkaskanlah dalam bersembahyang dan ambil orang yang  lemah
sebagai  ukuran.  Diantara  mereka itu ada orang tua, ada yang
masih anak-anak, ada yang lemah dan yang mempunyai keperluan."

Perutusan  itu  kemudian  kembali  ke  negeri  mereka.   Untuk
melaksanakan pembinasaan Lat itu, Nabi mengutus bersama mereka
Abu Sufyan b. Harb dan Mughira b.  Syuiba.  Kedua  mereka  ini
memang  sudah  mempunyai  hubungan  yang baik dan akrab dengan
Banu Thaqif. Bilamana Abu Syufyan dan Mughira tiba dan Mughira
menghancurkan  berhala itu, wanita-wanita Thaqif karena merasa
sedih  mereka  menangis,  tapi  tiada  seorang   yang   berani
mendekatinya,  karena  memang  sudah  ada  persetujuan  antara
perutusan Thaqif dengan Nabi untuk membinasakan  berhala  itu.
Mughira  mengambil semua harta Lat termasuk perhiasannya untuk
dipergunakan membayar  utang-utang  'Urwa  dan  Aswad  -  atas
perintah Rasul dan dengan persetujuan Abu Sufyan.
 
Jadi  dengan runtuhnya berhala Lat dan Ta'if masuk Islam, maka
seluruh Hijaz sekarang sudah menjadi Islam. Pengaruh  Muhammad
sekarang  membentang  dari  wilayah  Rumawi di utara sampai ke
daerah  Yaman  dan  Hadzramaut   di   selatan.   Daerah-daerah
selebihnya  di  bagian  selatan  jazirah  ini semua sudah pula
bersiap-siap hendak menggabungkan diri  ke  dalam  agama  baru
ini.  Dengan  segala  kekuatan  yang  ada semua ini sudah siap
membela agama  dan  tanah  air  masing-masing.  Sementara  itu
utusan-utusan  terus  berdatangan dari segenap penjuru. Mereka
semua menuju Medinah,  untuk  menyatakan  kesetiaannya,  untuk
menyatakan diri masuk Islam.
 
Sementara  para  utusan  itu  berturut-turut datang ke Medinah
dari bulan ke bulan, akhirnya bulan Haji  pun  sudah  pula  di
ambang  pintu.  Sampai  pada  waktu  itu Nabi tidak menunaikan
kewajiban itu seluruhnya seperti yang dilakukan kaum  Muslimin
dewasa ini. Adakah kita lihat ia pergi dalam tahun ini sebagai
tanda syukur kepada Tuhan karena pertolongan yang diberikanNya
dalam  menghadapi  Rumawi,  memasukkan Ta'if ke dalam pangkuan
Islam serta  perutusan  yang  datang  kepadanya  dari  segenap
penjuru?
 
Sebenarnya  di semenanjung itu masih juga ada orang-orang yang
belum beriman kepada Allah dan kepada Rasul,  masih  juga  ada
orang-orang  kafir  dan  masih juga ada orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Sedang orang-orang kafir masih  berpegang  pada  adat
lembaga   jahiliah.   Dalam   bulan-bulan  suci  mereka  masih
berziarah ke Ka'bah,  sedang  orang-orang  kafir  kotor.  Jadi
kalau  begitu,  biar  dia akan tinggal saja di Medinah, sampai
Tuhan menyelesaikan FirmanNya,  sampai  Tuhan  mengijinkan  ia
pergi  berhaji ke Baitullah. Biar Abu Bakr saja memimpin orang
naik haji.

Pada waktu itulah Abu Bakr memimpin 300 orang Muslimin  menuju
Mekah.  Akan  tetapi mungkin dari tahun ke tahun orang musyrik
masih juga  akan  tetap  berziarah  ke  Baitullah  yang  suci.
Bukankah  secara  umum  antara Muhammad dengan orang-orang itu
sudah ada suatu perjanjian bahwa tidak boleh orang  dirintangi
datang  ke  Ruimah  Suci,  dan  orang tidak boleh merasa takut
selama dalam bulan-bulan  suci?  Bukankah  antara  dia  dengan
kabilah-kabilah  Arab  sudah  ada perjanjian-perjanjian sampai
saat-saat tertentu? Selama ada perjanjian-perjanjian demikian,
selama  itu  pula  orang-orang  yang mempersekutukan Tuhan dan
menyembah yang  selain  Tuhan  itu  akan  tetap  berziarah  ke
Baitullah,  dan  Muslimin  pun  akan  selalu  menyaksikan cara
peribadatan jahiliah di bawah matanya  sendiri,  dilangsungkan
di sekitar Ka'bah; sedang menurut perjanjian-perjanjian khusus
dan perjanjian secara umum tak ada  alasan  menghalangi  orang
datang berhaji dan beribadat di tempat itu.
 
Kalau berhala-berhala yang disembah orang-orang Arab itu sudah
banyak yang dihancurkan dan berhala-berhala yang dulu di dalam
Ka'bah  dan  di  sekitarnya sudah pula dimusnahkan, maka suatu
pertemuan dalam  Baitullah  yang  suci  dengan  nmempersatukan
orang-orang yang berontak pada kehidupan syirik dan paganisma,
dengan orang-orang  yang  tetap  dalam  kehidupan  syirik  dan
paganismanya  itu,  adalah  suatu  kontradiksi  yang tak dapat
dimengerti. Kalau orang dapat memahami orang-orang Yahudi  dan
Nasrani pergi berziarah ke Bait'l-Maqdis (Yerusalem) sebab itu
adalah Tanah yang  dijanjikan  buat  orang-orang  Yahudi,  dan
tempat  kelahiran  Isa  Almasih buat orang-orang Nasrani, maka
orang  tidak  akan  dapat   memahami   pertemuan   dua   macam
peribadatan dalam sebuah tempat, di tempat itu berhala-berhala
dihancurkan dan di tempat itu pula berhala-berhala yang  sudah
dihancurkan  itu disembah. Oleh karena itu, sudah wajar sekali
apabila orang-orang musyrik itu  tidak  boleh  lagi  mendekati
Rumah Suci yang sudah dibersihkan dari segala kehidupan syirik
dan segala macam suasana paganisma. Dalam hal inilah ayat-ayat
dalam  Surah  Bara'ah  (At-Taubah  (9) itu turun. Tetapi musim
haji kini sudah dimulai dan orang-orang musyrik sudah pula ada
yang    datang   dari   pelosok-pelosok   hendak   menjalankan
upacaranya.  Baiklah  pertemuan  sekali   ini   menjadi   saat
menyampaikan  perintah  Allah  kepada  mereka dalam memutuskan
segala perjanjian antara paganisma dengan iman,  kecuali  buat
perjanjian  yang  dibuat untuk waktu tertentu ia tetap berlaku
sampai pada waktu yang sudah ditentukan itu.
 
                                                (bersambung ke bagian 2/3)
BAGIAN KEDUAPULUH DELAPAN: TAHUN PERUTUSAN               (2/3)
Muhammad Husain Haekal
 
Untuk maksud itu Nabi lalu mengutus Ali b. Abi Talib  menyusul
Abu Bakr, dan berkhotbah menyampaikan perintah Allah dan Rasul
itu kepada orang ramai  waktu  musim  haji  di  Arafat.  Dalam
menunaikan  tugasnya  Ali  dapat  menyusul  Abu  Bakr dan kaum
Muslinmin yang berangkat bersama-sama pergi haji  itu.  Begitu
Abu Bakr melihatnya ia bertanya:
 
"Amir atau ma'mur?"2
 
"Ma'mur,"3 jawab Ali.
 
Kemudian  diceritakannya  maksud  kedatangannya itu, dan bahwa
Nabi mengutus dia kepada  orang  banyak  karena  dia  termasuk
keluarganya.
 
Bilamana  orang  sudah  berkumpul di Mina melaksanakan upacara
haji, Ali berdiri di samping  Abu  Huraira,  dan  diserukannya
kepada orang banyak dengan membaca firman Allah ini:4
 
"Suatu  pernyataan  pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya
kepada  orang-orang  musyrik  yang  telah  kamu  ikat   dengan
perjanjian  (1).  Oleh  karena  itu, bolehlah kamu berjalan di
muka bumi ini selama empat bulan dan  ketahuilah,  bahwa  kamu
tidak  akan dapat melemahkan Tuhan dan Tuhan akan mencampakkan
kehinaan kepada orang-orang kafir (2). Dan ini sebuah Maklumat
dari Allah dan Rasul kepada umat manusia pada Hari Haji Akbar5
bahwa Allah dan Rasul lepas tangan dari  orang-orang  musyrik.
Tetapi  kalau  mau bertaubat, itu lebih baik buat kamu. Tetapi
kalau  kamu  mengelak  juga,  ketahuilah,  kamu  takkan  dapat
melemahkan Tuhan. Beritahukanlah kepada orang-orang yang kafir
itu akan adanya siksa yang pedih  (3).  Kecuali  mereka,  yang
telah  kamu  adakan  perjanjian dengan orang-orang musyrik dan
tiada pula mereka melanggar sesuatu dalam perjanjian itu,  dan
mereka  tidak  membantu  seseorang  dalam  memusuhi kamu, maka
penuhilah perjanjian itu dengan mereka sampai batas  waktunya.
Allah  menyukai  orang-orang  yang  teguh dalam kebenaran (4).
Apabila bulan-bulan suci sudah lalu, orang-orang  musyrik  itu
boleh  diperangi  dimana  saja kamu jumpai mereka, tangkap dan
kepunglah  mereka  dan  intailah  mereka  pada  setiap  tempat
penjagaan.   Tetapi  apabila  mereka  sudah  bertaubat,  sudah
menjalankan salat dan mengeluarkan  zakat,  biarkanlah  mereka
bebas   berjalan.   Sesungguhnya   Allah  Maha  Pengampun  dan
Penyayang (5). Dan apabila ada seseorang  dari  pihak  musryik
itu  meminta  perlindungan  (suaka)  kepadamu,  lindungilah ia
supaya sempat ia mendengar Firman Allah, kemudian  antarkanlah
ia  ke tempat vang aman. Demikianlah, sebab mereka orang-orang
yang tidak mengetahui (6). Bagaimana mungkin di hadapan  Allah
dan  RasulNya  akan  ada  suatu  perjanjian dengan orang-orang
musyrik; kecuali yang  telah  kamu  adakan  perjanjian  dengan
mereka  di  dekat  Masjid'l-Haram.  Maka selama mereka berlaku
lurus kepada kamu, hendaklah kamu berlaku  lurus  juga  kepada
mereka;  sebab  Allah  menyukai  orang-orang  yang teguh dalam
kebenaran (7).  Bagaimana  mungkin  (ada  perjanjian  demikian
itu),  padahal  bilamana  mereka  dapat menguasai kamu, mereka
tidak akan menghormat kamu, baik dalam tali  kekeluargaan  mau
pun  dalam  perjanjian.  Mereka menyenangkan kamu dengan mulut
(manis) tapi hati mereka sebaliknya. Dan kebanyakan mereka itu
orang-orang  fasik  (8).  Ayat-ayat  Tuhan  mereka jual dengan
harga murah dan mereka mau menghalangi orang dari jalan Allah.
Memang  buruk  sekali  perbuatan  mereka itu (9). Mereka tidak
lagi menghormati orang beriman, baik  dalam  kekeluargaan  mau
pun dalam perjanjian. Mereka itulah orang-orang yang melanggar
batas (10). Akan tetapi  bila  mereka  bertaubat,  menjalankan
sembahyang   dan   mengeluarkan   zakat,   maka   mereka   itu
saudara-saudaramu seagama. Ayat-ayat itu Kami  uraikan  kepada
mereka  yang  mau  mengerti (11). Tetapi bilamana mereka sudah
melanggar sumpah mereka sendiri sesudah perjanjian mereka itu,
dan mereka memaki agamamu, maka perangilah pemuka-pemuka orang
kafir itu - mereka orang-orang yang tak dapat menahan  diri  (
12).  Kamu  tidak  mau  melawan  golongan yang telah melanggar
sumpahnya sendiri, padahal  mereka  sudah  berkonmplot  hendak
mengusir  Rasul,  dan  mereka  itulah  yang pertama kali mulai
memerangi kamu. Takutkah kamu  kepada  mereka?  Padahal  Allah
yang  harus  lebih  ditakuti,  kalau  kamu orang-orang beriman
(13). Lawanlah mereka itu! Tuhan akan menyiksa mereka  melalui
tangan  kamu, Allah akan menista mereka dan akan menolong kamu
melawan mereka, akan melegakan hati orang-orang beriman  (14).
Tuhan  akan  menghapuskan kemarahan hati mereka, akan menerima
taubat siapa saja yang dikehendakiNya. Allah Maha  Mengetahui,
Maha  Bijaksana  (  15).  Adakah kamu mengira, bahwa kamu akan
dibiarkan begitu saja, padahal Allah  belum  membuktikan  kamu
yang  benar  berjuang  dan  tiada pula mengambil sebagai teman
akrabnya, selain Allah, Rasul dan orang-orang  beriman.  Allah
Maha   Mengetahui   apa   yang  kamu  perbuat  (16).  Bukanlah
orang-orang musyrik itu yang  akan  memeriahkan  mesjid-mesjid
Allah,  karena mereka sudah mengakui sendiri kekufuran mereka.
Perbuatan mereka itu rendah  sekali,  dan  mereka  akan  kekal
dalam   api   neraka   (17).   Tetapi  yang  akan  memeriahkan
mesjid-mesjid Allah ialah  orang  yang  sudah  beriman  kepada
Allah  dan  hari  kemudian,  serta  menjalankan sembahyang dan
mengeluarkan zakat dan tidak takut  kepada  siapa  pun  selain
kepada  Allah.  Mereka  inilah  yang  diharapkan akan mendapat
petunjuk  (18).  Pemberian  minuman  kepada  jemaah  haji  dan
mengurus  Mesjid  Suci  adakah  kamu samakan dengan orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjuang di jalan
Allah?  Dalam  pandangan  Tuhan mereka tidak sama. Allah tidak
memberi  petunjuk  kepada  orang-orang  yang  bersalah   (19).
Orang-orang yang beriman, yang berhijrah dan berjuang di jalan
Allah dengan harta dan jiwaraga mereka dalam  pandangan  Allah
lebih  tinggi  derajatnya;  dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan  (20).  Tuhan  memberikan  berita  gembira
kepada  mereka  dengan  rahmat, keridaan dan surga daripadaNya
buat mereka. Disana tempat kesenangan abadi (21). Mereka kekal
selalu   disana.  Pahala  yang  besar  ada  pada  Tuhan  (22).
Orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan  bapa-bapa  dan
saudara-saudaramu  itu  sebagai  wakil-wakil kamu kalau mereka
lebih mengutamakan kekufuran daripada  iman;  dan  barangsiapa
mengambil mereka menjadi wakil, mereka itulah orang-orang yang
aniaya (23). Ya, katakanlah: Kalau bapa-bapa  kamu,  anak-anak
kamu,  saudara-saudara  dan  isteri-isteri kamu serta keluarga
kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang  kamu
kuatirkan  akan  menjadi rugi, tempat-tempat tinggal yang kamu
senangi, semua  itu  lebih  kamu  cintai  daripada  Allah  dan
RasulNya   serta   daripada  berjuang  di  jalan  Allah,  maka
tunggulah  sampai  Allah  memberikan  keputusan.  Allah  tidak
memberikan  bimbingan  kepada  orang-orang  fasik  (24). Allah
telah menolong kamu pada beberapa tempat  dan  pada  Peristiwa
Hunain,  tatkala  kamu merasa bangga sekali karena jumlah kamu
yang besar. Tetapi ternyata jumlah yang besar itu sedikit  pun
tidak  menolong kamu, dan bumi yang seluas ini pun terasa amat
sempit olehmu, lalu kamu berbalik  mundur  (25).  Sesudah  itu
Tuhan  menurunkan  perasaan  tenang  kedalam  hati  Rasul  dan
orang-orang beriman serta diturunkanNya pula balatentara  yang
tidak  kamu  lihat,  dan  disiksaNya orang-orang kafir itu dan
memang itulah balasan buat orang-orang kafir (16). Sesudah itu
kemudian    Allah    menerima    taubat    barangsiapa    yang
dikehendakiNya.  Allah  Maha  Pengampun  dan  Penyayang  (27).
Orang-orang  beriman! Ingatlah, orang-orang musyrik itu kotor.
Sebab itu. sesudah ini, janganlah mereka memasuki Mesjid Suci,
dan  kalau  kamu kuatir akan menjadi miskin, maka Tuhan dengan
karuniaNya  akan  memberikan  kekayaan   kepada   kamu.   Jika
dikehendaki,  sesungguhnya Tuhan Maha Tahu dan Bijaksana (28).
Perangilah orang-orang yang tidak  beriman  kepada  Allah  dan
Hari Kemudian dan tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan
oleh Allah dan RasulNya, dan tidak pula beragama menurut agama
yang  benar.yaitu  orang-orang  yang  sudah mendapat Al-Kitab,
sampai mereka membayar jizya dengan patuh dalam keadaan tunduk
(29). Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putera Allah, dan
orang-orang  Nasrani  berkata:  'Almasih  itu  putera  Allah,.
Demikianlah  kata-kata  mereka,  menurut  mulut mereka. Mereka
meniru-niru  perkataan  orang-orang  kafir  masa  dulu.  Tuhan
mengutuk  mereka.  Bagaimana  mereka sampai dipalingkan? (30).
Mereka  menjadikan  pendeta-pendeta  dan  rahib-rahib   mereka
sebagai  tuhan  selain Allah, dan al-Masih putera Mariam (juga
mereka pertuhan), padahal mereka diperintahkan hanya menyembah
Tuhan  Yang  Maha Esa. Tiada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka  persekutukan  (31).  Mereka  berkehendak
memadamkan  Nur  ilahi  dengan  mulut  mereka. Tetapi kehendak
Tuhan  hanya  akan  menyelesaikan  pancaran   cahayaNya   itu,
meskipun  tidak  disukai  orang-orang  kafir (32). Dialah Yang
telah mengutus RasulNya dengan  membawa  Petunjuk  Qur'an  dan
agama  yang  benar  untuk  dimenangkanNya  atas  semua  agama,
meskipun  tidak  disukai  oleh   orang-orang   musyrik   (33).
Orang-orang   beriman!   Banyak   sekali   para   pendeta  dan
rahib-rahib memakan harta orang dengan jalan  yang  batil  dan
mereka  merintangi  orang  dari  jalan  Allah. Dan mereka yang
menimbun emas dan perak  dan  tidak  menafkahkannya  di  jalan
Allah,  beritahukanlah  kepada  mereka adanya siksa yang pedih
(34). Tatkala semuanya  dipanaskan  dalam  api  jahanam,  lalu
dengan  itu  dahi  mereka,  lambung mereka dan punggung mereka
dibakar. Inilah harta-bendamu yang kamu  timbun  untuk  dirimu
sendiri.  Sebab  itu,  rasakan  sekarang  akibat apa yang kamu
timbun itu (35). Sebenarnya  bilangan  bulan  dalam  pandangan
Tuhan  ialah duabelas bulan. Demikian ditentukan Allah tatkala
Ia menciptakan langit dan bumi, diantaranya  ada  empat  bulan
suci.  Itulah  ketentuan  agama  yang  lurus.  Oleh karena itu
janganlah kamu menganiaya diri  kamu  dalam  bulan-bulan  itu.
Lawanlah  orang-orang  musyrik  itu semua, seperti mereka juga
memerangi kamu semua. Ketahuilah,  Allah  beserta  orang-orang
yang teguh bertakwa (36).(Qur'an, 9: 1-36)
 
Ketika  itu  Ali  berdiri  di  tengah-tengah orang yang sedang
menunaikan upacara haji di Mina.  Dibacakannya  kepada  mereka
itu  ayat-ayat Surah At-Taubah, yang di sini saya kutip secara
keseluruhan, dengan maksud seperti yang  akan  saya  terangkan
kemudian.   Selesai  membaca  ia  berhenti  sejenak,  kemudian
serunya lagi kepada orang ramai itu:

"Saudara-saudara! Orang kafir tidak akan masuk surga.  Sesudah
tahun  ini  orang  musyrik  tidak  boleh lagi naik haji, tidak
boleh lagi bertawaf di Ka'bah  dengan  telanjang.  Barangsiapa
terikat  oleh  suatu  perjanjian dengan Rasulullah s.a.w. maka
itu tetap berlaku sampai pada waktunya."
 
Ali menyampaikan keempat perintah itu di  tengah-tengah  orang
ramai,  kemudian  sesudah itu kepada mereka diberi waktu empat
bulan supaya  masing-masing  golongan  itu  sempat  pulang  ke
daerah  dan  negeri  masing-masing.  Sejak  itu  tiada seorang
musyrik lagi mengerjakan  haji,  tiada  lagi  orang  telanjang
bertawaf  di Ka'bah. Juga sejak itulah dasar tempat berdirinya
suatu negara Islam diletakkan.
 
Karena dasar ini pulalah maka disini saya kutip  bagian-bagian
permulaan  Surah  At-Taubah  itu  secara  keseluruhan.  Dengan
hasrat supaya dasar itu diketahui oleh semua orang  Arab.  Ali
bukan  saja  membacakan ayat-ayat Bara'ah (At-Taubah) itu pada
musim haji saja - menurut suatu sumber  yang  sudah  disetujui
melainkan   juga   sesudah   itu   pun  dibacakannya  pula  di
rumah-rumah mereka - demikian sumber-sumber lain  menyebutkan.
Kalau  orang membaca bagian-bagian permulaan Surat Bara'ah ini
lalu diulang membacanya dan  diteliti  dengan  seksama,  orang
akan  merasakan  sekali  bahwa itulah dasar ideal dalam bentuk
yang  paling  jelas  bagi  setiap  negara  yang  baru  tumbuh.
Turunnya  Surah  Bara'ah  ini  secara  keseluruhan  ialah pada
ekspedisi terakhir yang dilakukan Nabi. Setelah penduduk Tatif
datang  menyatakan  diri  sebagai  keluarga  agama  baru  ini,
setelah seluruh Hijaz berikut Tihama dan Najd bernaung dibawah
bendera  Islam,  dan  setelah  sebagian  besar kabilah-kabilah
selatan semenanjung menyatakan diri  tunduk  kepada  Muhammad
dan  bergabung  kedalam  ajaran agamanya. ketika itulah tampak
hikmah sejarah turunnya ayat-ayat yang mengatur  dasar  negara
ideal  sampai pada waktu itu. Supaya negara menjadi kuat, maka
ia harus mempunyai suatu ideologi  ideal  yang  umum  sifatnya
dapat  dijadikan  keyakinan masyarakat dan semua bersedia pula
membelanya dengan segala  kekuatan  dan  kemampuan  yang  ada.
Dalam  hal  ini  mana pula ada suatu ideologi yang lebih besar
daripada  keimanan  kepada  Allah  Yang  Maha  Esa  dan  tidak
bersekutu.  Dan  ideologi  yang  mana  pula  yang  lebih besar
pengaruhnya dalam jiwa manusia daripada suatu kesadaran  bahwa
ia  merasa  dirinya  berhubungan  dengan  Alam  dengan  segala
manifestasinya  yang  paling  tinggi.  Tak  ada   yang   dapat
menguasai  dirinya  selain  Allah  dan  hanya Allah pula dapat
mengawasi hati nuraninya. Apabila  ada  orang  yang  menentang
ideologi umum yang harus menjadi dasar negara ini, maka mereka
itu ialah orang-orang fasik, orang-orang yang mau  menyebarkan
benih-benih pergolakan perang saudara dan fitnah yang merusak.
Oleh karena itu, terhadap orang-orang semacam itu tidak  boleh
ada  suatu  perjanjian.  Negara  harus memerangi mereka. Kalau
pembangkangan mereka terhadap ideologi umum itu bersifat  liar
dan  tak  terkemudikan,  mereka  harus diperangi sampai mereka
tunduk.  Kalau  pembangkangannya  terhadap  ideologi  bersifat
tidak liar dan dapat dikendalikan - seperti halnya dengan Ahli
Kitab - maka mereka wajib  membayar  jizyah  dengan  taat  dan
patuh pada peraturan yang berlaku.

Dari  tinjauan  kita  mengenai  arti ayat-ayat Surah At-Taubah
yang sudah kita baca itu, dari  segi  sejarah  dan  sosiologi,
tentu  akan  mengantarkan  kita  pada  penilaian itu juga. Dan
setiap orang yang jujur dan beritikad baik, akan  kesana  pula
penilaiannya.   Akan  tetapi,  mereka  yang  telah  memberikan
tanggapan kepada Rasul dengan cara yang sudah melampaui  batas
itu,  akan  meninggalkan  tinjauan  demikian  ini. Mereka akan
menafsirkan ayat dalam Surah At-Taubah yang sudah begitu jelas
dan  kuat  itu dengan mengatakan, bahwa hal itu akan mendorong
orang jadi fanatik, yang sudah tidak sesuai lagi  dengan  jiwa
toleransi  peradaban  dewasa  ini; akan mendorong orang supaya
mengejar dan membunuh  orang-orang  musyrik  dimana  saja  ada
orang-orang  yang  beriman  - tanpa mengenal ampun dan kasihan
lagi, juga mendorong orang membuat  undang-undang  atas  dasar
tirani.
 
Demikian   inilah   kata-kata  yang  sering  kita  baca  dalam
buku-buku  kaum  Orientalis.  Kata-kata  ini  sangat   menarik
pikiran  orang  yang memang belum matang dalam masalah-masalah
kritik sosial dan sejarah,  dalam  kalangan  Muslimin  sendiri
sekali  pun.  Kata-kata  demikian  itu  sebenarnya sama sekali
tidak sesuai  dengan  kenyataan  sejarah,  juga  tidak  sesuai
dengan  kenyataan  sosial.  Hal inilah - yang dalam penafsiran
mereka mengenai Surah At-Taubah seperti  yang  kita  sebutkan,
dan   yang   serupa   itu  pula  yang  banyak  terdapat  dalam
surah-surah lain dalam Qur'an yang menyebabkan  orang  membuat
suatu  penafsiran  yang  sama  sekali  tak dapat diterima oleh
logika dan kenyataan dalam sejarah  Rasul,  juga  bertentangan
dengan  rangkaian sejarah hidup Nabi Besar itu sejak ia diutus
Allah  membawa  agama  ini  sampai  ia  berpulang  kembali  ke
rahmatullah.

Untuk  menjelaskan  hal  ini,  baik  juga  kalau kita bertanya
mengenai dasar ideal peradaban  yang  berlaku  sekarang,  lalu
kita  bandingkan  dengan  dasar ideal seperti yang dibawa oleh
Muhammad itu. Dasar ideal peradaban yang  berlaku  dewasa  ini
ialah  kebebasan  berpikir yang tidak terbatas, dan hanya cara
menyatakannya dibatasi  dengan  undang-undang.  Dan  kebebasan
berpikir  inilah  yang  lalu  dijadikan  suatu  ideologi, yang
dibela orang dan bersedia ia berkorban untuk itu. Ia  berjuang
dan  berperang  mati-matian  hendak  mewujudkan  hal  itu, dan
menganggap semua itu sebagai kejayaan yang  patut  dibanggakan
oleh  setiap  generasi,  dan  dibanggakan  juga  terhadap masa
lampau Karena itu pulalah Orientalis-orientalis  seperti  yang
kita sebutkan itu berkata:
 
"Ajaran  Islam  yang  hendak  memerangi  orang  yang tidak mau
beriman kepada Tuhan dan  Hari  Kemudian,  ialah  ajaran  yang
menyuruh  orang  jadi  fanatik.  Sebenarnya  ini  bertentangan
dengan kebebasan berpikir."
 
Ini  suatu  pemalsuan  yang  memalukan,  apabila  kita   sudah
mengetahui  bahwa  nilai  pikiran itu terletak pada ajaran dan
perbuatannya.  Islam  tidak  menyuruh  menentang   orang-orang
musyrik  penduduk semenanjung itu, kalau saja mereka patuh dan
tidak  mengajak  orang  melakukan  syirik  dan  menyuruh  pula
melaksanakan  upacaranya.  Peradaban yang sedang berkuasa (the
ruling culture) sekarang, dalam memerangi pikiran-pikiran yang
berlawanan   dengan   situasi   ideologi  itu  sudah  melebihi
perlawanan kaum Muslimin terhadap  orang-orang  musyrik.  Juga
peradaban  yang  berkuasa sekarang ini seribu kali lebih jahat
dibandingkan dengan jizya yang  berlaku  terhadap  orang  yang
dianggap Ahli Kitab itu.

Sengaja  disini kita tidak akan mengambil contoh kejadian dulu
ketika terjadi gerakan pemberantasan perdagangan budak-belian,
sekali  pun  mereka  yang  bekerja dalam perdagangan ini yakin
sekali bahwa hal itu tidak dilarang. Kita tidak mengambil  ini
sebagai  contoh,  supaya  jangan  ada yang berkata, bahwa kita
bukan tidak menyetujui adanya perdagangan semacam itu meskipun
Islam tidak menyuruh lebih daripada memberantas apa yang tidak
disetujuinya itu. Sebaliknya Eropa sekarang, Eropa yang  punya
peradaban  yang  sedang  berkuasa  itu,  dengan  dibantu  oleh
Amerika, oleh  kekuatan-kekuatan  bersenjata  di  Asia  bagian
selatan   dan   Timur   Jauh,  telah  pula  memerangi  gerakan
bolsyevisma  (komunisma),   dan   bersedia   berperang   terus
mati-matian.  Kami di Mesir ini pun bersedia pula bersama-sama
dengan  peradaban  yang  sedang  berkuasa  ini  memerangi  dan
memberantas  bolsyevisma,  meskipun  dalam hal ini bolsyevisma
tidak lebih  dari  suatu  gagasan  ekonomi  yang  mau  melawan
gagasan  lain  yang dianut oleh peradaban yang sedang berkuasa
sekarang itu. Adakah  seruan  Islam  yang  hendak  memberantas
orang-orang  syirik  yang  telah  melanggar  perjanjian  Tuhan
setelah  disahkan  itu  sebagai  suatu  seruan   biadab   yang
menganjurkan  fanatisma  dan  antikebebasan? Sebaliknya seruan
yang  hendak  memberantas  bolsyevisma  yang  merusak  susunan
masyarakat  itu,  dalam  peradaban  yang  sedang  berkuasa ini
dipandang sebagai seruan yang menganjurkan kebebasan  berpikir
dan berideologi dan patut dihormati?
 
                                                (bersambung ke bagian 3/3)

BAGIAN KEDUAPULUH DELAPAN: TAHUN PERUTUSAN               (3/3)
Muhammad Husain Haekal
 
Kemudian  ada  segolongan  orang pada beberapa negara di Eropa
yang memandang bahwa pendidikan  rohani  harus  disertai  pula
dengan  pendidikan  jasmani, dan bahwa kebiasaan orang menutup
seluruh badan atau sebagian anggota badannya sebenarnya  lebih
membangkitkan  napsu  kelamin (sex) dalam jiwa orang lain, dan
tentunya lebih-lebih lagi akan merusak moral,  daripada  kalau
orang  itu  semua telanjang bulat. Maka orang-orang yang punya
gagasan ini mulailah melaksanakan gagasannya, mulai mengadakan
tempat-tempat  nudis  dalam  beberapa kota.6 Mereka mendirikan
tempat-tempat yang dapat dikunjungi oleh siapa saja  yang  mau
membiasakan  diri  dengan  pendidikan  jasmani  demikian  itu.
Tetapi  begitu   gagasan   ini   tersebar   orang-orang   yang
bertanggungjawab  dalam  beberapa  negara memandang tersebamya
gejala-gejala  semacam  ini  akan  sangat  merusak  pendidikan
akhlak  dan  membahayakan masyarakat. "Perkumpulan-perkumpulan
nudis" ini dilarang, mereka yang bertanggungjawab atas gagasan
itu  dikejar-kejar  dan  mengadakan  tempat-tempat  pendidikan
jasmani semacam itu dilarang dengan undang-undang. Kita  tidak
akan  sangsi,  bahwa bilamana gagasan ini sampai tersebar luas
pada  suatu  bangsa  secara   keseluruhan,   pasti   ia   akan
menyebabkan  timbulnya  pengumuman  perang  dari bangsa-bangsa
lain atas bangsa itu dengan alasan bahwa hal ini akan  merusak
nilai-nilai kehidupan rohani umat manusia, seperti yang pernah
terjadi   dengan   timbulnya   peperangan-peperangan    karena
budak-belian,  timbulnya  peperangan  atau  yang  semacam  itu
karena memperdagangkan budak  kulit  putih  atau  perdagangan
candu.

Kenapa  terjadi  semua  itu?  Sebabnya ialah, karena kebebasan
berpikir secara mutlak itu memang  dapat  diterima  selama  ia
tetap  tersimpan  dalam  batas-batas  ucapan yang tidak sampai
menyentuh tubuh masyarakat secara  membahayakan.  Akan  tetapi
bilamana   pikiran   itu  akan  sampai  menyebabkan  timbulnya
kerusakan pada masyarakat manusia maka penyebabnya  itu  harus
diberantas;   juga   manifestasi   gagasan   itu  semua  harus
diberantas,  bahkan  gagasannya  sendiri   harus   diberantas,
meskipun  manifestasi  perang  ini berbeda-beda, sesuai dengan
tingkat  kerusakan  dalam  masyarakat  sebagai   akibat   dari
manifestasi  itu,  yang  dengan  bertahannya  itu  dikuatirkan
membawa akibat dalam perkembangan etik, sosial dan ekonomi.
 
Inilah kenyataan sosial yang sudah diakui  dan  disahkan  oleh
peradaban  yang sedang berkuasa sekarang. Kalau kita masih mau
menjelajahi terus manifestasi itu  serta  pengaruh-pengaruhnya
dalam pelbagai bangsa, tentu akan terlalu panjang kita bicara,
dan bukan pula tempatnya disini. Hanya saja orang  akan  dapat
berkata,  bahwa  setiap  undang-undang  yang  tujuannya hendak
membungkam setiap gerakan sosial, ekonomi atau  politik,  maka
ini  berarti  perang  melawan  pikiran yang melahirkan gerakan
itu, dan perang ini dapat dibenarkan sesuai dengan bahaya yang
menimpa   masyarakat  manusia,  apabila  pikiran-pikiran  yang
menjadi sasaran perang tersebut dilaksanakan.

Kalau  kita  mau  menilai  seruan  Islam   dalam   memberantas
kehidupan   syirik   dan   penganut-penganutnya   serta  dalam
memerangi mereka sampai mereka itu patuh, dapat  dibenarkankah
perang  demikian  ini  atau tidak dapat dibenarkan? Kita perlu
sekali melihat peranan yang dimainkan oleh pikiran syirik  ini
serta  tujuannya.  Apabila  sudah  ada  kata  sepakat mengenai
betapa  besar  bahayanya  terhadap  masyarakat  manusia  dalam
berbagai  zaman,  maka  pengumumam perang yang dicetuskan oleh
Islam kepada mereka itu dapat sekali dibenarkan, bahkan  suatu
kewajiban adanya.
 
Kehidupan  syirik  yang  ada  pada waktu Muhammad a.s. membawa
dakwah  agama  yang  benar  itu,  bukan  hanya   menggambarkan
penyembahan berhala saja - dan kalau pun demikian adanya harus
juga  diberantas,  sebab  adalah  suatu  ironi  terhadap  akal
pikiran  dan  kehormatan  martabat manusia, bahwa manusia akan
menyembah  batu   -   tetapi   kehidupan   syirik   ini   juga
menggambarkan sekelompok tradisi, adat-istiadat dan kebiasaan,
bahkan  menggambarkan  suatu  sistem  masyarakat  yang   lebih
berbahaya  dari  perbudakan,  lebih berbahaya dari bolsyevisma
dan lebih berbahaya dari segala yang  dapat  digambarkan  oleh
otak  manusia  menjelang  akhir  abad  keduapuluh  ini. Mereka
menggambarkan  cara  hidup  yang  menguburkan  bayi  perempuan
hidup-hidup,  polygami  yang  tiada  terbatas, laki-laki boleh
mengawini perempuan  sampai  tigapuluh,  empatpuluh,  seratus,
tigaratus  atau  lebih  dari  itu.  Mereka menggambarkan suatu
perbuatan riba dalam bentuknya yang paling  kotor  yang  dapat
digambarkan   manusia,  juga  mereka  menggambarkan  kehidupan
anarkhisma  moral  dalam   bentuknya   yang   paling   rendah.
Masyarakat  Arab  pagan  itu sebenarnya adalah masyarakat yang
paling jahat yang  pernah  dilahirkan  ke  tengah-tengah  umat
manusia ini.
 
Dari setiap orang yang jujur sangat saya harapkan kiranya akan
dapat menjawab pertanyaan ini: Sekiranya  sekarang  ada  suatu
masyarakat  manusia  membuat suatu sistem untuk mereka sendiri
dengan segala tradisi, adat-istiadat  dan  kebiasaan  meliputi
segala   perbuatan  menguburkan  anak  perempuan  hidup-hidup,
polygami tak terbatas,  membolehkan  perbudakan  dengan  suatu
sebab  atau  tanpa  sebab, eksploitasi harta-benda dengan cara
yang  kejam,   kemudian   karena   itu   semua   lalu   timbul
pemberontakan hendak menghancurkan dan mengikisnya habis-habis
-  dapatkah  pemberontakan  demikian  itu  kita  tuduh  dengan
fanatisma, dengan tindakan anti kebebasan berpikir? Kalau kita
umpamakan, ada suatu bangsa  yang  sudah  puas  dengan  sistem
sosial yang rendah ini dan sudah hampir pula menular sampai ke
negara-negara lain, lalu negara-negara ini mengumumkan perang,
dapat   juga   dibenarkan?   Bukankah  ini  lebih-lebih  dapat
dibenarkan daripada Perang Dunia yang  baru  lalu  yang  telah
menelan  jutaan  penduduk  dunia  ini tanpa suatu sebab selain
karena sifat keserakahan dari pihak negara-negara imperialis?

Dan kalau memang sudah begitu adanya, dimana pula nilai kritik
para  Orientalis  itu  terhadap  ayat-ayat  yang sudah pembaca
ikuti dari Surah  Bara'ah  dan  terhadap  seruan  Islam  dalam
memberantas  syirik  dan  penganut-penganutnya  yang  berusaha
hendak menegakkan suatu sistem dengan  segala  akibatnya  yang
berbahaya seperti yang kita sebutkan tadi?
 
Kalau  ini  sudah merupakan suatu kenyataan sejarah sehubungan
dengan sistem yang berlaku di  tanah  Arab  di  bawah  naungan
panji  syirik  dan  paganisma,  maka  juga  di  sana ada suatu
kenyataan lain dalam sejarah  yang  bersumber  dari  kehidupan
Rasul.   Sejak   ia  diutus  Tuhan  mengemban  Risalah  selama
tigabelas tahun, dengan  segala  susah-payah  ia  mengorbankan
segalanya,   mengajak   orang  ke  dalam  agama  Allah  dengan
memberikan bukti dan mengajak mereka  berdiskusi  dengan  cara
yang  baik.  Semua peperangan dan ekspedisi yang dilakukannya,
sekali-kali   tidak   bersifat   agresi,   melainkan    selalu
mempertahankan   sifatnya,   mempertahankan   kaum   Muslimin,
mempertahankan kebebasan mereka melakukan dakwah agama,  agama
yang  sudah  mereka  imani,  mereka  mengorbankan hidup mereka
untuk agama itu.
 
Seruan yang tegas dan sudah  cukup  jelas,  bahwa  orang-orang
musyrik  itu patut dilawan - karena mereka kotor, mereka tidak
dapat memegang janji dan piagam perianjian, mereka tidak  lagi
dapat  memegang  sesuatu  amanat dan pertalian keluarga dengan
orang-orang beriman - ayat-ayatnya turun pada akhir  ekspedisi
Nabi  ke  Tabuk.  Apabila  Islam  turun  disuatu daerah dengan
kehidupan paganisima yang sedang luas menjalar,  dan  berusaha
hendak  menanamkan suatu sistem sosial dan ekonomi yang begitu
merusak yang sudah ada di semenanjung itu tatkala Nabi diutus,
lalu  datang kaum Muslimin mengajak mereka supaya meninggalkan
cara semacam itu dan mari mengambil apa yang dibenarkan  Tuhan
dan  meninggalkan apa yang dilarangNya - tidak juga mereka mau
patuh - maka buat orang yang jujur tidak bisa  lain  ia  mesti
berontak  terhadap  mereka,  memberantas  mereka sampai ajaran
Tuhan ini selesai, dan yang tersebar luas hanya  keadilan  dan
keimanan kepada Allah.
 
Ayat-ayat  Bara'ah  (At-Taubah)  yang  dibacakan oleh Ali itu,
demikian juga seruannya kepada orang banyak, bahwa orang kafir
tidak   akan  masuk  surga,  bahwa  sesudah  tahun  ini  tidak
dibenarkan  lagi  orang  musyrik  melakukan  ibadah  haji  dan
melakukan  tawaf  di  Ka'bah  dengan telanjang - telah membawa
hasil yang baik sekali. Sikap ragu yang tadinya tertanam dalam
hati kabilah-kabilah, yang selama itu masih lambat-lambat akan
menerima ajakan Islam - telah hilang samasekali.

Dengan demikian negeri-negeri seperti  Yaman,  Mahra,  Bahrain
dan  Yamama  masuk  Islam.  Sudah tak ada lagi pihak yang akan
mengadakan perlawanan kepada Muhammad kecuali sejumlah  kecil,
yang karena kecongkakannya malah berbuat dosa dan tertipu oleh
golongannya  sendiri,  diantaranya  'Amir  bin't-Tufail,  yang
pergi  bersama-sama  dengan  perutusan  Banu 'Amir yang hendak
berlindung dibawah bendera Islam.  Tetapi  setelah  berhadapan
dengan  Nabi,  'Amir  menolak  dan tidak mau menenma Islam. Ia
ingin supaya ia dijadikan sekutu  Nabi.  Nabi  masih  berusaha
meyakinkan supaya dia menerima Islam. Tetapi ia tetap menolak.
Kemudian sambil keluar ia berkata:
 
"Kota ini akan saya hujani dengan pasukan berkuda dan  tentara
untuk melawan kamu."
 
Lalu kata Muhammad:
 
"Allahumma   ya  Allah!  Lindungi  aku  dari  perbuatan  'Amir
bin't-Tufail!"
 
'Amir pun lalu  pergi  hendak  menuju  kabilahhya.  Tetapi  di
tengah  perjalanan  itu tiba-tiba ia terserang penyakit sampar
di leher sampai ia menemui ajalnya ketika ia sedang berada  di
rumah  seorang  wanita  dari  Banu  Salul. Ketika akan menemui
ajalnya  berulang-ulang  ia  berkata:  "Oh  Banu  'Amir!   Ini
penyakit  kelenjar  seperti  penyakit serdi pada unta dan mati
pula di rumah wanita Banu Salul!"
 
Juga Arbad b. Qais, ia tidak mau menerima Islam, ia kembali ke
Banu  'Amir.  Tetapi  belum lama tinggal di tempat itu ia mati
terbakar disambar petir, tatkala ia pergi naik unta yang  akan
dijualnya.  Sungguh  pun begitu, penolakan 'Amir dan Arbad ini
tidak mengalangi golongannya untuk  masuk  Islam.  Yang  lebih
jahat lagi dari mereka itu semua ialah Musailima ibn Habib. la
datang bersama-sama dengan perutusan Banu Hanifa dari  Yamama.
Oleh   rombongan   itu  ia  ditinggalkan  di  belakang  dengan
barang-barang, dan mereka  pergi  menemui  Rasulullah.  Ketika
itulah  mereka  semua masuk Islam, dan oleh Nabi mereka diberi
hadiah. Juga mereka menyebut-nyebut  tentang  Musailima,  yang
oleh  Nabi  kemudian juga diberi hadiah seperti mereka, dengan
katanya: "Dia  tidak  lebih  buruk  kedudukannya  di  kalangan
kamu,"    yakni    karena    dia    menjagakan   barang-barang
teman-temannya. Tetapi mendengar  kata-kata  itu  dari  mereka
Musailima  lalu  mendakwakan  dirinya  nabi, dan menduga bahwa
Tuhan mempersekutukannya dengan Muhammad dalam  kenabian  itu.
Kepada  masyarakat  golongannya  ia  bersajak7 dan menggunakan
kata-kata  dengan  mencoba-coba  hendak  meniru-niru   Qur'an:
"Tuhan   memberikan   kenikmatan  kepada  yang  bunting.  Yang
mengeluarkan nyawa bergerak. Dari antara  kulit  bawah  dengan
isi lambung"8
 
Musailima   menghalalkan   minuman  keras  dan  perzinaan  dan
membebaskan  golongannya  dari  sembahyang.  Ia  aktif  sekali
mengajak  orang  supaya  mempercayainya.  Selain  mereka  ini,
orang-orang  Arab  dari   segenap   pelosok   jazirah   datang
berduyun-duyun    menyambut   agama   Allah,   dipimpin   oleh
orang-orang terpandang dan terhormat semacam Adi b. Hatim  dan
'Amir  b.  Maidi  Karib.  Raja-raja Himyar juga telah mengutus
orang membawa surat kepada Nabi menyatakan diri  mereka  masuk
Islam.  Nabi  pun  menetapkan  dan  berkirim pula surat kepada
mereka mengenai  hak  dan  kewajiban  mereka  menurut  syariat
Allah.

Sesudah lslam tersebar di bagian selatan semenanjung, Muhammad
mengutus orang-orang yang mula-mula dalam Islam  supaya  dapat
mengajarkan hukum dan memperdalam dan menguatkan agama mereka.
 
Kita  tidak  akan  lama-lama  berhenti  pada masalah perutusan
orang-orang Arab kepada Nabi itu seperti yang biasa  dilakukan
oleh  penulis-penulis  dahulu,  sebab  masalahnya hampir sama,
mereka semua bernaung di bawah bendera Islam. Ibn  Sa'd  dalam
At-Tabaqat  'l-Kubra  telah  mengkhususkan  50  halaman  besar
mengenai  perutusan-perutusan  Arab  ini  saja  kepada  Rasul.
Kiranya  cukup  disini  kita menyebutkan nama-nama kabilah dan
anak-kabilah yang punya perutusan.  Utusan-utusan  itu  datang
dari:  Muzaina,  Asad,  Tamim,  'Abs, Fazara, Murra, Tha'laba,
Muharib, Sa'd b. Bakr, Kilab, Ru'as b. Kilab, 'Uqail b.  Ka'b,
Ja'da, Qusyair b. Ka'b, Banu'l-Bakka', Kinana, Asyja', Bahila,
Sulaim, Hilal b.  'Amir,  'Amir  b.  Sha'  sha'a  dan  Thaqif.
Utusan-utusan  Rabi'a  datang dari 'Abd'l-Qais, Bakr b. Wa'il,
Taghlib, Hanifa dan Syaiban. Dari Yaman datang  utusan-utusan:
Tayy  Tujib,  Khaulan,  Ju'fi,  Shuda',  Murad, Zubaid, Kinda,
Shadif, Khusyain, Sa'd Hudhail, Bali, Bahra', Udhra,  Salaman,
Juhaina,  Kalb,  Jarm,  Azd,  Ghassan  Harith b. Ka'b, Hamdan,
Sa'd'l-Asyira, 'Ans, Dar, Raha, [dari daerahMadhhij],  Ghamid,
Nakha',  Bajila,  Khath'am,  Asy'ari,  Hadzramaut,  Azd 'Uman,
Ghafiq, Bariq, Daus, Thumala,  Hudan,  Aslam,  Judham,  Muhra,
Himyar,  Najran dan Jaisyah. Demikian seterusnya, tiada sebuah
kabilah atau anak-kabilah di Semenanjung itu yang tidak  masuk
Islam, kecuali yang sudah kita sebutkan di atas. Demikian juga
orang-orang   musyrik    penduduk    jazirah    itu,    mereka
berlumba-lumba masuk Islam, dan dengan sendirinya meninggalkan
penyembahan berhala. Sekarang seluruh tanah Arab sudah  bersih
dari  berhala-berhala  dengan  segala  penyembahannya. Sesudah
perjalanan ke Tabuk, selesailah semua itu secara sukarela  dan
atas  kemauan  sendiri,  tanpa bersusah payah atau pertumpahan
darah.
 
Sekarang apa yang dilakukan pihak  Yahudi  dan  pihak  Nasrani
terhadap  Muhammad,  dan  apa  pula  yang  dilakukan  Muhammad
terhadap mereka?
 
Catatan kaki:
 
 1 Qubba, ialah 'semacam kemah dalam bentuk rumah kecil
   bulat' (LA) yang tidak sama dengan kemah biasa (A).
   
 2 Harfiah, 'yang memerintah atau yang diperintah' yakni
   'adakah ia ditugaskan oleh Nabi memimpin jamaah haji atau
   Lkut dalam rombongan?' (A).
   
 3 Yakni yang ikut dalam rombongan haji di bawah pimpinan
   Abu Bakr (A).
   
 4 Oleh karena ayat-ayat yang dikutip ini cukup panjang,
   maka setiap ayat diberi bernomor (A)
   
 5 Harfiah berarti hari haji yang lebih besar,
   (al-hajj'l-akbar); menurut beberapa kitab tafsir berarti
   yang meliputi hari Arafat atau hari Nahr atau secara
   keseluruhan sebaliknya dari 'haji yang lebih kecil'
   (al-hajj'l-ashghar) (A).
   
 6 Nudism, ialah suatu gerakan yang mau melaksanakan cara
   hidup telanjang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,
   dimulai pada awal abad ke-20 di Jerman. dikenal dengan
   nama kelompok-kelompok Nackhtkultur ("kebudayaan
   telanjang"). Mereka terdiri umumnya dari orang-orang
   kelas menengah. Sebelum pecah Perang Dunia II, gerakan
   ini mulai meluas pada segenap lapisan, dari yang paling
   konservatif sampai kepada yang paling radikal. Dengan
   mengambil pola seperti di Jerman, perkumpulan-perkumpulan
   nudis ini kemudian berdiri pula di Perancis, Inggris,
   Skandinavia dan beberapa negara Eropa lainnya. Di Amerika
   Serikat dan di Kanada didirikan dalam tahun tigapuluhan.
   Gerakan ini terhenti karena pecah Perang Dunia II (A).
   
 7 Dari kata bahasa Arab saja'a, saj'an 'bicara dengan
   kata-kata dengan persamaan bunyi akhir kata seperti pada
   syair tanpa matera' (LA), dan 'saj', juga berarti manzera
   dukun' (LA). Sebaliknya susunan kata-kata dalam Qur'an
   tidak termasuk saja' karena tidak terikat pada asonansi,
   juga bukan prosa. Dalam pengertian bahasa Indonesia yang
   umum, kata 'sajak' sering berarti 'puisi' atau 'syair' (A).
   
 8 Dalam bahasa aslinya tersusun dalam bentuk sajak akhir (A).
 
---------------------------------------------


Lading_Emas

No comments:

Post a Comment