Tuesday, October 27, 2009

La Tahzan.. [Jgn berSedih..]

Perpustakaan Nasional Rl: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Al-Qarni, Aidh
La Tahzan, jangan bersedih / 'Aidh al-Qarni; penerjemah, Samson Rahman;
penyunting, Syamsuddin TU dan Anis Maftukhin. -Jakarta: Qisthi Press, 2004.
xxviii + 572 hal.; 15 x 24 cm.
Judul Asli: La Tahzan
ISBN 979-3715-05-7
I. Hidup keagamaan (Islam).
II. Rahman, Samson.
IV. Maftukhin, Anis
I. Judul.
III. Syamsuddin TU.
297.63
Judul Asli: La Tahzan
Penulis: DR. 'Aidh al-Qarni
Edisi Indonesia:
La Tahzan
Jangan bersedih!
Penerjemah: Samson Rahman
Penyunting: Syamsuddin TU & Anis Maftukhin
Penyelaras akhir: A. Kholis
Tata Letak: Syamsuddin TU
Desain Sampul: Tim Qisthi Press
Penerbit: Qisthi Press
Jl. Melur Blok Z No. 7 Duren Sawit-Jakarta Timur 13440
Telp/Fax: (021) 8610159; E-mail: qisthipress@hotmail.com
Cetakan: Pertama, September 2003
Cetakan: Kedelapanbelas, Maret 2005
Diterbitkan atas persetujuan Pemilik Sah hak buku La Tahzan dalam semua versi bahasa.
Hak penerbitan edisi bahasa Indonesia baik yang diterjemahkan dari bahasa aslinya (Arab) atau
dari bahasa apapun, ada pada Qisthi Press.
Hak Terjemah Dilindungi Undang-undang.
All Rights Reserved.
eBook by MR.

PENGANTAR PENERBIT
Di mana saja, di zaman modern ini, permasalahan yang dihadapi oleh
manusia sama saja. Manusia yang dibesarkan dalam latar belakang yang
dibentuk oleh generasi pendahulunya, harus berhadapan dengan arus budaya
global yang sama sekali baru, tapi harus disikapi, disinggung, diseleksi, bahkan
diterima. Sehingga tak ada bedanya di mana pun kita hidup: Di Indonesia, di
Eropa, di Amerika, di Saudi Arabia sampai pun di pedalaman Afrika.
Dengan menjamurnya buku-buku ala Chicken Soup saat ini,
menunjukkan bahwa arus budaya global itu tidak bisa dimungkiri lagi ada,
dan punya kekuatan untuk mengakulturasi budaya lokal (yang bahkan bisabisa
menyingkirkannya). Dan, buku ini adalah salah satunya. Dengan
pertimbangan latar belakang sosial budaya yang merupakan tempat lahirnya
Islam, buku ini menawarkan perspektif yang lain. Ketika membaca buku ini,
penerbit mengajak pembaca untuk melihat dan memahami perspektif itu. Di
sini, pembaca dituntut untuk menjadi seorang pemerhati sosial budaya Timur
Tengah, baru kemudian memahami permasalahan modernisme di wilayah itu,
dan dunia pada umumnya. Sebagai gambaran tentang bagaimana orang-orang
Arab, khususnya Saudi Arabia, menghadapi arus budaya modern itu
tampak dari pengalaman penulis buku ini. Adalah Aidh al-Qarni yang dalam
usianya yang baru empat puluh tahun 3 tahun mendatang, ia sudah termasuk
sosok yang sudah kenyang makan asam garam. Dengan tuduhan tidak berdalil,
dia pernah dijebloskan ke dalam penjara. Dan ketika keluar, tulisan-tulisannya
mendapat sambutan hangat oleh masyarakat Saudi Arabia pada umumnya,
khususnya buku ini. Dan itu tergambar dalam aliran tulisan bab per bab dalam
buku ini: pada bab-bab pertama memang terkesan kurang masuk ke
permasalahan aktual dan lebih menyajikan uraian-uraian yang dogmatis; baru
di bab-bab tiga perempat berikutnya benar-benar in.
Alasan lain mengapa buku ini diterima luas adalah gaya bahasa dan
penulisan yang mengalir dan lugas, yang seakan-akan lari dari pakem bukubuku
Arab klasik meski membahas tema yang sama. Namun demikian, citra
sastra yang banyak mewarnai budaya (baca: sistematika penulisan) Arab pada
umumnya, dengan sentilan petikan-petikan dari kata-kata bijak, syair-syair
La Tahzan vii

Arab kuno maupun modern, hingga hadits dan al-Qur'an, sangat kental di
sini. Bukan saja karena faktor budaya saja, tapi latar belakang akademis penulis
sendiri yang memungkinkan ke arah itu. la telah menyelesaikan program
Doktoral dalam bidang Hadits di Fakultas Ushuluddin pada Al-Imam Islamic
University, Riyadh. la juga hafal al-Qur'an (yang merupakan syarat mutlak
sebagai mahasiswa di Saudi Arabia, pada umumnya), hafal 5000 hadits, dan
lebih dari 10000 bait syair Arab kuno hingga modern.
Sejak pertama kali diterbitkan, 2001, (Dar Ibnu Hazm: Beirut), buku
ini bertahan selama dua tahun sebagai buku terlaris. Untuk cetakan pertama,
dalam kurang waktu sebulan sudah habis terjual. Antusiasme yang sama juga
diberikan kepada cetakan kedua hingga kesembilan. Namun mulai cetakan
ketiga, hak cetaknya diambil alih oleh sebuah pustaka besar di Riyadh,
Alobeikan.
Dan penting untuk diketahui, DR. Aidh al-Qarni adalah penulis paling
produktif di Saudi Arabia saat ini.
Jakarta, akhir Agustus 2003
La Tahzan viii

PENGANTAR PENERJEMAH
Segala puji dan syukur bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita,
Muhammad Rasulullah, keluarga, dan para shahabatnya. Wa Ba'du.
Jika kita membaca buku-buku self-help, buku-buku petunjuk cara hidup,
nuansa yang akan kita dapatkan dalam buku-buku itu adalah bagaimana kita
mencapai kesuksesan dunia, atau lebih tepatnya kesuksesan materiil. Hal ini
banyak kita dapatkan dalam buku-buku yang ditulis oleh para penulis barat
yang memang hanya berorientasi pada materi semata.
Coba baca buku-buku yang dianggap sangat berpengaruh dan menjadi
best seller semisal, The Magic of Thinking Big, karya David J. Schwart, How to
Stop Worrying and Start Living, karya Dale Carnegie, Speech Can Change Your
Life, karya Dorothy Sarnoff ataupun buku The Seven Habits of Highly Effective
People, tulisan Steven R. Covey, Anda akan dapatkan petunjuk-petunjuk.
praktis ke arah kebahagiaan yang lebih cenderung duniawi daripada ukhrawi.
Allah dan akhirat tidak menjadi bagian paling penting dalam kajian-kajian
mereka. Di sinilah, menurut orang-orang yang beriman, letak kekurangannya
meski karya-karya mereka enak dibaca. Sisi kerohaniannya terasa begitu kering.
Berbeda tatkala kita membaca buku La Tahzan yang ditulis oleh Dr. Aid
al-Qarni. Buku ini sangat padat dengan nuansa rabbani tanpa
mengesampingkan sisi-sisi duniawi. Kita seakan diajak untuk menatap dunia
ini dengan pandangan yang seimbang: Kita diajak untuk menjadi idealis dengan
tetap realistis, menjadi duniawi dan ukhrawi sekaligus, mempersiapkan
kehidupan masa kini namun tak lupa masa depan, diajak bekerja dengan
keras dan diajak pula beristirahat.
Tulisan dalam buku ini merupakan resep-resep manjur, yang
menunjukkan kepada kita bagaimana harus meniti jalan kehidupan dan
membangun kehidupan yang bahagia dengan berpedoman pada satu kata: La
Tahzan, jangan bersedih. Dengan kata kunci ini kita akan dapat menjalani
kehidupan ini dengan penuh semangat. Kita tidak akan pernah dirisaukan
oleh masa lalu yang telah lewat dan tidak pula dicemaskan oleh masa depan
yang akan datang. Kita akan menjadi manusia masa kini yang bekerja pada


hari ini dengan mencurahkan segenap kekuatan dan pikiran yang ada dengan
keyakinan bahwa hasil akhirnya kita serahkan kepada Allah. Dunia ini akan
menjadi sangat indah jika kita menikmatinya dengan senyuman, bukan dengan
muram durja serta kesedihan yang berlarut-larut. Ketika membaca buku ini
dengan seksama kita akan merasa bahwa jiwa, kalbu, nurani, dan pikiran kita
tercerahkan, dan pada saat yang bersamaan kita merasakan adanya
peningkatakan kualitas kehidupan ini. Selanjutnya, akan lahir dari diri kita
simpati dan empati kepada orang lain, rasa peduli kepada sesama dan, yang
lebih penting, kedekatan dengan Sang Maha Pencipta.
Ketika membaca buku ini kita seakan diingatkan kepada buku How to
Stop Worrying and Start Living, karya Dale Carnegie dan buku Jaddid Hayataka
karya Muhammad al-Ghazali. Namun berbeda dengan keduanya, La Tahzan
lebih terfokus, sederhana dan praktis untuk kita jadikan panduan dalam
kehidupan kita.
Bahasan-bahasannya tidak terlalu panjang, penuh hikmah dan selalu
memberi waqfah (rehat) untuk merenung sebelum kita membaca tulisan
selanjutnya. Inilah kekhasan buku ini yang akan memberikan warna baru
dalam khazanah keilmuan kita. Dan, yang sangat penting untuk tidak kita
lewatkan adalah bagian akhir dari tulisan ini yang merupakan kesimpulan
dari tulisan-tulisan sebelumnya. Pada bagian ini kita akan disegarkan dengan
kata-kata dengan gaya bahasa nash yang menjadi saripati dari tulisan-tulisan
sebelumnya. Kata-kata hikmah ini akan menjadi resep instan agar kita menjadi
manusia paling bahagia di dunia dan akhirat.
Tidak semua syair yang ada dalam buku ini saya terjemahkan. Ini sengaja
saya lakukan jika dalam satu bahasan ada beberapa syair yang saya anggap
telah cukup mewakili syair-syair yang lain, di samping pertimbangan bahwa
syair yang saya terjemahkan adalah syair yang mungkin akan lebih indah
penerjemahannya dari syair yang lain. Namun saya yakin bahwa tidak
diterjemahkannya sebagian syair-syair itu sama sekali tidak akan mengurangi
maksud, nilai dan bobot buku ini.
Dalam penerjemahan ini saya sengaja mencantumkan surat dan nomor
ayat—satu hal yang tidak diinginkan dan tidak dilakukan penulis—dengan
harapan akan mempermudah pembaca dalam merujuk pada ayat-ayat yang
ada di dalam al-Qur'an, terutama kalangan pembaca Indonesia.
Saya merasa mendapat amanah dan kehormatan ketika Qisthi Press
memberikan kepercayaan kepada saya untuk menerjemahkan buku yang sangat
berharga dan mencerahkan ini. Banyak hal baru yang saya dapatkan dari
menerjemahkan buku ini. Banyak pelajaran yang saya petik dari kisah-kisah

penuh hikmah, resep-resep dan panduan hidup dalam buku ini. Semakin sering
saya membaca buku ini semakin tinggi apresiasi saya terhadap makna hidup
dan kehidupan ini. Saya yakin bahwa pengalaman yang sama juga akan dialami
oleh pembaca buku ini, sebuah pengalaman yang dialami oleh penulis dan
penerjemahnya.
Ucapan terima kasih juga saya haturkan pada ayahanda H. Abdur
Rahman dan ibunda Zakiya karena berkat dorongan dan doanya penerjemahan
buku ini bisa selesai. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan pada isteri saya,
Ita Maulidha, karena berkat bantuannya penerjemahan buku ini bisa rampung.
Hasil terjemahan buku ini saya hadiahkan untuk adik saya, Farah Maisarah,
dan anak saya, Fursan Ruhbani serta Fathiril Haq.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya saya ucapkan pada saudara
Rusdi Mahdami, direktur Qisthi Press, yang telah memberi kepercayaan kepada
saya untuk menerjemahkan buku yang sangat berharga ini.
Saya berharap buku ini akan menjadi panduan singkat dan tepat dalam
menyikapi hidup ini, dan demi meniti kesuksesan di akhirat nanti.

Rangkasbitung, Juli 2003
Samson Rahman

PENGANTAR PENULIS
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga
tercurah ke haribaan Rasulullah s.a.w., keluarganya serta para shahabatnya.
Wa Ba'du.
Berikut ini buku La Tahzan. Semoga Anda senang membacanya dan
dapat mengambil manfaat darinya. Namun sebelum membaca, telitilah dahulu
buku ini dengan nalar yang sehat, logika yang jernih dan, di atas itu semua,
dengan ayat-ayat Allah yang senantiasa terjaga dari kekeliruan.
Tentu saja tak bijak menilai sesuatu secara terburu-buru sebelum pernah
membayangkan, merasakan dan menciumnya sendiri. Dan adalah sebuah
kejahatan terhadap ilmu ; memfatwakan sesuatu secara terburu-buru sebelum
terlebih dahulu mengkaji akar permasalahannya, mendengar pernyataanpernyataan
tentangnya, mencari argumen-argumen yang mendasarinya, dan
membaca dalil-dalil yang berkaitan dengannya.
Saya menulis buku ini untuk siapa saja yang senantiasa merasa hidup
dalam bayang-bayang kegelisahan, kesedihan dan kecemasan, atau orang yang
selalu sulit tidur dikarenakan beban duka dan kegundahan yang semakin berat
menerpa. Dan tentu saja, siapa di antara kita yang tidak pernah mengalami
semua itu?
Dalam buku ini saya sengaja menukil ayat-ayat Allah, bait-bait syair,
pengalaman dan 'ibrah, catatan peristiwa dan hikmah, serta pelbagai
perumpamaan dan kisah-kisah. Dari semua itu, saya sengaja mengambil
kesimpulan dari orang-orang shaleh sebagai penawar hati yang lara, penghibur
jiwa tercabik, dan pelipur diri yang sedang dirundung duka cita.
Buku ini akan mengatakan kepada Anda, "Bergembiralah dan
berbahagialah!" atau "Optimislah dan tenanglah!" Bahkan, mungkin pula ia
akan berkata, "Jalani hidup ini apa adanya dengan penuh ketulusan dan
keriangan!"
Buku ini berusaha meluruskan berbagai kesalahan yang terjadi akibat
penyimpangan terhadap fitrah saat berinteraksi dengan sunnah-sunnah Allah,
sesama manusia, benda, waktu dan tempat.

Buku ini mencegah Anda agar tidak terus-menerus melawan arus
kehidupan, menentang takdir, mendebat manhaj yang telah digariskan dan
mengingkari bukti-bukti. Lebih dari itu, buku ini mengajak Anda dari yang
suatu tempat yang sangat dekat sudut sudut jiwa dan ruh Anda agar senantiasa
tenang menatap perjalanan masa depan. Buku ini mengajak Anda agar merasa
yakin dengan semua potensi dalam diri diri Anda dan menyimpan semua
energi positif yang ada. Buku ini menggiring Anda untuk melupakan tekanan
hidup, sesaknya perjalanan usia dan beban perjalanan hidup.
Ada beberapa hal penting dari buku ini yang perlu saya ingatkan sebelum
kita melangkah lebih jauh. Diantaranya adalah:
Pertama, buku ini ditulis untuk mendatangkan kebahagiaan, ketenangan,
kedamaian, kelapangan hati, membuka pintu optimisme dan menyingkirkan
segala kesulitan demi meraih masa depan yang lebih indah.
Buku ini merupakan pengetuk hati agar selalu ingat akan rahmat dan
ampunan Allah, bertawakal dan berbaik sangka kepada-Nya, mengimani
qadha' dan qadar-Nya, menjalani hidup sesuai apa adanya, melepaskan
kegundahan tentang masa depan, dan mengingat nikmat Allah.
Kedua, buku ini mencoba memberikan resep-resep bagaimana mengusir
rasa duka, cemas, sedih, tertekan, dan putus asa.
Ketiga, saya berusaha menyertakan dalil-dalil dari al-Qur'an dan hadits
yang sesuai dengan tema setiap bahasan. Selain itu, tak jarang saya nukilkan
pula pelbagai permisalan yang bagus, kisah yang penuh 'ibrah dan mengandung
pelajaran berharga, serta bait-bait syair yang memiliki kekuatan. Dalam banyak
tempat, para pembaca juga akan menjumpai kutipan-kutipan dari perkataan
para bijak bestari, dokter dan sastrawan. Demikianlah, semua hal yang ada
dalam buku ini hanya ingin mengajak Anda untuk senantiasa berbahagia.
Keempat, buku ini bersifat umum, alias untuk siapa saja. Singkatnya,
untuk kaum muslim maupun non-muslim. Pasalnya, pembicaraan dalam buku
ini secara umum adalah berkaitan watak dan sifat naluriah dan persoalanpersoalan
umum kejiwaan manusia. Namun begitu, buku ini tetap
menempatkan Manhaj Rabbani sebagai penyuluh. Karena memang manhaj
itulah yang menjadi agama fitrah kita.
Kelima, dalam buku ini pembaca tidak akan hanya menjumpai kutipankutipan
pernyataan dari orang-orang Timur, tetapi juga dari orang Barat.
Namun demikian, saya berharap tidak ada tudingan negatif terhadap diri saya
berkaitan dengan hal ini. Karena, bagaimanapun saya yakin bahwa hikmah
itu adalah laksana barang yang hilang dari kaum muslim. Artinya, maka di
mana pun barang itu ada masih berhak kita ambil kembali.

Keenam, saya sengaja tidak menggunakan catatan kaki dalam buku ini.
Ini tak lebih hanya untuk meringankan dan memudahkan pembaca. Karena,
dengan begitu paling tidak buku ini akan menjadi bacaan yang
berkesinambungan dan memberikan pemahaman yang tidak terpotong-potong.
Dan untuk itu, setiap referensi dari masing-masing kutipan selalu saya sebut
langsung dalam setiap paragraph yang menyebutnya.
Ketujuh, dalam mengutip, saya tidak mencatat nomor halaman dan volume
sumbernya. Mengapa? Karena hal seperti itu sudah lazim dilakukan oleh
orang-orang sebelum saya, dan saya mengikuti mereka. Saya kira ini lebih
bermanfaat dan lebih memudahkan. Kadang kala saya menuliskannya sesuai
dengan teks yang ada di dalam buku sumbernya, dan kadang kala ada sedikit
penyuntingan atau penyesuaian dengan pemahaman saya terhadap buku
ataupun artikel yang pernah saya baca.
Kedelapan, saya tidak menyusun buku dalam sistematika bab-bab dan
pasal-pasal yang banyak. Yang saya lakukan adalah menulis dengan gaya yang
sangat variatif. Adakalanya saya membeberkan beberapa permasalahan dalam
beberapa paragraf, kemudian saya berpindah dari satu permasalahan ke
permasalahan lain, dan kembali lagi pada bahasan yang sama setelah beberapa
halaman pembahasan yang berbeda. Ini saya tujukan agar lebih sedap dibaca,
lebih enak dan tidak membosankan.
Kesembilan, saya tidak memberi nomor surat dan ayat serta tidak pernah
menyebutkan perawi hadits. Meski demikian, bila hadits yang sebutkan itu
lemah, maka saya selalu mengingatkannya. Adapun bila hadits itu shahih,
maka saya hanya akan menyebutnya hadits shahih dan kadangkala tak memberi
catatan apapun.. Semua ini saya lakukan agar tulisan ini ringkas, terhindar
dari banyaknya pengulangan, penjelasan yang bertele-tele, dan tidak
menjemukan. "Orang yang berpura-pura puas dengan sesuatu yang tidak diberikan
kepadanya seperti orang yang memakai dua pakaian palsu."
Kesepuluh, mungkin pembaca melihat ada beberapa pengulangan pada
sejumlah materi. Meski demikian, saya selalu berusaha mengemasnya dalam
metode dan struktur pembahasan yang berbeda. Ini memang sengaja saya
lakukan untuk semakin menguatkan pemahaman kita dengan cara
menyajikannya lebih sering.
Inilah sepuluh hal yang perlu saya sampaikan kepada pembaca terlebih
dahulu. Saya berharap buku ini akan membawa kabar yang benar dan jujur,
adil dalam memberi penilaian, obyektif dalam ungkapan, meyakinkan dalam
materi-materi pengetahuan, lurus dalam sudut pandangan dan argumentasi,
dan menjadi cahaya dalam hati

Buku, La Tahzan, ini, setidaknya, saya tulis untuk konsumsi pribadi saya
sendiri dan mereka yang bernasib sama dengan saya. Sayalah orang yang
pertama kali mengambil manfaat dari buku ini. Setiap kali membaca ulang
buku ini, selalu terasa seakan baru membacanya.
Tidakkah kau tahu setiap kali kutemui Zainab
Selalu kucium semerbak wanginya
Setiap kali merasa tertekan, marah atau sedih, selalu saya katakan pada
diri ini, "Bukankah Anda penulis buku La Tahzan?" Dan, sesaat setelah itu,
api kemarahan pun meredup, dan hati saya kembali menjadi tenang.
Demikianlah; dalam buku ini saya mencoba berbicara kepada dan untuk
semua orang; bukan untuk segolongan orang, generasi, dan penduduk negeri
tertentu. Buku ini adalah untuk semua orang, yakni siapa saja yang ingin
hidup bahagia!

Kutanamkan di dalamnya mutiara, hingga tiba saatnya ia dapat
menyinari tanpa mentari dan berjalan di malam hari tanpa rembulan
Karena kedua matanya ibarat sihir dan keningnya laksana pedang
buatan India
Milik Allah-lah setiap bulu mata, leher dan kulit yang indah mempesona
'Aidh al-Qarn

DAFTAR ISI
PENGANTAR PENERBIT - vii
PENGANTAR PENERJEMAH - ix
PENGANTAR PENULIS - xii
Ya Allah!- 1
Pikirkan dan Syukurilah!- 3
Yang Lalu Biar Berlalu - 4
Hari Ini Milik Anda - 6
Biarkan Masa Depan Datang Sendiri - 8
Cara Mudah Menghadapi Kritikan Pedas - 10
Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang - 11
Berbuat Baik Terhadap Orang Lain, Melapangkan Dada - 13
Isi Waktu Luang dengan Berbuat!- 14
Jangan Latah!- 15
Qadha' dan Qadar - 17
Bersama Kesulitan Ada Kemudahan - 18
Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!- 20
Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesulitan Apabila la
Berdoa? - 21
Semoga Rumahmu Membuat Bahagia - 23
Ganti Itu dari Allah - 24
Iman Adalah Kehidupan - 26
Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!- 27
"Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang." - 29
"Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang Allah karuniakan
kepadanya?" - 30
Hadapi Hidup Ini Apa Adanya!- 31
Yakinilah Bahwa Anda Tetap Mulia Bersama Para Penerima Cobaan!- 32
Shalat...Shalat... - 34
"Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
pelindung." - 36

"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi!'" - 37
Sabar Itu Indah ... - 38
Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!- 39
Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan Anda!- 41
Terimalah Setiap Pemberian Allah Dengan Rela Hati, Niscaya Anda
Menjadi Manusia Paling Kaya - 42
Selalu Ingatlah Pada Surga yang Seluas Langit dan Bumi!- 44
"Demikianlah, telah Kami jadikan kamu umat yang adil dan pilihan." - 46
Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat - 48
Rehat- 53
Tersenyumlah!- 55
Rehat- 62
Nikmatnya Rasa Sakit - 63
Nikmatnya Ilmu Pengetahuan - 66
SeniBergembira-68
Rehat-72
Mengendalikan Emosi - 72
Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah s.a.w. - 74
Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!- 77
Buanglah Rasa Cemas!- 79
Rehat- 82
Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha Pengampun Dosa dan Penerima
Taubat!- 83
Jangan Bersedih, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai Qadha' dan Qadar!- 86
Jangan Bersedih, Tunggulah Jalan Keluar!- 88
Rehat- 90
Jangan Bersedih, Perbanyaklah Istighfar Karena Allah Maha
Pengampun!- 90
Jangan Bersedih, Ingatlah Allah Selalu!- 92
Jangan Bersedih dan Putus Asa dari Rahmat Allah!- 93
Jangan Bersedih Karena Gangguan Orang Lain, dan Maafkanlah Orang
yang Berbuat Jahat Kepada Anda!- 93
Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda Masih Memiliki Banyak
Kenikmatan!- 94
Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda Sedihkan - 95
Jangan Bersedih, Usirlah Setiap Kegalauan!- 97
Jangan Bersedih Bila Kebaikan Anda Tak Dihargai Orang, Sebab yang
Anda Cari Adalah Pahala dari Allah!- 97

Jangan Bersedih Atas Cercaan dan Hinaan Orang!- 98
Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab Padanya Terdapat
Keselamatan!- 99
Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih Mungkin Akan Terjadi!- 100
Jangan Bersedih Menghadapi Kritikan dan Hinaan!- 100
Rehat - 103
Jangan Bersedih!Pilihlah Apa yang Telah Dipilih Allah untuk Anda - 104
Jangan Bersedih dan Mempedulikan Perilaku Orang - 104
Jangan Bersedih dan Pahamilah Harga yang Anda Sedihkan!- 105
Jangan Bersedih Selama Anda Masih Dapat Berbuat Baik Kepada Orang
Lain - 106
Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata4cata Kasar, Karena Kedengkian Itu
Sudan Ada Sejak Dulu - 109
Rehat-111
Jangan Bersedih!Sebab Bersabar Atas Sesuatu yang Tidak Anda Sukai
Adalah Jalan Menuju Kemenangan - 111
Jangan Bersedih Karena Perlakuan Orang Lain, Tapi Lihatlah Perlakuan
Mereka Terhadap Sang Khaliq - 113
Jangan Bersedih Karena Rezeki yang Sulit - 113
Jangan Bersedih, Karena Masih Ada Sebab-sebab yang Membuat Musibah
Terasa Ringan - 114
Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain - 115
'Uzlah dan Dampak Positifnya - 116
Jangan Bersedih Karena Tertimpa Kesulitan!- 118
Rehat -119
Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia - 120
Mengapa Harus Bersedih Jika Anda Memiliki Enam Resep? - 121
Jangan Bersedih Jika Dianiaya, Dilecehkan, Dihina, Atau Dizalimi!- 122
Jangan Bersedih, dan Simpanlah Pujian Orang dengan Tetap Melakukan
Kebaikan Kepada Orang Lain - 122
Jangan Bersedih Jika Dihadapkan Pada Kesulitan-kesulitan, Permasalahan,
dan Halangan - 122
Jangan Bersedih, Sebab Anda Masih Punya Saudara dan Orang yang
Mencintai Anda - 123
Jangan Bersedih Jika Ada Orang yang Merintangi dan Menyikapi Anda
Dengan Wajah Masam - 124
Rehat - 124
Sebaik-baik Teman Duduk Adalah Buku - 125

Keutamaan Buku - 127
Faedah Membaca - 128
Jangan Bersedih, Sebab Kebaikan Anda Akan Membuahkan Pujian!.- 129
Rehat - 130
Jangan Bersedih, Sebab di Sana Masih Ada Rencana, Kehidupan, dan
Hari yang Lain!- 131
Pernyataan Para Pemikir - 132
Jangan Bersedih, Tanyakan Pada Diri Anda Tentang Hari Ini, Kemarin,
dan Hari Esok - 133
Jangan Bersedih Jika Sering Ditimpa Musibah!- 134
Rehat-134
Jangan Bersedih, Sebab Kesedihan AkanMenguras Potensi dan Energi!- 136
Kesedihan Dapat Menyebabkan Abses - 136
Dampak Lain dari Depresi - 136
Dampak Kesedihan, Kegundahan, dan Kedengkian - 137
Hadapi Semua Permasalahan Dengan Tenang - 137
Berbaiksangkalah Kepada Rabb - 138
Jika Pikiran Anda Bercabang - 138
Jangan Gusar Dengan Kritik yang Membangun - 139
Jangan Terlalu Lama Berpikir Atau Ragu, Tapi Berbuatlah dan Tinggalkan
Kekosongan - 140
Isu Itu Bohong - 141
Kesantunan Akan Menjauhkan Anda dari Kesalahan - 141
Yang Telah Lewat Tidak Akan Pernah Kembali - 142
Carilah Kebahagiaan Dalam Diri Sendiri, Bukan di Sekitar dan di Luar
Diri Anda - 142
Hidup Ini Bukan untuk Ditangisi - 143
Rehat - 144
Jangan Bersedih Selama Anda Beriman Kepada Allah - 145
Jangan Bersedih Karena Masalah yang Sepele, Sebab Dunia dan Segala
Isinya Tidak Ada Artinya - 147
Jangan Bersedih Jika Dimusuhi - 148
Alam Diciptakan Memang Seperti Itu - 149
Jangan Kagumi Orang Jahat, Tapi Kagumilah Orang Baik - 149
Jangan Bersedih Selama Anda Masih Memiliki Sepotong Roti, Segelas Air
dan Kain yang Menutupi Tubuh - 150
Jangan Bersedih Dengan Ujian dan Cobaan Allah. Sebab, Bisa Jadi Itu

Merupakan Karunia dan Ganjaran - 151
Jangan Bersedih Karena Anda Berbeda dengan Orang Lain - 152
Rehat - 153
Yang Tampak Berbahaya Mungkin Bermanfaat - 154
Iman: Obat Paling Mujarab - 156
Jangan Bersedih, Karena Allah Mengabulkan Permohonan Seorang
Musyrik. Apalagi terhadap Seorang Muslim yang Bertauhid? - 157
Jangan Bersedih. Karena Sesungguhnya Kehidupan Lebih Pendek dari
yang Anda Bayangkan - 158
Jangan Bersedih, Jika Masih Punya Sesuatu yang Cukup - 160
Keridhaan Hati Menghilangkan Kesedihan - 161
Jika Anda Kehilangan Salah Satu Anggota Tubuh, Sesungguhnya Masih
Ada Anggota Tubuh yang Lain - 163
Hari-hari Akan Terus Berputar - 164
Anda Harus Keluar di Bumi Allah yang Luas Ini - 165
Rehat - 166
Jangan Bersedih Pada Detik-detik Terakhir Kehidupan Anda - 167
Jangan Bersedih Jika Kematian Menjemput - 168
Jangan Bersedih Lantaran Bencana, Sebab Ada Rahasia di Balik Semua
Itu - 169
Jangan Bersedih, Karena Sesungguhnya Dunia Terlalu Hina untuk
Membuat Anda Bersedih - 171
Jangan Bersedih Lantaran Anda Beriman Kepada Allah - 171
Rehat-172
Jangan Bersedih Jika Anda Cacat. Karena Itu Bukan Halangan untuk
Berprestasi - 173
Jangan Bersedih Selama Anda Memahami Islam - 174
Jangan Mengira Bahwa Kemuliaan Adalah Kurma yang Harus Anda
Makan - 177
Sumber-sumber Kebahagiaan - 178
Sendi-sendi Kebahagiaan - 178
Jangan Bersedih Karena Kematian Tidak Akan Datang Sebelum Waktu
yang Ditentukan - 180
Perbanyaklah Mengucapkan, "Ya dzal jalali wal ikram" - 181
Rehat - 186
Bagi yang Takut Terhadap Pendengki - 187
Perbaikilah Perilaku Anda Terhadap Sesama - 188

Jangan Cemas, Camkan Hal-hal Berikut!- 188
Konsekuensi Kemaksiatan Adalah Kesusahan - 189
Carilah Rezeki, Tapi Jangan Serakah - 191
"Ihdinash shirathal mustaqim", Rahasia Hidayah - 192
Sepuluh Bunga Hidup Bahagia - 193
Rehat - 197
Jangan Bersedih, Hadapilah Kenyataan - 197
Jangan Bersedih. Karena yang Anda Sedihkan Itu Akan Berakhir - 202
Rehat - 203
Jauhi Depresi. Karena Depresi Merupakan Jalan Menuju Kesengsaraan - 204
Depresi Adalah Gerbang Bunuh Diri - 204
Istighfar Adalah Pembuka Jalan - 210
Orang Lain yang Bergantung Kepada Anda, dan Bukan Anda yang
Bergantung Kepada Mereka - 212
Bersikaplah Bijaksana Terhadap Harta, Orang yang Hemat Tidak Akan
Sengsara - 214
Jangan Bergantung Kepada Selain Allah!- 215
Sebab-sebab yang Membuat Hati Menjadi Lapang - 216
Qadha' Itu Sudah Selesai - 218
Kebebasan itu Nikmat Sekali - 218
Bantal Tidur Sufyan ats-Tsauri Adalah Tanah - 219
Jangan Memperhatikan Orang-orang yang Menyebarkan Berita Bohong - 219
Caci Maki dan Cemoohan Itu Tidak Akan Membahayakan Diri Anda - 220
Renungkanlah Keindahan Alam Semesta - 221
"Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan?" - 222
Ketamakan Tidak Akan Membahagiakan - 223
Musibah itu Menghapuskan Dosa-dosa - 223
"Hasbunalldh wa ni'tnal wakil" - 224
Ramuan Kebahagiaan - 225
Beban Berat Sebagai Konsekuensi Status - 226
Mari Kita Menuju Shalat - 227
Sedekah Membuat Hati Menjadi Lapang - 229
Jangan Marah!- 231
Wirid Pagi - 232
Rehat - 236
Al-Qur'an, Kitab yang Penuh Berkah - 236
Jangan Berambisi Menjadi Terkenal!- 237

Kehidupan nan Indah - 238
Cobaan Itu untuk Kebaikan - 239
Ibadah yang Penuh dengan Kepasrahan Diri - 240
Dari Penguasa Menjadi Tukang Kayu - 241
Di Antara Sebab yang Mengeruhkan Kedamaian Adalah Bergaul Dengan
Orang-orang Dungu - 242
Kepada Mereka yang Ditimpa Musibah - 243
Bukti-bukti Ketauhidan - 245
Rehat - 249
Perhatikan Lahir dan Batin - 249
Bekerjalah Anda!- 252
Berlindunglah Kepada Allah - 252
Kepada-Nya Aku Bertawakal - 253
Mereka Sepakat pada Tiga Hal - 254
Serahkan Orang yang Menzalimi Anda Itu Kepada Allah - 255
Kisra Persia dan Seorang Perempuan Tua - 255
Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kesempurnaan - 256
Akhirnya Mereka Mengakui - 260
Sejenak Bersama Orang-orang Bodoh - 261
Iman: Jalan Menuju Keselamatan - 263
Orang Kafir pun Berkelas-kelas - 265
Tekad Baja - 267
Fitrah [yang Diciptakan] Allah - 268
Jangan Bersedih Karena Ditangguhkannya Rezeki - 269
Libatkan Diri Anda Dalam Pekerjaan yang Bermanfaat - 270
Dalam Hidup Anda Ada Detik-detik yang Berharga - 274
Rehat - 278
Pekerjaan yang Baik Adalah Jalan Menuju Kebahagiaan - 279
Ilmu yang Bermanfaat dan yang Membahayakan - 280
Perbanyak Membaca dan Merenung!- 282
Mukasabahlah Diri Anda Sendiri - 283
Tiga Kesalahan yang Selalu Berulang - 283
Berhati-hatilah!- 284
Raihlah Simpati Orang Lain - 285
Mengembaralah dan Bacalah Ayat-ayat Kekuasaan Allah - 286
Bertahajjudlah Bersama Orang-orang yang Bertahajjud - 287
Rehat - 288

Nilai Diri Anda Adalah Surga - 289
Cinta Sejati - 290
Rehat - 291
Jangan Bersedih, Karena Syariat itu Mudah dan Memudahkan - 292
Dasar-dasar Ketenangan Jiwa - 293
Hati-hati dengan Rindu - 294
Hak-hak Bersaudara - 296
Rahasia-rahasia di Balik Dosa - 297
Carilah Rezeki, Tapi Jangan Tamak - 297
Rehat - 298
Syariat yang Dermawan - 299
"Jangan takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang)." - 300
Hati-hati dengan Empat Hal - 301
Carilah Ketenangan Bersama Rabb - 301
Dua Kata Agung - 302
Faedah dari Musibah - 303
Ilmu Adalah Petunjuk Sekaligus Obat - 304
Semoga Menjadi Kebaikan - 304
Kebahagiaan Adalah Karunia Ilahi - 304
Kenangan yang Indah Adalah Umur Panjang - 305
Nyanyian Duka - 305
Rehat - 307

Rabb yang Tak Pernah Zalim dan Aniaya - 308
Tulis Sendiri Sejarah Anda!- 310
Diamlah untuk Mendengarkan Firman Allah - 311
Setiap Orang Mencari Kebahagiaan, Tapi ... - 315
Rehat- 316
Surga (Na'im) dan Neraka (Jahim) - 317
''Bukankah kami telah melapangkan dadamu?" - 318
Konsep Hidup yang Baik - 319
Apakah Kebahagiaan Itu? - 322
Kepada-Nya lah Kata-kata Indah Itu Terpanjat - 325
"Dan, begitulah azab Rabb-mu, apabila Dia mengazab penduduk negerinegeri
yang berbuat zalim" - 327
Doa Orang-orang yang Dizalimi - 329
Saya Katakan, "Sayalah yang di depan pintu itu." - 329
Harus Ada Teman - 330

Rasa Aman Adalah Keharusan Agama dan Rasio - 330
Kemuliaan-kemuliaan yang Akan Sirna - 332
Mencari Keutamaan Adalah Mahkota untuk Hidup Bahagia - 334
Keabadian Itu Ada di Sana, Bukan di Sini - 336
Musuh-musuh Manhaj Rabbani - 337
Hakikat Kehidupan Dunia - 339
Kunci Kebahagiaan - 341
Rehat - 342
Bagaimana Mereka Itu Hidup? - 342
Pendapat Orang-orang Bijak Tentang Sabar - 344
Berbaik Sangka Kepada Allah Tidak Akan Gagal - 346
Orang yang Bersabar Akan Mendapatkan yang Terbaik - 347
Pendapat-pendapat yang Menyatakan Bahwa Musibah Itu Ringan - 348
Rehat - 349
Jangan Bersedih Kalau Harta Anda Sedikit Atau Keadaan Anda
Memprihatinkan, Sebab Nilai Diri Adalah Sesuatu yang Berbeda - 350
Jangan Bersedih!Ketahuilah, Dengan Buku Anda Bisa Meningkatkan
Potensi - 350
Jangan Bersedih, Bacalah Keajaibamkeajaiban - 351
Ciptaan Allah di Alam Semesta - 351
Ya Allah ..., ya Allah - 357
"Setiap hari Dia dalam kesibukan." - 358
Jangan Bersedih, Karena Hari-hari Terus Berputar - 359
"Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang
bertengkar. Mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka." - 359
Jangan Bersedih, Karena Musuh Akan Ketakutan - 360
Optimisme dan Pesimisme - 361
Kepada Umat Manusia: Jangan Bersedih!- 363
Rehat - 366
Hiburlah Diri Anda Dengan Bencana yang Menimpa Orang Lain - 366
Buah Ranum dari Keridhaan - 372
Saling Meridhai - 373
Orang yang Tidak Mau Menerima, Tidak Akan Pernah Diterima - 374
Faedah dari Keridhaan - 374
Jangan Melawan Rabb - 375
Keputusan yang Telah Berlaku dan Ketentuan yang Adil - 376
Tidak Menerima Itu Tidak Ada Faedahnya - 376

Keselamatan Itu Ada Bersama Keridhaan - 377
Tidak Menerima Adalah Pintu Keraguan - 377
Keridhaan Adalah Kekayaan dan Rasa Aman - 378
Buah dari Keridhaan Adalah Rasa Bersyukur - 379
Buah dari Tidak Menerima Adalah Kekufuran - 379
Tidak Menerima Adalah Jerat Setan - 380
Keridhaan Akan Menyingkirkan Hawa Nafsu - 381
Rehat - 381
Memaafkan Kesalahan Teman - 382
Memanfaatkan Waktu Luang dan Kesehatan untuk Taat Kepada Allah - 385
Allah Adalah Pelindung Orang-orang yang Beriman - 385
Petunjuk Itu Ada di Jalan Mereka yang Mencarinya - 388
Kehormatan Adalah Cobaan - 389
Harta Simpanan yang Abadi - 390
Semangat yang Menembus Langit - 391
Membaca Pikiran - 392
"Dan, apabila aku sakit, Dia lah yang menyembuhkan aku." - 393
Berhati-hatilah - 395
Telitilah!-395
Bulatkan Tekad Terlebih Dulu, Lalu Majulah!- 396
Kehidupan Kita Bukan Hanya di Dunia Saja - 397
Mundur dari Tantangan Adalah Solusi Sementara yang Akan Menyiratkan
Jalan Keluar - 398
Anda Sedang Berhubungan Dengan Yang Maha Pengasih - 400
Tanda-tanda yang Menyeru untuk Selalu Optimistis - 401
Kehidupan Itu Seluruhnya Susah Payah - 401
Rehat - 402
Kebersahajaan Itu Akan Menyelamatkan dari Kebinasaan - 403
Orang Itu Dinilai dari Sifatnya yang Menonjol - 404
Seperti Itulah Anda Diciptakan - 404
Kecerdikan Itu Membutuhkan Kejujuran - 405
Hiasilah Hati Anda, Niscaya Anda Akan Melihat Bahwa Alam Semesta ini
SangatIndah - 407
Bergembiralah Dengan Pertolongan yang Segera Datang - 408
Anda Lebih Tinggi Daripada Sikap Dengki - 409
Rehat - 410
Ilmu Adalah Pintu Kemudahan - 411

Bukan ke Arah ini Unta Digiring -411
Orang yang Paling Merasakan Kedamaian - 412
Pelan-pelan!- 413
Bagaimana Anda Mensyukuri yang Banyak, Jika yang Sedikit Saja Tak
Mampu? - 414
Tiga Papan - 415
Rehat - 415
Tenanglah!- 416
Perbuatan yang Baik Adalah Tameng Diri dari Kejahatan - 417
Beristirahat Akan Sangat Membantu Kelanjutan Perjalanan - 419
Rehat - 422
Panggung Tentang Kerajaan Alam - 423
Langkah yang Tepat - 423
Jangan Ceroboh!- 424
Nilai Diri Adalah Keimanan dan Akhlak - 426
Sungguh Bahagia Mereka!- 428
Alangkah Sengsaranya Mereka!- 428
Rehat - 429
Bersikaplah Lembut Kepada Kaum Wanita - 430
Senyuman di Awal - 431
Kebiasaan Balas Dendam Adalah Racun Berbisa di Dalam Jiwa yang
Bergejolak - 433
Rehat - 434
Jangan Tenggelam Dalam Kepribadian Orang Lain - 435
Orang-orang yang Menderita Menunggu Kebijaksanaan Allah - 436
Carilah Pekerjaan yang Menyenangkan - 437
"Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan
itu kami berikan bantuan." - 438
Allah Akan Menunjuki Hati Orang yang Beriman Kepada-Nya - 439
Manhaj Kesahajaan - 442
Bukan yang Ini dan Bukan Pula yang Itu - 443
Rehat - 443
Siapa Para Wali Allah Itu Sebenarnya? - 444
"Allah Maha Baik terhadap hamba-hamba-Nya." - 445
Allah Memberi Rezeki dari Arah yang Tak Disangka-sangka - 447
"Dan, Dialah yang menurunkan hujan." - 448
Allah Akan Menggantikan yang Hilang Dengan yang Lebih Baik - 449

Jika Anda Memohon, Memohonlah Kepada Allah - 450
Detik-detik yang Sangat Berharga - 451
Siapa di Antara Kita yang Memiliki Waktu Terbatas? - 453
Kisah-kisah Kematian - 454
"... yang tiada dapat kamu minta mundur daripadanya barang sesaat pun
dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan." - 455
Sesatlah Orang yang Menyeru Selain Kepada-Nya - 456
Bisa Saja, Badan Jadi Sehat Karena Penyakit - 458
Para Wali Itu Memiliki Karamah - 458
Cukuplah Allah Sebagai Pelindung dan Saksi - 459
Rehat - 461
Perbaikilah Menu Makanan Anda, Pasti Doa Anda Terkabul - 461
Segala Sesuatu Itu Bertasbih Memuji Rabb-Nya - 464
Bersikaplah Ridha Kepada Allah - 467
Suara Memanggil di Lembah Nakhlah - 472
Hadiah untuk Generasi Pertama - 473
Tetaplah Ridha Walaupun Harus Menggenggam Bara - 475
Rehat - 476
Pengambil Keputusan - 476
Berpendirianlah Seteguh Gunung Uhud - 480
Siapa Menanam, Dia akan Menuai - 482
Rehat - 483
Konsekuensi dari Berucap Menarik - 483
Ketenangan Hati Hanya Ada di Surga - 484
Rehat - 486
Sikap Lemah Lembut Membantu Mencapai Tujuan - 486
Rehat-489
Tak Ada Gunanya Berduka - 490
Ketenangan Ada Dalam Rasa Puas - 491
Bayangkan Kemungkinan Terpahit - 492
Jika Masih Sehat dan Bisa Makan, Maka Katakan Kepada Dunia: "Salam
sejahtera" - 493
Padamkan Api Dendam Sebelum Membakar Diri Anda - 495
Jangan Merendahkan Kedudukan Seseorang - 497
Siapa Menanam, Akan Mengetam - 502
Jangan Remehkan Upaya Orang Lain - 503
Singkirkan Kebiasaan Meniru yang Berlebihan - 504

Jika Tidak Sanggup Melakukan Sesuatu, Maka Tinggalkan - 505
Jangan Ceroboh!- 506
"Bermegah-megahan telah melalaikanmu." - 506
Tips Menjadi Orang yang Paling Bahagia - 508
PENUTUP - 570

***********************************************************

Ya Allah!
{Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu
Dia dalam kesibukan.}
(QS. Ar-Rahman: 29)
Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup
kencang menerjang, semua penumpang kapal akan panik dan menyeru: "Ya
Allah!"
Ketika seseorang tersesat di tengah gurun pasir, kendaraan menyimpang
jauh dari jalurnya, dan para kafilah bingung menentukan arah perjalanannya,
mereka akan menyeru: "Ya Allah!"
Ketika musibah menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi,
mereka yang tertimpa akan selalu berseru: "Ya Allah!"
Ketika pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir
permohonan digeraikan, orang-orang mendesah: "Ya Allah!"
Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa
menyempit, harapan terputus, dan semua jalan pintas membuntu, mereka
pun menyeru: "Ya Allah!"
Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup,
dan jiwa serasa tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus Anda pikul,
menyerulah:"Ya Allah!"
Kuingat Engkau saat alam begitu gelap
gulita, dan wajah zaman berlumuran debu hitam
Kusebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang,
dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah
Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang
menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan
hati adalah hanya pantas ditujukan ke hadirat-Nya.
Setiap dini hari menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan,
julurkan lengan penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu ke arahNya
untuk memohon pertolongan!Ketika lidah bergerak, tak lain hanya
untuk menyebut, mengingat dan berdzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu,
hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman
kembali berkobar-kobar. Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya,
keyakinan akan semakin kokoh. Karena,
{Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.}
(QS. Asy-Syura: 19)

La Tahzan 1

Allah: nama yang paling bagus, susunan huruf yang paling indah,
ungkapan yang paling tulus, dan kata yang sangat berharga.
{Apakah kamu tahu ada seseorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?}
(QS. Maryam: 65)
Allah: milik-Nya semua kekayaan, keabadian, kekuatan, pertolongan,
kemuliaan, kemampuan, dan hikmah.
{Milik siapakah kerajaan pada hari ini? Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan.}
(QS. Ghafir: 16)
Allah: dari-Nya semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan,
cinta dan kebaikan.
{Dan, apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lab. (datangnya).}
(QS. An-Nahl: 53)
Allah: pemilik segala keagungan, kemuliaan, kekuatan dan
keperkasaan.
Betapapun kulukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf,
Kekudusan-Mu tetap meliputi semua arwah
Engkau tetap Yang Maha Agung, sedang semua makna,
akan lebur, mencair, di tengah keagungan-Mu, wahai Rabku
Ya Allah, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan
kesedihan itu awal kebahagian, dan sirnakan rasa takut ini menjadi rasa
tentram. Ya Allah, dinginkan panasnya kalbu dengan salju keyakinan, dan
padamkan bara jiwa dengan air keimanan.
Wahai Rabb, anugerahkan pada mata yang tak dapat terpejam ini rasa
kantuk dari-Mu yang menentramkan. Tuangkan dalam jiwa yang bergolak
ini kedamaian. Dan, ganjarlah dengan kemenangan yang nyata. Wahai Rabb,
tunjukkanlah pandangan yang kebingungan ini kepada cahaya-Mu.
Bimbinglah sesatnya perjalanan ini ke arah jalan-Mu yang lurus. Dan
tuntunlah orang-orang yang menyimpang dari jalan-Mu merapat ke hidayahMu.
Ya Allah, sirnakan keraguan terhadap fajar yang pasti datang dan
memancar terang, dan hancurkan perasaan yang jahat dengan secercah
sinar kebenaran. Hempaskan semua tipu daya setan dengan bantuan bala
tentara-Mu.
Ya Allah, sirnakan dari kami rasa sedih dan duka, dan usirlah
kegundahan dari jiwa kami semua.

La Tahzan 2

Kami berlindung kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera.
Hanya kepada-Mu kami bersandar dan bertawakal. Hanya kepada-Mu kami
memohon, dan hanya dari-Mu lah semua pertolongan. Cukuplah Engkau
sebagai Pelindung kami, karena Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan
Penolong.
La Tahzan
Pikirkan dan Syukurilah!
Artinya, ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada Anda.
Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah
kedua telapak kaki.
{Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup
menghitungnya.}
(QS. Ibrahim: 34)
Kesehatan badan, keamanan negara, sandang pangan, udara dan air,
semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, Anda memiliki
dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Anda menguasai kehidupan, tetapi
tak pernah mengetahuinya.
{Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin.}
(QS. Luqman: 20)
Anda memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua
kaki.
{Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?}
(QS. Ar-Rahman: 13)
Apakah Anda mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu
yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan jalan
terus menerus tiada henti? Apakah Anda mengira bahwa berdiri tegak di
atas kedua betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak
kuat dan suatu ketika patah?
Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika
sanak saudara di sekitar Anda masih banyak yang tidak bisa tidur karena
sakit yang mengganggunya? Pernahkah Anda merasa nista manakala dapat
menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang di
sekitar Anda yang tidak bisa makan dan minum karena sakit?

La Tahzan 3

Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya
Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali
mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari
penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak
Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.
Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung
Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah
Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda,
hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan
untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung?
Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan
kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa
resah, suntuk, sedih, dan gelisash, meskipun Anda masih mempunyai nasi
hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk
tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat.
Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda
pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya
karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih
memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian,
karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan
kemudian syukurilah!
{Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan.}
(QS. Adz-Dzariyat: 21)
Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah,
pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan
janganlah termasuk golongan
{Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.}
(QS. An-Nahl: 83)

Yang Lalu Biar Berlalu
Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa
dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama
artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur
masa depan yang belum terjadi.

La Tahzan 4

Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak
pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam
'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan
selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus
cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan
tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup
memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya
menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali,
karena ia memang sudah tidak ada.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah
payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu!
Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke
tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang
ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda
dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya,
keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda
pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan,
dan sekaligus menakutkan.
Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa
depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat
berharga. Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum
dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu
adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai
pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman
dan memutar kembali roda sejarah.
Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang
yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.
Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang
meratapi masa lalunya demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat
itu dari kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang,
sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, "Mengapa
engkau tidak menarik gerobak?"
"Aku benci khayalan," jawab keledai.
Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan
dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan
kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puingpuing
yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin
bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya

La Tahzan 5

mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah
mustahil pada asalnya.
Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun
menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air
akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala
sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah
kehidupan!
La Tahzan
Hari Ini Milik Anda
Jika kamu berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari
inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan
segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum
tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya
menyapa Anda inilah hari Anda.
Umur Anda, mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup
Anda hanya hari ini, atau seakan-akan Anda dllahirkan hari ini dan akan
mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik
diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan
bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.
Pada hari ini pula, sebaiknya Anda mencurahkan seluruh perhatian,
kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad
mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu', bacaan al-Qur'an
yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala
hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan,
perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan
raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.
Pada hari dimana Anda hidup saat inilah sebaiknya Anda membagi
waktu dengan bijak. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan
setiap detiknya laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyakbanyaknya
pada hari itu. Dan, persembahkanlah sesuatu yang paling indah
untuk hari itu. Ber-istighfar-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepadaNya,
bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan
nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan!Terimalah
rezeki, isteri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda
hari dengan penuh keridhaan.

La Tahzan 6

{Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah
kamu termasuk orang yang bersyukur.}
(QS. Al-A'raf: 144)
Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian
dan kebencian.
Jangan lupa, hendaklah Anda goreskan pada dinding hati Anda satu
kalimat (bila perlu Anda tulis pula di atas meja kerja Anda): Harimu adalah
hari ini. Yakni, bila hari ini Anda dapat memakan nasi hangat yang harum
baunya, maka apakah nasi basi yang telah Anda makan kemarin atau nasi
hangat esok hari (yang belum tentu ada) itu akan merugikan Anda?
Jika Anda dapat minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa
Anda harus bersedih atas air asin yang Anda minum kemarin, atau
mengkhawatirkan air hambar dan panas esok hari yang belum tentu terjadi?
Jika Anda percaya pada diri sendiri, dengan semangat dan tekad yang
kuat Anda, maka akan dapat menundukkan diri untuk berpegang pada
prinsip: aku hanya akan hidup hari ini. Prinsip inilah yang akan menyibukkan
diri Anda setiap detik untuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan
semua potensi, dan mensucikan setiap amalan.
Dan itu, akan membuat Anda berkata dalam hati, "Hanya hari ini
aku berkesempatan untuk mengatakan yang baik-baik saja. Tak berucap
kotor dan jorok yang menjijikkan, tidak akan pernah mencela, menghardik
dan juga membicarakan kejelekan orang lain. Hanya hari ini aku
berkesempatan menertibkan rumah dan kantor agar tidak semrawut dan
berantakan. Dan karena hanya ini saja aku akan hidup, maka aku akan
memperhatikan kebersihan tubuhku, kerapian penampilanku, kebaikan tutur
kata dan tindak tandukku."
Karena hanya akan hidup hari ini, maka aku akan berusaha sekuat
tenaga untuk taat kepada Rabb, mengerjakan shalat sesempurna mungkin,
membekali diri dengan shalat-shalat sunah nafilah, berpegang teguh pada
al-Qur'an, mengkaji dan mencatat segala yang bermanfaat.
Aku hanya akan hidup hari ini, karenanya aku akan menanam dalam
hatiku semua nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohon kejahatan
berikut ranting-rantingnya yang berduri, baik sifat takabur, ujub, riya', dan
buruk sangka.
Hanya hari ini aku akan dapat menghirup udara kehidupan, maka
aku akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kepada
siapapun. Aku akan menjenguk mereka yang sakit, mengantarkan jenazah,

La Tahzan 7

menunjukkan jalan yang benar bagi yang tersesat, memberi makan orang
kelaparan, menolong orang yang sedang kesulitan, membantu yang orang
dizalimi, meringankan penderitaan orang yang lemah, mengasihi mereka
yang menderita, menghormati orang-orang alim, menyayangi anak kecil,
dan berbakti kepada orang tua.
Aku hanya akan hidup hari ini, maka aku akan mengucapkan, "Wahai
masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu.
Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah
melihatku termenung sedetik pun untuk mengingatmu. Kamu telah
meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi."
"Wahai masa depan, engkau masih dalam kegaiban. Maka, aku tidak
akan pernah bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah
dugaan. Aku pun tak bakal memburu sesuatu yang belum tentu ada, karena
esok hari mungkin tak ada sesuatu. Esok hari adalah sesuatu yang belum
diciptakan dan tidak ada satu pun darinya yang dapat disebutkan."
"Hari ini milik Anda", adalah ungkapan yang paling indah dalam
"kamus kebahagiaan". Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan
yang paling indah dan menyenangkan.
La Tahzan
Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
{Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar
disegerakan (datang)nya.}
(QS. An-Nahl: 1)
Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi!Apakah Anda
mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dlkAhirkan, atau memetik
buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata
dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.
Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok,
mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya,
memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan
bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya? Bukankah kita juga tidak
tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari
esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?
Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke
bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum

La Tahzan 8

sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau
tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum
sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa
arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula,
kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.
Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan
masa depan dan membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam
kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak
dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu
jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya
dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan
manusia di dunia ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan
tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krmjekonomi yang
kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari
kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah setan".
{Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh
kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia.}
(QS. Al-Baqarah: 268)
Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang
menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama
setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi.
Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang
lain' tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada.
Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru
menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud.
Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah
menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan
petakanya. Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk.
Jika Anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang
berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di
dalamnya dengan bersedih pada hari in

La Tahzan 9

Cara Mudah Menghadapi Kritikan Pedas

Sang Pencipta dan Pemberi rezeki Yang Maha Mulia, acapkali
mendapat cacian dan cercaan dari orang-orang pandir yang tak berakal.
Maka, apalagi saya, Anda dan kita sebagai manusia yang selalu terpeleset
dan salah. Dalam hidup ini, terutama jika Anda seseorang yang selalu
memberi, memperbaiki, mempengaruhi dan berusaha membangun, maka
Anda akan selalu menjumpai kritikan-kritikan yang pedas dan pahit.
Mungkin pula, sesekali Anda akan mendapat cemoohan dan hinaan dari
orang lain.
Dan mereka, tidak akan pernah diam mengkritik Anda sebelum
Anda masuk ke dalam liang bumi, menaiki tangga ke langit, dan berpisah
dengan mereka. Adapun bila Anda masih berada di tengah-tengah mereka,
maka akan selalu ada perbuatan mereka yang membuat Anda bersedih
dan meneteskan air mata, atau membuat tempat tidur Anda selalu terasa
gerah.
Perlu diingat, orang yang duduk di atas tanah tak akan pernah jatuh,
dan manusia tidak akan pernah menendang anjing yang sudah mati. Adapun
mereka, marah dan kesal kepada Anda adalah karena mungkin Anda
mengungguli mereka dalam hal kebaikan, keilmuan, tindak tanduk, atau
harta. Jelasnya, Anda di mata mereka adalah orang berdosa yang tak
terampuni sampai Anda melepaskan semua karunia dan nikmat Allah yang
pada diri Anda, atau sampai Anda meninggalkan semua sifat terpuji dan
nilai-nilai luhur yang selama ini Anda pegang teguh. Dan menjadi orang
yang bodoh, pandir dan tolol adalah yang mereka inginkan dari diri Anda.
Oleh sebab itu, waspadalah terhadap apa yang mereka katakan.
Kuatkan jiwa untuk mendengar kritikan, cemoohan dan hinaan mereka.
Bersikaplah laksana batu cadas; tetap kokoh berdiri meski diterpa butiranbutiran
salju yang menderanya setiap saat, dan ia justru semakin kokoh
karenanya. Artinya, jika Anda merasa terusik dan terpengaruh oleh kritikan
atau cemoohan mereka, berarti Anda telah meluluskan keinginan mereka
untuk mengotori dan mencemarkan kehidupan Anda. Padahal, yang terbaik
adalah menjawab atau merespon kritikan mereka dengan menunjukkan
akhlak yang baik. Acuhkan saja mereka, dan jangan pernah merasa tertekan
oleh setiap upadaya mereka untuk menjatuhkan Anda. Sebab, kritikan
mereka yang menyakitkan itu pada hakekatnya merupakan ungkapan
penghormatan untuk Anda. Yakni, semakin tinggi derajat dan posisi yang
Anda duduki, maka akan semakin pedas pula kritikan itu.


La Tahzan 10

Betapapun, Anda akan kesulitan membungkam mulut mereka dan
menahan gerakan lidah mereka. Yang Anda mampu adalah hanya mengubur
dalam-dalam setiap kritikan mereka, mengabaikan solah polah mereka pada
Anda, dan cukup mengomentari setiap perkataan mereka sebagaimana yang
diperintahkan Allah,
{Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu."}
(QS. Ali 'Imran: 119)
Bahkan, Anda juga dapat 'menyumpal' mulut mereka dengan
'potongan-potongan daging' agar diam seribu bahasa dengan cara
memperbanyak keutamaan, memperbaiki akhlak, dan meluruskan setiap
kesalahan Anda. Dan bila Anda ingin diterima oleh semua pihak, dicintai
semua orang, dan terhindar dari cela, berarti Anda telah menginginkan
sesuatu yang mustahii terjadi dan mengangankan sesuatu yang terlalu jauh
untuk diwujudkan.
La Tahzan
Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang
Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan
Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan-Nya agar
mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang
menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.
Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu
kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusia. Karena
itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari
kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah
Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan.
Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat
keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka
lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.
{Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali karena Allah dan
Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.}
(QS. At-Taubah: 74)
Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini!
Dalam salah satu babnya diceritakan: syahdan, seorang ayah telah memelihara
anaknya dengan baik. la memberinya makan, pakaian dan minum,
mendidikanya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya,


La Tahzan 11

rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah
payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat
dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu
menggonggong kepada orang tuanya. la tak hanya berani menghina, tetapi
juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang
tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.
Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan
oleh orang-orang yang menyalahi fitrahnya, sudah seyogyanya menghadapi
semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan
mendatangkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak
pernah habis dan sirna.
Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang
telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat
baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan
terpengaruh sedikitpun oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua
kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih
dengan apa saja yang mereka perbuat.
Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan
menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan
tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus
bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di
sekitar Anda berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih
baik dari tangan yang di bawah.
{Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu
dan tidak pula (ucapan) terima kasih.}
(QS. Al-Insan: 9)
Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi
kacau pikiranya saat menghadapi kritikan atau cercaan pedas dari orangorang
sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar
wahyu Ilahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan
manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan:
{Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui
(jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk
(menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.}
(QS. Yunus: 12)


La Tahzan 12

Anda tak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena
kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan
kepada Anda. Dan Anda tak usab kaget, bila orang yang Anda beri tongkat
untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke
kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari
dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung
nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang
dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda.
La 'Tahzan
Berbuat Baik Terhadap Orang Lain,
Melapangkan Dada
Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan
kebaikan sebaik rasanya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat
merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya.
Mereka akan merasakan "buah"nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak,
dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang,
tenteram dan damai.
Ketika diri Anda diliputi kesedihan dan kegundahan, berbuat baiklah
terhadap sesama manusia, niscaya Anda akan mendapatkan ketentraman
dan kedamaian hati. Sedekahilah orang yang papa, tolonglah orang-orang
yang terzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang
yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang
terkena musibah, niscaya Anda akan merasakan kebahagiaan dalam semua
sisi kehidupan Anda!
Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan
manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dan manfaat psikologis dari kebajikan itu terasa seperti obat-obat manjur
yang tersedia di apotik orang-orang yang berhati baik dan bersih.
Menebar senyum manis kepada orang-orang yang "miskin akhlak"
merupakan sedekah jariyah. Ini, tersirat dalam tuntunan akhlak yang
berbunyi, "... meski engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah berseri."
(Al-Hadits)
Sedang kemuraman wajah merupakan tanda permusuhan sengit
terhadap orang lain yang hanya diketahui terjadinya oleh Sang Maha Gaib.


La Tahzan 13

Seteguk air yang diberikan seorang pelacur kepada seekor anjing yang
kehausan dapat membuahkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Ini merupakan bukti bahwa Sang Pemberi pahala adalah Dzat Yang Maha
Pemaaf, Maha Baik dan sangat mencintai kebajikan, serta Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.
Wahai orang-orang yang merasa terancam oleh himpitan kesengsaraan,
kecemasan dan kegundahan hidup, kunjungilah taman-taman kebajikan,
sibukkan diri kalian dengan memberi, mengunjungi, membantu, menolong,
dan meringankan beban sesama. Dengan semua itu, niscaya kalian akan
mendapatkan kebahagiaan dalam semua sisinya; rasa, warna, dan juga
hakekatnya.
{Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan
Rabb-nya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.}
(QS. Al-Lail: 19-21)
La Tahzan
Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
Orang-orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan
menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal
pikiran mereka selalu melayangdayang tak tahu arah. Dan,
{Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang.}
(QS. At-Taubah: 87)
Saat paling berbahaya bagi akal adalah manakala pemiliknya
menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu, ibarat mobil yang
berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan
dan ke kiri.
Bila pada suatu hari Anda mendapatkan diri Anda menganggur tanpa
kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas!Sebab, dalam
keadaan kosong itulah pikiran Anda akan menerawang ke mana-mana;
mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini,
hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami.
Dan itu, membuat akal pikiran Anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol.
Maka dari itu, saya nasehatkan kepada Anda dan diriku sendiri bahwa
mengerjakan amalan-amalan yang bermanfaat adalah lebih baik daripada


La Tahzan14

terlarut dalam kekosongan yang membinasakan. Singkatnya, membiarkan
diri dalam kekosongan itu sama halnya dengan bunuh diri dan merusak
tubuh dengan narkoba.
Waktu kosong itu tak ubahnya dengan siksaan halus ala penjara Cina;
meletakkan si narapidana di bawah pipa air yang hanya dapat meneteskan
air satu tetes setiap menit selama bertahun-tahun. Dan dalam masa
penantian yang panjang itulah, biasanya seorang napi akan menjadi stres
dan gila.
Berhenti dari kesibukan itu kelengahan, dan waktu kosong adalah
pencuri yang culas. Adapun akal Anda, tak lain merupakan mangsa empuk
yang siap dicabik-cabik oleh ganasnya terkaman kedua hal tadi; kelengahan
dan si "pencuri".
Karena itu bangkitlah sekarang juga. Kerjakan shalat, baca buku,
bertasbih, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau
berbuatlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain untuk mengusir
kekosongan itu!Ini, karena aku ingin mengingatkan Anda agar tidak
berhenti sejenak pun dari melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Bunuhlah setiap waktu kosong dengan 'pisau' kesibukan!Dengan
cara itu, dokter-dokter dunia akan berani menjamin bahwa Anda telah
mencapai 50% dari kebahagiaan. Lihatlah para petani, nelayan, dan para
kuli bangunan!Mereka dengan ceria mendendangkan lagu-lagu seperti
burung-burung di alam bebas. Mereka tidak seperti Anda yang tidur di
atas ranjang empuk, tetapi selalu gelisah dan menyeka air mata
kesedihan.

Jangan Latah!

Yakni, jangan mudah mengenakan dan meniru-meniru ciri kepribadian
umat lain. Karena, itu akan menjadi petaka yang tak mudah reda bagimu.
Orang-orang yang lupa dengan dirinya sendiri, suaranya, gerakan tubuhnya,
ucapannya, kemampuannya, dan kondisinya sendiri, kebanyakan akan
meniru-niru budaya bangsa lain. Dan itulah yang disebut dengan latah,
mengada-ada, berpura-pura, dan membunuh paksa bentuk dan wujud
dirinya sendiri.
Sejak zaman Nabi Adam hingga makhluk terakhir ciptaan Allah, tak
pernah ada dua orang yang sama persis rupanya. Maka, mengapa masih ada


La Tahzan 15

orang-orang yang memaksa diri untuk menyamakan perilaku dan
kepribadiannya dengan bangsa lain?
Anda merupakan sesuatu yang lain daripada yang lain. Tak ada seorang
pun yang menyerupai Anda dalam catatan sejarah kehidupan ini. Belum
pernah ada seorang pun yang diciptakan sama dengan Anda, dan tidak
akan pernah ada orang yang akan serupa dengan Anda di kemudian hari.
Anda sama sekali berbeda dari Zaid dan Amr. Karenanya, jangan
memaksakan diri untuk berbuat latah dan meniru-niru kepribadian orang
lain!
Tetaplah berpijak dan berjalan pada kondisi dan karakter Anda sendiri.
{Sungguh, tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).}
(QS. Al-Baqarah: 60)
{Dan, bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka, berlomba-hmbalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.}
(QS. Al-Baqarah: 148)
Hiduplah sebagaimana Anda diciptakan; jangan mengubah suara,
menganti intonasinya, dan jangan pula merubah cara berjalan Anda!
Tuntunlah diri Anda dengan wahyu Ilahi, tetapi juga jangan melupakan
kondisi Anda dan membunuh kemerdekaan Anda sendiri.
Anda memiliki corak dan warna tersendiri. Dan kami menginginkan
agar Anda tetap seperti itu; dengan corak dan warna Anda sendiri. Sebab
Anda memang diciptakan demikian adanya. Kami mengenal Anda seperti
itu, maka jangan pernah latah dengan meniru-niru orang lain.
Umat manusia — dengan pelbagai macam tabiat dan wataknya —
seperti alam tumbuhan: ada yang manis dan asam, dan ada yang panjang
dan pendek. Dan seperti itulah seharusnya umat manusia. Jika Anda seperti
pisang, Anda tak perlu mengubah diri menjadi jambu, sebab harga dan
keindahan Anda akan tampak jika Anda menjadi pisang.
Begitulah, sesungguhnya perbedaan warna kulit, bahasa, dan
kemampuan kita masing-masing merupakan tanda-tanda kebesaran Sang
Maha Pencipta. Karena itu, jangan sekali-kali mengingkari tanda-tanda
kebesaran-Nya.


La Tahzan16

{Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri,
melainkan dia telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya.}
(QS. Al-Hadid: 22)
Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan
telah disimpan, setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan.
Maka,
{Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah
ditetapkan oleh Allah bagi kami."}
(QS. At-Taubah: 51)
Apa yang membuat Anda benar, maka tak akan membuat Anda salah.
Sebaliknya, apa yang membuat Anda salah, maka tidak akan membuat Anda
benar.
Jika keyakinan tersebut tertanam kuat pada jiwa Anda dan kukuh
bersemayam dalam hati Anda, maka setiap bencana akan menjadi karunia,
setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan
dan pahala.
"Barangsiapa yang oleh Allah dikehendaki menjadi baik maka ia akan diuji
oleh-Nya." (Al Hadits)
Karena itu, jangan pernah merasa gundah dan bersedih dikarenakan
suatu penyakit, kematian yang semakin dekat, kerugian harta, atau rumah
terbakar. Betapapun, sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan
segala sesuatunya dan takdir telah bicara. Usaha dan upaya dapat
sedemikian rupa, tetapi hak untuk menentukan tetap mutlak milik Allah.
Pahala telah tercapai, dan dosa sudah terhapus. Maka, berbahagialah
orang-orang yang tertimpa musibah atas kesabaran dan kerelaan mereka
terhadap Yang Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha Mengekang lagi
Maha Lapang.
{Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan
ditanyai.}
(QS. Al-Anbiya: 23)
Syaraf-syaraf Anda akan tetap tegang, kegundahan jiwa Anda tak akan
reda, dan kecemasan di dada Anda tak akan pernah sirna, sebelum Anda
benar-benar beriman terhadap qadha' dan qadar.


La Tahzan 17

Tinta pena telah mengering bersamaan dengan semua hal yang akan
Anda temui. Maka, jangan biarkan diri Anda larut kesedihan. Jangan mengira
diri Anda sanggup melakukan segala upaya untuk menahan tembok yang
akan runtuh, membendung air yang akan meluap, menahan angin agar tak
bertiup, atau memelihara kaca agar tak pecah. Adalah tak benar bila semua
itu dapat terjadi dengan paksaanku dan paksaanmu, karena apa yang telah
digariskan akan terjadi. Setiap ketentuan akan berjalan dan semua keputusan
akan terlaksana. Demikianlah "orang bebas memilih; boleh percaya dan tidak"
Anda harus menyerahkan semua hal kepada takdir agar tak ditindas
oleh bala tentara kebencian, penyesalan dan kebinasaan. Dan, percayalah
dengan kebenaran qadha' sebelum Anda dilanda banjir penyesalan!Dengan
begitu, jiwa Anda akan tetap tenang menjalani segala daya upaya dan cara
yang memang harus ditempuh. Dan bila kemudian terjadi hal-hal yang tidak
Anda inginkan, maka itu pun merupakan bagian dari ketentuan yang memang
harus terjadi. Jangan pula pernah berandai, "Seandainya saja aku melakukan
seperti ini, niscaya akan begini dan begini jadinya." Tapi katakanlah, "Allah telah
menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki akan Dia lakukan." (Al-Hadits)
**********

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan


Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan,
setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap
yang hilang pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam
kesulitan ada kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.
{Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya)
atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.}
(QS. Al-Maidah: 52)
Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti
datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah.
Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan
akan datang secepat kelebatan cahaya-dan kedipan mata. Kabarkan juga
kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan
segera tiba.
Saat Anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang
tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang
rimbun penuh hijau dedaunan.


La Tahzan 18

Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa,
tali itu akan segera putus.
Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan
berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.
Kobaran api tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu,
karena pertolongan Ilahi membuka "jendela" seraya berkata:
{Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.}
(QS. Al-Anbiya': 69)
Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s).
Itu, tak lain karena suara agung kala itu telah bertitah,
{Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia
akan memberi petunjuk kepadaku.}
(QS. Asy-Syu'ara:: 62)
Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi
Muhammad s.a.w. yang ma'shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa
Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga,
rasa aman, tenteram dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar.
Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang
(mungkin) sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan,
kesengsaraan, dan keputusasaan dalam hidup mereka. Itu, karena mereka
hanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka.
Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai ke belakang
tabir dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar pagar
rumahnya.
Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena
setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti
kemudahan dengan sabar. Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir,
tahun demi tahun akan selalu berganti, malam demi malam pun datang
silih berganti. Meski demikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang
Maha Bijaksana tetap pada keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah
mungkin akan menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua. Tetapi
sesungguhnya, setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudahan.


La Tahzan 19


Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!

Orang cerdik akan berusaha merubah kerugian menjadi keuntungan.
Sedangkan orang bodoh akan membuat suatu musibah menjadi bertumpuk
dan berlipat ganda.
Ketika Rasulullah s.a.w. diusir dari Makkah, beliau memutuskan untuk
menetap di Madinah dan kemudian berhasil membangunnya menjadi sebuah
negara yang sangat akrab di telinga dan mata sejarah.
Ahmad ibn Hanbal pernah dipenjara dan dihukum dera, tetapi
karenanya pula ia kemudian menjadi imam salah satu madzhab. Ibnu
Taimiyyah pernah di penjara, tetapi justru di penjara itulah ia banyak
melahirkan karya. As-Sarakhsi pernah dikurung di dasar sumur selama
bertahun-tahun, tetapi di tempat itulah ia berhasil mengarang buku
sebanyak dua puluh jilid. Ketika Ibnul-Atsir dipecat dari jabatannya, ia
berhasil menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Jami'ul Ushul dan
an-Nihayah, salah satu buku paling terkenal dalam hadits. Demikian halnya
dengan Ibnul-Jawzy, ia pernah diasingkan dari Baghdad, dan karena itu
ia menguasai qiraah sab'ah. Malik ibn ar-Raib adalah penderita suatu
penyakit yang mematikan, namun ia mampu melahirkan syair-syair yang
sangat indah dan tak kalah dengan karya-karya para penyair besar zaman
Abbasiyah. Lalu, ketika semua anak Abi Dzuaib al-Hudzali mati
meninggalkannya seorang diri, ia justru mampu menciptakan nyanyiannyanyian
puitis yang mampu membekam mulut zaman, membuat setiap
pendengarnya tersihir, memaksa sejarah untuk selalu bertepuk tangan
saat mendengarnya kembali.
Begitulah, ketika tertimpa suatu musibah, Anda harus melihat sisi yang
paling terang darinya. Ketika seseorang memberi Anda segelas air lemon,
Anda perlu menambah sesendok gula ke dalamnya. Ketika mendapat hadiah
seekor ular dari orang, ambil saja kulitnya yang mahal dan tinggalkan bagian
tubuhnya yang lain. Ketika disengat kala jengking, ketahuilah bahwa
sengatan itu sebenarnya memberikan kekebalan pada tubuh Anda dari
bahaya bisa ular.
Kendalikan diri Anda dalam berbagai kesulitan yang Anda hadapi!
Dengan begitu, Anda akan dapat mempersembahkan bunga mawar dan
melati yang harum kepada kami. Dan,
{Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.}
(QS. Al-Baqarah: 216)



La Tahzan 20


Sebelum terjadi revolusi besar di Perancis, konon negara itu pernah
memenjara dua sastrawan terkenalnya. Salah seorang dari keduanya sangat
optimistis dan yang seorang lagi pesimistis bahwa revolusi dan perubahan
akan segera terjadi. Setiap hari keduanya sama-sama melongokkan kepala
melalui sela-sela jeruji penjara. Hanya saja, sang sastrawan yang optimistis
selalu memandang ke atas dan melihat bintang-bintang yang gemerlap di
langit. Dan karena itu ia selalu tersenyum cerah. Adapun sastrawan yang
pesimistis, ia selalu melihat ke arah bawah dan hanya melihat tanah hitam
di depan penjara, dan kemudian menangis sedih.
Begitulah, sebaiknya Anda selalu melihat sisi lain dari kesedihan itu.
Sebab, belum tentu semuanya menyedihkan, pasti ada kebaikan, secercah
harapan, jalan keluar serta pahala.

Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang

Kesulitan Apabila Ia Berdoa?

Siapakah yang berhak menjadi tempat mengadu orang-orang yang
dilanda kegelisahan, kesempitan, kesulitan dan kesedihan? Kepada siapakah
mereka harus memohon pertolongan? Siapakah yang layak menjadi tempat
bergantung, memohon, meminta dan meratap semua makhluk? Siapakah
yang berhak menjadi gantungan hati dan selalu diucapkan oleh lidah
manusia? Tak lain, adalah hanya Allah yang tiada Ilah selain Dia.
Bagiku dan juga Anda, adalah suatu kewajiban untuk berdoa dan
meminta kepada-Nya dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam keadaan
mudah maupun ketika sulit. Kita harus menumpahkan semua permasalahan
ke haribaan-Nya dan kita juga tetap harus ber-tawassul kepada-Nya, meski
dalam keterjepitan seperti apapun. Kita harus duduk bersimpuh di depan
pintu gerbang-Nya sambil memohon, menangis merendahkan diri dan
meminta ampunan-Nya. Dan kemudian, tunggulah!Karena pada saatnya
nanti akan datang pertolongan, ma'unah (uluran), bantuan dan kemudahan
yang bersumber dari-Nya.
{Atau, siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila
ia berdoa kepada-Nya.}
(QS. An-Naml: 62)
Jawabannya adalah Allah-lah yang menyelamatkan orang yang
tenggelam, memberi jalan keluar orang-orang yang mengalami kesulitan,

La Tahzan 21

menolong orang yang dizalimi, memberi petunjuk orang yang sesat,
menyembuhkan orang yang sakit, dan meringankan beban orang yang
mendapat cobaan.
{Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya.}
(QS. Al-'Ankabut: 65)
Di sini, saya tidak akan memaparkan doa-doa pengusir rasa duka,
gundah dan sedih. Bagaimanapun, sebaiknya Anda mempelajari sendiri
kalimat-kalimat doa yang indah dalam kitab-kitab hadist. Setelah itu,
mengadulah, merataplah, berdoa dan memohonlah kepada-Nya. Dan bila
Anda sudah berhasil menemukan-Nya, berarti Anda telah mendapatkan
segalanya. Akan tetapi, jika Anda kehilangan iman kepada-Nya, niscaya
Anda telah kehilangan segalanya.
Doa Anda kepada Rabb terhitung sebagai wujud lain dari ibadah. Juga
sebagai bukti ketaatan besar yang akan mendatangkan suatu pemberian
lebih dari apa yang Anda minta. Maka itu, seorang hamba yang benar-benar
mengetahui hakekat berdoa kepada Allah, niscaya ia tak akan pernah resah,
gundah, dan kacau pikirannya.
Semua tali akan mengerut kecuali tali-Nya, dan semua pintu akan
tertutup kecuali pintu-Nya. Allah Maha Dekat, Maha Mendengar, dan Maha
Menjawab. Dia mengabulkan doa setiap orang yang berada dalam kesulitan.
Dia memerintahkan Anda — karena Anda manusia yang selalu
membutuhkan dan lemah, dan Dia Maha Kaya, Maha Kuat, Maha Tunggal
dan Maha Terpuji — agar senantiasa berdoa. Dia berkata,
{Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu.} .
(QS. Al-Mu'minun: 60)
Ketika musibah dan bencana datang silih berganti menimpa Anda,
berdzikirlah kepada-Nya, sebutlah nama-Nya, mohonlah pertolongan-Nya,
dan mintalah jalan keluar dari-Nya!Tundukkan wajah untuk mengkuduskan
nama-Nya demi mendapatkan mahkota kemerdekaan dari-Nya. Lekatkan
hidung pada tempat Anda bersujud kepada-Nya agar Anda mendapatkan
keselamatan. Angkat kedua tangan Anda, buka kedua telapak tangan Anda,
perbanyak memohon kepada-Nya, jangan pernah bosan meminta kepadaNya,
dan jangan pernah berpaling dari depan pintu-Nya. Harapkanlah
kelembutan kasih sayang dari-Nya, nantikan pertolongan-Nya, nyaringkan
suara Anda tatkala menyebut nama-Nya, dan selalu berbaik sangkalah
kepada-Nya. Curahkan seluruh waktu Anda untuk-Nya dan beribadahlah

La Tahzan 22

Semoga Rumahmu Membuat Bahagia

Mengasingkan diri yang diajarkan syariat dan sunah Rasul adalah
menjauhkan diri dari kejahatan dan pelakunya, orang-orang yang banyak
waktu kosongnya, orang-orang yang lalai, dan orang-orang yang senang
membuat huru-hara. Dengan begitu, jiwa Anda akan selalu terkendali, hati
menjadi tenang dan sejuk, pikiran selalu jernih, dan Anda akan merasa
leluasa dan bahagia berada di taman-taman ilmu pengetahuan.
Mengasingkan diri (uzlah) dari semua hal yang melalaikan manusia
dari kebaikan dan ketaatan merupakan obat yang sudah diuji coba dan
dibuktikan kemujarabannya oleh para ahli pengobatan hati. Banyak cara
untuk menjauhkan diri dari kejahatan dan permainan yang sia-sia.
Diantaranya adalah; mengisi waktu dengan menyuntikkan wawasan baru
ke dalam akal pikiran, menjalankan semua hal yang sesuai dengan kaedah
"takut kepada Allah", dan juga menghadiri majelis-majelis pertaubatan dan
dzikir. Betapapun, perkumpulan atau majelis yang terpuji dan patut
dikunjungi adalah yang digunakan untuk menjalankan shalat berjamaah,
menuntut dan mengajarkan ilmu, atau untuk saling membantu dalam
kebaikan. Maka dari itu, hindarilah majelis-majelis yang tidak jelas tujuannya
dan tidak pula berguna!Jaga kesucian kulit Anda, tangisilah kesalahan
Anda dan jagalah lidah!Semoga, dengan itu rumah Anda dapat
membahagiakan hati Anda.
Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan merupakan serangan
mematikan bagi jiwa dan ancaman yang membahayakan keamanan dan
kedamaian diri Anda. Pasalnya, melakukan hal itu berarti Anda telah bergaul
dengan setan-setan pembisik desas-desus, penebar kabar bohong, peramal
bencana dan petaka. Dan itu, akan membuat Anda mati tujuh kali dalam
sehari sebelum Anda benar-benar mati. Maka,
{Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah
kamu selain dari kerusakan belaka.}
(QS. At-Taubah: 47)
Atas dasar itu, harapan saya adalah supaya Anda menjalani
bagaimanapun kondisi Anda, tetap menyendiri di 'kamar' Anda dan hanya
kepada-Nya dengan tekun agar Anda mendapatkan kebahagiaan dan
kemenangan.


La Tahzan 23

keluar untuk berkata atau berbuat baik saja. Pada saat seperti itu hati Anda
akan benar-benar menjadi milik Anda, sehingga waktu dan umur Anda
selamat dari kesia-siaan, lidah Anda terhindar dari menggunjing (ghibah),
hati Anda bersih dari kerisauan, telinga Anda terjauhkan dari ucapan kotor,
dan jiwa Anda bebas dari berburuk sangka. Barangsiapa mencoba sesuatu,
niscaya akan mengetahuinya. Barangsiapa membiarkan dirinya hanyut dalam
gumpalan kasak-kusuk dan terseret ke dalam komunitas orang-orang yang
tidak berilmu, serta senang berbuat yang sia-sia, maka katakan kepadanya:
Selamat tinggal!
La Tahzan
Ganti Itu dari Allah
Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari Anda, kecuali Dia
menggantinya dengan yang lebih baik. Tetapi, itu terjadi apabila Anda
bersabar dan tetap ridha dengan segala ketetapan-Nya.
"Barangsiapa Kuambil dua kekasihnya (matanya) tetap bersabar, maka
Aku akan mengganti kedua(mata)nya itu dengan surga." (Al-Hadits)
dan,
"Barangsiapa Kuambil orang yang dicintainya di dunia tetap mengharapkan
ridha(Ku), niscaya Aku akan menggantinya dengan surga." (Al-Hadits)
Yakni, barangsiapa kehilangan anaknya tetap berusaha untuk bersabar,
maka di alam keabadian kelak akan dibangunkan untuknya sebuah Baitul
Hamd (Istana Pujaan).
Maka, Anda tak usah terlalu bersedih dengan musibah yang menimpa
Anda, sebab yang menentukan semua itu adalah Dzat yang memiliki surga,
balasan, pengganti, dan ganjaran yang besar.
Para waliyullah yang pernah ditimpa musibah, ujian dan cobaan akan
mendapatkan penghormatan yang agung di surga Firdaus. Itu tersirat dalam
firman-Nya,
{Selamat atasmu karena kesabaranmu. Maka, alangkah baiknya tempat
kesudahan itu.}
(QS. Ar-Ra'd: 24)
Betapapun, kita harus selalu melihat dan yakin bahwa di balik musibah
terdapat ganti dan balasan dari Allah yang akan selalu berujung pada
kebaikan kita. Dengan begitu, kita akan termasuk,



La Tahzan 24

{Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempuma dan rahmat dari Rabb
mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.}
(QS. Al-Baqarah: 157)
Ini merupakan ucapan selamat bagi orang-orang yang mendapat musibah
dan kabar gembira bagi orang-orang yang mendapat bencana.
Umur dunia ini sangat pendek dan gudang kenikmatannya pun sangat
miskin. Adapun akhirat, lebih baik dan kekal. Sehingga, barangsiapa di
dunia mendapat musibah ia akan mendapat kesenangan di akhirat kelak,
dan barangsiapa hidup sengsara di dunia ia akan hidup bahagia di akhirat.
Lain halnya dengan mereka yang memang lebih mencintai dunia, hanya
mendambakan kenikmatan dunia saja, dan lebih senang pada keindahan
dunia. Hati mereka akan selalu gundah gulana, cemas tidak mendapatkan
kenikmatan dunia dan takut tidak nyaman hidupnya di dunia. Mereka ini
hanya menginginkan kenikmatan dunia saja, sehingga mereka selalu
memandang musibah sebagai petaka besar yang mematikan. Mereka juga
akan memandang setiap cobaan sebagai sesuatu yang gelap gulita selamanya.
Ini adalah karena mereka selalu memandang ke arah bawah telapak kakinya
dan hanya mengagungkan dunia yang sangat fana dan tak berharga ini.
Wahai orang-orang yang tertimpa musibah, sesungguhnya tak ada
sesuatu pun yang hilang dari kalian. Kalian justru beruntung, karena Allah
selalu menurunkan sesuatu kepada para hamba-nya dengan "surat
ketetapan" yang di sela-sela huruf kalimatnya terdapat suatu kelembutan,
empati, pahala, ada balasan, dan juga pilihan. Maka dari itu, siapa saja
yang tertimpa musibah yang hebat, ia harus menghadapinya dengan sabar,
mata yang jernih dan pola pikir yang panjang. Dengan begitu, ia akan
menyaksikan bahwa buah manis dari musibah itu adalah:
{Lalu, diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah
dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.}
(QS. Al-Hadid: 13)
Dan sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik, lebih abadi,
lebih utama, dan lebih mulia.


La Tahzan 25

Iman Adalah Kehidupan
Orang-orang yang sesungguhnya paling sengsara adalah mereka yang
miskin iman dan mengalami krisis keyakinan. Mereka ini, selamanya akan
berada dalam kesengsaraan, kepedihan, kemurkaan, dan kehinaan.
{Dan, barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit.}
(QS. Thaha: 124)
Tak ada sesuatu yang dapat membahagiakan jiwa, membersibkannya,
menyucikannya, membuatnya bahagia, dan mengusir kegundahan darinya,
selain keimanan yang benar kepada Allah s.w.t., Rabb semesta alam.
Singkatnya, kehidupan akan terasa hambar tanpa iman.
Dalam pandangan para pembangkang Allah yang sama sekali tidak
beriman, cara terbaik untuk menenangkan jiwa adalah dengan bunuh diri.
Menurut mereka, dengan bunuh diri orang akan terbebas dari segala tekanan,
kegelapan, dan bencana dalam hidupnya. Betapa malangnya hidup yang
miskin iman!Dan betapa pedihnya siksa dan azab yang akan dirasakan oleh
orang-orang yang menyimpang dari tuntunan Allah di akherat kelak!
{Dan, (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka
belum pernah beriman kepadanya (al-Quran) pada permulaannya, dan Kami
biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat sesat.}
(QS. Al-An'am: 110)
Kini, sudah saatnya dunia menerima dengan tulus ikhlas dan beriman
dengan sesungguhnya bahwa "tidak ada llah selain Allah". Betapapun,
pengalaman dan uji coba manusia sepanjang sejarah kehidupan dunia ini
dari abad ke abad telah membuktikan banyak hal; menyadarkan akal bahwa
berhala-berhala itu takhayul belaka, kekafiran itu sumber petaka,
pembangkangan itu dusta, para rasul itu benar adanya, dan Allah benarbenar
Sang Pemilik kerajaan bumi dan langit— segala puji bagi Allah dan
Dia sungguh-sungguh Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Seberapa besar — kuat atau lemah, hangat atau dingin — iman Anda,
maka sebatas itu pula kebahagiaan, ketentraman, kedamaian dan
ketenangan Anda.
{Barangsiapa mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.}


La Tahzan 26

(QS. An-Nahl: 97)
Maksud kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) dalam ayat ini adalah
ketenangan jiwa mereka dikarenakan janji baik Rabb mereka, keteguhan
hati mereka dalam mencintai Dzat yang menciptakan mereka, kesucian
nurani mereka dari unsur-unsur penyimpangan iman, ketenangan mereka
dalam menghadapi setiap kenyataan hidup, kerelaan hati mereka dalam
menerima dan menjalani ketentuan Allah, dan keikhlasan mereka dalam
menerima takdir. Dan itu semua adalah karena mereka benar-benar yakin
dan tulus menerima bahwa Allah adalah Rabb mereka, Islam agama mereka,
dan Muhammad adalah nabi dan rasul yang diutus Allah untuk mereka.
Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!
Di manapun kelembutan itu berada, ia akan menghiasi tempat itu.
Demikian halnya bila ia dicabut dari suatu tempat, ia akan mengotorinya.
Kelembutan tutur kata, senyuman tulus di bibir, dan sapaan-sapaan hangat
yang terpuji saat bersua merupakan hiasan-hiasan yang selalu dikenakan
oleh orang-orang mulia.
Semua itu merupakan sifat seorang mukmin yang akan menjadikannya
seperti seekor lebah; makan dari makanan yang baik dan menghasilkan
madu yang baik. Dan bila hinggap pada setangkai bunga, ia tidak pernah
merusaknya. Semua itu terjadi karena Allah menganugerahkan pada
kelembutan sesuatu yang tidak Dia berikan kepada kekerasan.
Di antara manusia terdapat orang-orang "istimewa" yang membuat
banyak kepala tunduk hormat menyambut kedatangannya, banyak massa
berjubel ingin melihat mukanya, banyak hati bersimpati padanya dan banyak
jiwa memujanya. Dan mereka itu tak lain adalah orang-orang yang banyak
dicintai dan dibicarakan manusia dikarenakan kedermawanan dan
kelobaannya, kejujurannya dalam berjual beli, dan keramahan dan sopan
santunnya dalam bergaul.
Mencari banyak teman merupakan tuntunan dalam hidup yang selalu
dicontohkan oleh orang-orang terhormat dikarenakan akhlak dan
perilakunya yang terpuji. Mereka itulah orang-orang yang selalu berada di
tengah-tengah kerumunan manusia dengan senyum yang merekah,
keramahan yang menentramkan dan sopan santun yang menyejukkan. Dan
karena itu, mereka selalu ditanyakan dan didoakan ketika tak terlihat.


La Tahzan 27

Orang-orang yang bahagia memiliki tuntunan akhlak yang secara garis
besar tercakup dalam slogan:
{Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang
yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman
yang sangat setia.}
(QS. Fushshilat: 34)
Begitulah, mereka dapat memupuskan rasa dengki dengan emosi yang
terkendali, kesabaran yang menyejukkan, dan kemudahan memaafkan yang
menentramkan. Mereka adalah orang-orang yang mudab melupakan
kejahatan dan mengingat kebaikan orang lain. Karena itu, tatkala katakata
kotor dan keji terlontar untuk mereka, telinga mereka tidak pernah
memerah dibuatnya. Bahkan mereka memandang kata-kata itu sebagai
angin lalu yang tak akan pernah kembali.
Mereka itulah orang-orang yang selalu berada dalam kedamaian, orang-orang
yang berada di sekitar mereka merasa aman, dan kaum muslimin
yang bersama mereka pun merasa tenteram.
"Orang muslim adalah orang yang jika orang muslim lainnya tidak merasa
terganggu oleh lisan dan tangannya. Sedangkan orang mukmin adalah orang yang
membuat orang lain merasa aman terhadap darah dan hartanya." (Al-Hadits),
"Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk menyambung tali silaturahmi
pada orang yang memutuskan silaturahmi denganku. Aku diperintahkan untuk
mengampuni orang yang berlaku zcdim terhadapku dan memberi kepada orang
yang tidak pemah memberi kepadaku." (Al-Hadits)
{Dan, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan).}
(QS. Ali 'Imran: 134)
Sampaikan kabar gembira kepada mereka bahwa balasan Allah atas
keteduhan, ketentraman, dan kedamaian mereka adalah akan disegerakan.
Sampaikan pula sebuah kabar gembira kepada mereka bahwa mereka
juga akan mendapatkan balasan besar di akhirat berupa surga-surga dan
sungai-sungai yang indah di sisi Rabb mereka kelak. Yakni,
{Di tempat yang disenangi di sisi Rabb Yang Berkuasa.}
(QS. Al-Qamar: 55)


La Tahzan 28

"Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang."
Kejujuran itu kekasih Allah. Keterusterangan merupakan sabun pencuci
hati. Pengalaman itu bukti. Dan seorang pemandu jalan tak akan
membohongi rombongannya. Tidak ada satu pekerjaan yang lebih melegakan
hati dan lebih agung pahalanya, selain berdzikir kepada Allah.
{Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.}
(QS. Al-Baqarah: 152)
Berdzikir kepada Allah adalah surga Allah di bumi-Nya. Maka, siapa
yang tak pernah memasukinya, ia tidak akan dapat memasuki surga-Nya di
akhirat kelak. Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari
pelbagai kerisauan, kegundahan, kekesalan dan goncangan. Dan dzikir
merupakan jalan pintas paling mudah untuk meraih kernenangan dan
kebahagian hakiki. Untuk melihat faedah dan manfaat dzikir, coba perhatikan
kembali beberapa pesan wahyu Ilahi. Dan cobalah mengamalkannya pada
hari-hari Anda, niscaya Anda akan mendapatkan kesembuhan.
Dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan,
kecemasan dan kesedihan akan sirna. Bahkan, dengan berdzikir kepadaNya
segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan
runtuh dengan sendirinya.
Tidak mengherankan bila orang-orang yang selalu mengingat Allah
senantiasa bahagia dan tenteram hidupnya. Itulah yang memang seharusnya
terjadi. Adapun yang sangat mengherankan adalah bagaimana orang-orang
yang lalai dari berdzikir kepada Allah itu justru menyembah berhalaberhala
dunia. Padahal,
[(Berhala-berhala) itu mati tidak hidup dan berhala-berhala itu tidak mengetahui
bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.]
(QS. An-Nahl: 21)
Wahai orang yang mengeluh karena sulit tidur, yang menangis karena
sakit, yang bersedih karena sebuah tragedi, dan yang berduka karena suatu
musibah, sebutlah nama-Nya yang kudus!Betapapun,
{Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?}
(QS. Maryam: 65)
Semakin banyak Anda mengingat Allah, pikiran Anda akan semakin
terbuka, hati Anda semakin tenteram, jiwa Anda semakin bahagia, dan


La Tahzan 29

nurani Anda semakin damai sentausa. Itu, karena dalam mengingat Allah
terkandung nilai-nilai ketawakalan kepada-Nya, keyakinan penuh kepadaNya,
ketergantungan diri hanya kepada-Nya, kepasrahan kepada-Nya,
berbaik sangka kepada-Nya, dan pengharapan kebahagiaan dari-Nya. Dia
senantiasa dekat ketika si hamba berdoa kepada-Nya, senantiasa mendengar
ketika diminta, dan senantiasa mengabulkan jika dimohon. Rendahkan dan
tundukkan diri Anda ke hadapan-Nya, lalu sebutlah secara berulang'-ulang
nama-Nya yang indah dan penuh berkah itu dengan lidah Anda sebagai
pengejawantahan dari ketauhidan, pujian, doa, permohonan dan permintaan
ampunan Anda kepada-Nya.
Dengan begitu, niscaya Anda — berkat kekuatan dan pertolongan
dari-Nya — akan mendapatkan kebahagiaan, ketenteraman, ketenangan,
cahaya penerang dan kegembiraan. Dan,
{Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia, dan pahala yang
baik di akhirat.}
(OS. Ali 'Imran: 148)
La Tahzan
"Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang
Allah karuniakan kepadanya?"
Kedengkian (hasad) itu seperti makanan asin yang senantiasa
merapuhkan tulang. Hasad itu juga seperti penyakit kronis yang selalu
menggerogoti tubuh pelan-pelan hingga rusak dan membusuk. Ada
ungkapan: "Tak ada yang menyenangkan dari seorang pendengki, karena
ia akan selalu menjadi musuh dalam selimut". Ada pula orang-orang yang
berkata seperti ini: "Celaka benar seorang pendengki; memulai dengan
persahabatan dan mengakhiri dengan pembunuhan."
Saya berusaha mencegah diri pribadi saya dan juga Anda agar tidak
mengidap penyakit dengki. Ini merupakan wujud kasih sayang saya terhadap
diri saya sendiri dan terhadap Anda sebelum dapat mencurahkan kasih
sayang kepada orang lain. Bagaimanapun, dengan dengki terhadap orang
lain, kita sama halnya dengan memberi makan kegalauan kepada dagingdaging
kita, memberi minum kegelisahan kepada darah kita, dan
menebarkan rasa kantuk pelupuk mata kita kepada orang lain.
Seorang pendengki, ibarat orang yang menyalakan pemanggang roti,
lalu setelah panas ia menceburkan dirinya sendiri ke dalam pemanggang


La Tahzan 30

itu. Keresahan, kecemasan dan kegelisahan hidup merupakan penyakitpenyakit
yang dllahirkan oleh sifat dengki untuk mengakhiri ketentraman,
kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup. Bencana besar yang menimpa seorang
pendengki adalah dikarenakan ia selalu melawan qadha' (ketentuan Allah),
menuduh Allah tidak adil dalam kebijakan-Nya, melecehkan syariat,
dan selalu menyeleweng dari ajaran-ajaran yang disampaikan oleh
Rasulullah.
Sungguh, kedengkian itu merupakan penyakit yang tidak bakal
mendatangkan pahala, dan juga bukan cobaan yang akan mendatangkan
balasan baik dari Allah bagi para pelakunya. Seorang pendengki akan selalu
panas ketika melihat orang lain mendapatkan kenikmatan dan kelebihan.
Dan itu akan berlanjut sampai ia mati, atau kadang sampai kenikmatan
orang lain tadi sudah tidak ada lagi.
Semua orang boleh diajak bersahabat, kecuali seorang pendengki.
Sebab, seorang pendengki akan selalu membawa kita agar menyepelekan
nikmat-nikmat Allah, menanggalkan semua kepribadian baik kita,
melepaskan ciri kehormatan kita, dan meninggalkan semua sejarah baik
kita. Itulah hahhal yang akan membuat seorang pendengki menerima —
meski mungkin dengan berat hati — Anda sebagai sahabatnya. Akan tetapi,
bukankah kita harus berlindung kepada Allah dari kejahatan seorang
pendengki ketika mendengki? Betapapun, seorang pendengki itu tetap
seperti ular hitam berbisa yang tidak akan pernah diam sebelum
menyemburkan bisanya pada tubuh yang tak berdosa.
Sungguh, saya peringatkan Anda agar jangan sekali-kali mencoba
untuk memiliki rasa dengki. Berlindunglah kepada Allah agar tidak bergaul
dengan seorang pendengki, karena Dia-lah yang selalu mengawasi Anda!
Hadapi Hidup Ini Apa Adanya!
Kondisi dunia ini penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh rupa, dan
banyak warna. Semua itu bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan
hidup. Dan, Anda adalah bagian dari dunia yang berada dalam kesukaran.
Anda tidak akan pernah menjumpai seorang ayah, isteri, kawan,
sahabat, tempat tinggal, atau pekerjaan yang padanya tidak terdapat sesuatu
yang menyulitkan. Bahkan, kadangkala justru pada setiap hal itu terdapat
sesuatu yang buruk dan tidak Anda sukai. Maka dari itu, padamkanlah



La Tahzan 31


panasnya keburukan pada setiap hal itu dengan dinginnya kebaikan yang
ada padanya. Itu kalau Anda mau selamat dengan adil dan bijaksana.
Pasalnya, betapapun setiap luka ada harganya.
Allah menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang
saling berlawanan, dua jenis yang saling bertolak belakang, dua kubu yang
saling berseberangan, dan dua pendapat yang saling berseberangan. Yakni,
yang baik dengan yang buruk, kebaikan dengan kerusakan, kebahagiaan
dengan kesedihan. Dan setelah itu, Allah akan mengumpulkan semua yang
baik, kebagusan dan kebahagian itu di surga. Adapun yang buruk, kerusakan
dan kesedihan akan dikumpulkan di neraka. "Dunia ini terfaknat, dan terhhnat
semua yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan semua yang
berkaitan dengannya, seorang yang 'alim dan seorang yang belajar," begitu hadist
berkata.
Maka, jalanilah hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada. Jangan
larut dalam khayalan. Dan, jangan pernah menerawang ke alam imajinasi.
Hadapi kehidupan ini apa adanya; kendalikan jiwa Anda untuk dapat
menerima dan menikmatinya!Bagaimanapun, tidak mungkin semua teman
tulus kepada Anda dan semua perkara sempurna di mata Anda. Sebab,
ketulusan dan kesempurnaan itu ciri dan sifat kehidupan dunia.
Bahkan, isteri Anda pun tak akan pernah sempurna di mata Anda.
Maka kata hadist, "Janganlah seorang mukmin mencela seorang mukminah
(isterinya), sebab jika dia tidak suka pada salah satu kebiasaannya maka dia bisa
menerima kebiasaannya yang lain."
Adalah seyogyanya bila kita merapatkan barisan, menyatukan langkah,
saling memaafkan dan berdamai kembali, mengambil hal-hal yang mudah
kita lakukan, meninggalkan hal-hal yang menyulitkan, menutup mata dari
beberapa hal untuk saat-saat tertentu, meluruskan kangkah, dan
mengesampingkan berbagai hal yang mengganggu.
Yakinilah Bahwa Anda Tetap Mulia Bersama Para
Penerima Cobaan!
Tengoklah kanan kiri, tidakkah Anda menyaksikan betapa banyaknya
orang yang sedang mendapat cobaan, dan betapa banyaknya orang yang
sedang tertimpa bencana? Telusurilah, di setiap rumah pasti ada yang
merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air mata.


La Tahzan 32

Sungguh, betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan betapa
banyak pula orang-orang yang sabar menghadapinya. Maka Anda bukan
hanya satu-satunya orang yang mendapat cobaan. Bahkan, mungkin saja
penderitaan atau cobaan Anda tidak seberapa bila dibandingkan dengan
cobaan orang lain. Berapa banyak di dunia ini orang yang terbaring sakit di
atas ranjang selama bertahun-tahun dan hanya mampu membolak-balikkan
badannya, lalu merintih kesakitan dan menjerit menahan nyeri.
Berapa banyak orang yang dipenjara selama bertahun-tahun tanpa
pernah dapat melihat cahaya matahari sekalipun, dan ia hanya mengenal
jeruji'jeruji selnya.
Berapa banyak orang tua yang harus kehilangan buah hatinya, baik
yang masih belia dan lucu-lucunya, atau yang sudah remaja dan penuh
harapan.
Betapa banyaknya di dunia ini orang yang menderita, mendapat ujian
dan cobaan, belum lagi mereka yang harus setiap saat menahan himpitan
hidup.
Kini, sudah tiba waktu Anda untuk memandang diri Anda mulia
bersama mereka yang terkena musibah dan mendapat cobaan. Sudah tiba
pula waktu Anda untuk menyadari bahwasanya kehidupan di dunia ini
merupakan penjara bagi orang-orang mukmin dan tempat kesusahan dan
cobaan. Di pagi hari, istana-istana kehidupan penuh sesak dengan
penghuninya, namun menjelang senja istana-istana itu ambruk menjadi
reruntuhan. Mungkin saat ini kekuatan masih prima, badan masih sehat,
harta melimpah, dan keturunan banyak jumlahnya. Namun dalam hitungan
hari saja semuanya bisa berubah: jatuh miskin, kematian datang secara tibatiba,
perpisahan yang tak bisa dihindarkan, dan sakit yang tiba-tiba
menyerang.
{Dan, telah nyata bagimu bagaimana Kami berbuat terhadap mereka dan telah
Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan.}
(QS. Ibrahim: 45)
Sebaiknya Anda mempersiapkan diri sebagaimana kesiapan seekor unta
berpengalaman yang akan mengiringi Anda menyeberangi padang sahara.
Bandingkan penderitaan Anda dengan penderitaan orang-orang di sekitar
Anda dan orang-orang sebelum Anda, niscaya Anda akan sadar bahwa Anda
sebenarnya lebih beruntung dibanding mereka. Bahkan, Anda akan
merasakan bahwa penderitaan Anda itu hanyalah duri-duri kecil yang tak
ada artinya. Maka, panjatkan segala pujian kepada Allah atas semua
kebaikan-Nya itu, bersyukurlah kepada-Nya atas semua yang diberikan

La Tahzan 33

kepada Anda, bersabarlah atas semua yang diambil-Nya, dan yakinilah
kemuliaan Anda bersama orang-orang menderita di sekitar Anda.
Banyak suri tauladan Rasulullah s.a.w. yang perlu Anda contob.
Syahdan, beliau pernah dilempar kotoran unta oleh orang-orang kafir
Makkah, kedua kakinya dicederai dan wajahnya mereka lukai. Dikepung
dalam suatu kaum beberapa lama hingga beliau hanya dapat makan
dedaunan apa adanya saja, diusir dari Makkah, dipukul gerahamnya hingga
retak, dicemarkan kehormatan isterinya, tujuh puluh sahabatnya terbunuh,
dan seorang putera serta sebagian besar puterinya meninggal dunia pada
saat beliau sedang senang-senangnya membelai mereka. Bahkan, karena
terlalu laparnya, beliau pernah mengikatkan batu di perutnya untuk menahan
lapar.
Beliau pernah pula dituduh sebagai seorang penyair (bukan penyampai
wahyu Allah), dukun, orang gila dan pembohong. Namun, Allah
melindunginya dari semua itu. Dan semua hal tadi merupakan cobaan yang
harus beliau hadapi dan penyucian jiwa yang tiada tara dan tandingannya.
Sebelum itu, Nabi Zakariya dibunuh kaumnya, Nabi Yahya dijagal,
Nabi Musa diusir dan dikejar-kejar, dan Ibrahim dibakar. Cobaan-cobaan
itu juga menimpa para khalifah dan pemimpin kita; Umar r.a. dilumuri dengan
darahnya sendiri, Utsman dibunuh diam-diam, dan Ali ditikam dari
belakang. Dan masih banyak lagi para pemimpin kita yang juga harus
menerima punggungnya penuh bekas cambukan, dijebloskan ke dalam
penjara, dan juga dibuang ke negari lain.
{Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang'orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan).}
(QS. Al-Baqarah: 214)
Shalat.... Shalat....
{Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertohngan (kepada Allah) dengan
sabar dan shalat.}
(QS. Al-Baqarah: 153)
Jika Anda diliputi ketakutan, dihimpit kesedihan, dan dicekik
kerisauan, maka segeralah bangkit untuk melakukan shalat, niscaya jiwa


La Tahzan 34

Ada akan kembali tenteram dan tenang. Sesungguhnya, shalat itu — atas
izin Allah — sangatlah cukup untuk hanya sekadar menyirnakan kesedihan
dan kerisauan.
Setiap kali dirundung kegelisahan, Rasulullah s.a.w. selalu meminta
kepada Bilal ibn Rabbah, "Tenangkanlah kami dengan shalat, wahai Bilal."
(Al-Hadits) Begitulah, shalat benar-benar merupakan penyejuk hati dan
sumber kebahagian bagi Rasulullah s.a.w.
Saya telah banyak membaca sejarah hidup beberapa tokoh kita. Dan
umumnya, mereka sama dalam satu hal: saat dihimpit banyak persoalan
sulit dan menghadapi banyak cobaan, mereka meminta pertolongan kepada
Allah dengan shalat yang khusyu'. Begitulah mereka mencari jalan keluar,
sehingga kekuatan, semangat dan tekad hidup mereka pun pulih kembali.
Shalat Khauf diperintahkan untuk dikerjakan pada saat-saat genting.
Yakni ketika nyawa terancam oleh hunusan pedang lawan yang dapat
menyebabkan kekalahan. Ini merupakan isyarat bahwa sebaik-baik penenang
jiwa dan penentram hati adalah shalat yang khusyu'.
Bagi generasi umat manusia yang sedang banyak menderita penyakit
kejiwaan seperti saat ini, hendaklah rajin mengenal masjid dan menempelkan
keningnya di atas lantai tempat sujud dalam rangka meraih ridha dari Rabbnya.
Dengan begitu, niscaya ia akan selamat dari pelbagai himpitan bencana.
Akan tetapi, bila ia tidak segera mengerjakan kedua hal tadi, niscaya air
matanya justru akan membakar kelopak matanya dan kesedihan akan
mehancurkan urat syarafnya. Maka, menjadi semakin jelas bahwa, seseorang
tidak memiliki kekuatan apapun yang dapat mengantarkannya kepada
ketenangan dan ketenteraman hati selain shalat.
Salah satu nikmat Allah yang paling besar — jika kita mau berpikir
— adalah bahwa shalat wajib lima waktu dalam sehari semalan dapat
menebus dosa-dosa kita dan mengangkat derajat kita di sisi Rabb kita.
Bahkan, shalat lima waktu juga dapat menjadi obat paling mujarab untuk
mengobati pelbagai kekalutan yang kita hadapi dan obat yang sangat manjur
untuk berbagai macam penyakit yang kita derita. Betapapun, shalat mampu
meniupkan ketulusan iman dan kejernihan iman ke dalam relung hati,
sehingga hati pun selalu ridha dengan apa saja yang telah ditentukan
Allah.
Lain halnya dengan orang yang lebih senang menjauhi masjid dan
meninggalkan shalat. Mereka niscaya akan hidup dari satu kesusahan ke
kesusahan yang lain, dari guncangan jiwa yang satu ke guncangan jiwa
vang lain, dan dari kesengsaraan yang satu ke kesengsaraan yang lain.


La Tahzan 35

{Dan, orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah
menghapus amal-amal mereka.}
(QS. Muhammad: 8)


"Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik pelindung."
Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakal kepada-Nya,
percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha dengan apa yang
dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan sabar
pertolongan dari-Nya merupakan buah keimanan yang paling agung dan
sifat paling mulia dari seorang mukmin. Dan ketika seorang hamba tenang
bahwa apa yang akan terjadi itu baik baginya, dan ia menggantungkan setiap
permasalahannya hanya kepada Rabb-nya, maka ia akan mendapatkan
pengawasan, perlindungan, pencukupan serta pertolongan dari Allah.
Syahdan, ketika Nabi Ibrahim a.s. dilempar ke dalam kobaran api, ia
mengucapkan, "Hasbunalldh wa ni'mal wakil," maka Allah pun menjadikan
api yang panas itu dingin seketika. Dan Ibrahim pun tidak terbakar.
Demikian halnya yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya. Tatkala
mendapat ancaman dari pasukan kafir dan penyembah berhala, mereka juga
mengucapkan, "Hasbunallah wa ni'mal wakil."
{(Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar dari) Allah, mereka
tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan, Allah
mempunyai karunia yang besar.}
(QS. Ali 'Imran: 173-174)
Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana,
menaklukkan setiap derita, dan mencegah setiap malapetaka dengan
kekuatannya sendiri. Sebab, manusia adalah makhluk yang sangat lemah.
Mereka akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila
bertawakal kepada Rabb-nya, percaya sepenuhnya kepada Pelindungnya,
dan menyerahkan semua perkara kepada-Nya. Karena, jika tidak demikian,
jalan keluar mana lagi yang akan ditempuh manusia yang lemah tak berdaya
ini saat menghadapi ujian dan cobaan?
{Dan, hanya kepada Allahlah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benarbenar
beriman.}


La Tahzan 36

(QS. Al-Ma'idah: 23)
Wahai orang yang ingin menyadarkan dirinya, bertawakallah kepada
Yang Maha Kuat dan Maha Kaya yang kekuatan amat besar ada pada-Nya.
Itu bila Anda mau keluar dari kesusahan dan selamat dari bencana.
Jadikanlah "hasbunallah wa ni'mal wakil" syiar dan semboyan yang selalu
menyelimuti langkah hidup Anda. Jika harta Anda sedikit, hutang Anda
banyak, sumber penghidupan Anda kering, dan mata pencaharian Anda
terhenti, mengadulah kepada Rabb-mu seraya mengucapkan, "Hasbunallah
wa ni'mal wakil."
Jika Anda takut kepada seorang musuli, cemas terhadap perlakuan
orang zalim, atau khawatir dengan suatu bencana, maka ucapkanlah dengan
tulus kalimat ini: "Hasbunallah wa ni'mal wakil."
{Dan, cukuplah Rabb-mu menjadi Pemberi Petunjuk dan Penolong.}
(QS. Al-Furqan: 31)
"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi!'"
Di antara perkara yang dapat melapangkan dada dan melenyapkan
awan kesedihan dan kesusahan adalah berjalan menjelajah negeri dan
membaca "buku penciptaan" yang terbuka lebar ini untuk menyaksikan
bagaimana pena-pena kekuasaan menuliskan tanda-tanda keindahan di atas
lembaran-lembaran kehidupan. Betapa tidak, karena Anda akan banyak
menyaksikan taman, kebun, sawah dan bukit -bukit hijau yang indah
mempesona.
Keluarlah dari rumah, lalu perhatikan apa yang ada di sekitar Anda,
di depan mata Anda, dan di belakang Anda!Dakilah gunung-gunung,
jamahlah tanah di lembah-lembah, panjatlah batang-batang pepohonan,
reguklah air yang jernih, dan ciumkan hidungmu atas bunga mawar!Pada
saat-saat yang demikian itu, Anda akan menemukan jiwa Anda benar-benar
merdeka dan bebas seperti burung yang berkicau melafalkan tasbih di
angkasa kebahagiaan. Keluarlah dari rumah Anda, tutup kedua mata Anda
dengan kain hitam, kemudian berjalanlah di bumi Allah yang sangat luas
ini dengan senantiasa berdzikir dan bertasbih.
Mengurung diri dalam kamar yang sunyi bersama kekosongan yang
membahayakan merupakan cara ampuh untuk bunuh diri. Kamar Anda
bukanlah alam semesta. Dan Anda biikan manusia satu-satunya di alam


La Tahzan 37

ini. Karena itu, mengapa Anda harus menyerahkan diri kepada "pembisikpembisik"
kesusahan dan kesedihan? Tidakkah Anda sebaiknya menyatukan
pandangan, pendengaran dan hati untuk menyeru kepada diri Anda
sendiri,
{Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun berat.}
(QS. At-Taubah: 41)
Marilah sekali-kali kita membaca al-Qur'an di tepi-tepi sungai, di
pinggiran hutan yang rimbun, di antara burung-burung yang sedang berkicau
membaca untaian puisi cinta, atau di depan gemericik aliran air sungai
yang sedang mengisahkan perjalanannya dari dari hulu ke hilir.
Menjelajahi pelosok-pelosok negeri merupakan kegiatan yang sangat
menyenangkan. Bahkan, para dokter sudah banyak merekomendasikan
kepada mereka yang sedang stres menghadapi suatu persoalan dan tertekan
oleh beratnya beban hidup, agar melepaskan semua itu dengan berjalan ke
tempat-tempat indah yang tak pernah ia kunjungi. Karena itu, marilah
sesekali kita berjalan menjelajah pelosok negeri untuk mencari ketenangan,
bergembira, berpikir, dan sekaligus menghayati ciptaan Allah yang sangat
luas ini.
{Dan, mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
"Ya Rabb kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau."}
(QS. Ali 'Imran: 191)
Sabar Itu Indah ...
Bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi pelbagai
kesulitan dengan lapang dada, kemauan yang keras, serta ketabahan yang
besar. Karena itu, jika kita tidak bersabar, maka apa yang bisa kita lakukan.7
Apakah Anda memiliki solusi lain selain bersabar? Dan apakab Anda
mengetahui senjata lain yang dapat kita gunakan selain kesabaran?
Konon, seorang pembesar negeri ini memiliki 'ladang gembalaan' dan
'lapangan' yang selalu ditimpa musibah; setiap kali selesai dari satu kesulitan,
kesulitan yang lain selalu datang mengunjunginya. Meski demikian, ternyata
ia tetap berlindung di balik perisai kesabaran dan mengenakan tameng
keyakinan kepada Allah.


La Tahzan 38

Demikian itulah orang-orang mulia dan terhormat bertarung melawan
setiap kesulitan dan menjatuhkan semua bencana itu terkapar di atas tanah.
Syahdan, ketika menjenguk Abu Bakar yang sedang terbaring sakit,
para sahabat berkata kepadanya, "Bolehkah kami panggilkan seorang tabib
untuk mengobatimu?"
"Seorang tabib telah memeriksaku!," jawab Abu Bakar.
Para sahabat pun bertanya, "Lalu apa yang ia katakan?"
la berkata, "Sesungguhnya aku boleh melakukan apa saja yang aku mau."
Bersabarlah karena Allah!Dan sebaiknya Anda bersabar sebagaimana
kesabaran orang yang yakin akan datangnya kemudahan, mengetahui tempat
kembali yang baik, mengharap pahala, dan senang mengingkari kejahatan.
Seberapa pun besar permasalahan yang Anda hadapi, tetaplah bersabar.
Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama dengan
kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam setiap
kesulitan itu ada kemudahan.
Saya pernah membaca biografi sejumlah orang terkenal, dan saya
tertegun dengan besarnya kesabaran dan agungnya ketabahan mereka.
Deraan musibah itu mereka anggap sebagai tetesan air dingin yang memercik
di kepala mereka. Mereka tak tergoyahkan laksana gunung, dan menancap
jauh ke dalam kebenaran. Dalam waktu singkat mereka dapat melupakan
semua kesedihan itu dan wajah mereka kembali berbinar menyorotkan cahaya
kemenangan. Bahkan, ada satu di antara mereka yang tidak hanya cukup
bersabar, namun justru menghadang semua bencana itu dan berteriak lantang
di hadapan musibah-musibah itu sambil menyatakan tantangannya.
Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!
Beberapa orang merasa bahwa diri mereka terlibat dalam perang dunia,
padahal mereka sedang berada di atas tempat tidur. Tatkala perang itu usai,
yang mereka peroleb adalah luka di pencernaan mereka, tekanan darah
ringgi dan penyakit aula. Mereka selalu merasa terlibat dengan semua
peristiwa. Mereka marah dengan naiknya harga-harga, gusar karena hujan
tak segera turun, dan kalang kabut tak karuan karena turunnya nilai mata
uang. Mereka selalu berada dalam kegelisahan dan kesedihan yang tak
berkesudahan.


La Tahzan 39

{Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka.}
(QS. Al-Munafiqun: 4)
Nasehat saya untuk Anda: jangan meletakkan bola dunia di atas
kepala. Biarkan semua peristiwa itu terjadi, dan jangan disimpan di dalam
usus. Orang yang memiliki hati seperti bunga karang akan menyerap semua
isu dan kasak-kusuk, termakan oleh masalah-masalah kecil, dan mudah
terguncang karena peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hati seperti ini sangat
potensial menjadi awal kehancuran.
Mereka yang berpegang pada prinsip yang benar akan senantiasa
bertambah keimanannya dengan nasehat-nasehat dan 'Ibrah. Sedangkan
mereka yang berpegang pada prinsip yang lemah akan semakin takut terhadap
keguncangan. Di hadapan segala bencana dan musibah, hal yang paling
berguna adalah hati yang berani. Seorang pemberani memiliki sikap yang
teguh dan emosi yang terkendali, keyakinan yang menancap tajam, syaraf
yang dingin dan hati yang lapang. Sedangkan seorang pengecut justru akan
membunuh dirinya sendiri berulang kali, setiap hari, dengan pedang
khayalan, ramalan, kabar yang tak jelas, dan kasak-kusuk. Jika Anda
menginginkan sebuah kehidupan yang berlandasan kuat, maka hadapilah
semua permasalahan dengan keberanian dan ketabahan. Jangan terlalu
mudah digoyang oleh mereka yang tidak memiliki keyakinan. Jangan merasa
terjepit oleh semua tipu daya mereka. Jadilah orang yang lebih kuat dari
peristiwa itu sendiri, lebih kencang dari angin puyuh, dan lebih kuat dari
angin topan. Sungguh kasihan mereka yang memiliki hati yang lemah, betapa
hari-hari selalu mengguncang dirinya.
{Dan, sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada
kehidupan (di dunia).}
(QS. Al-Baqarah: 96)
Sedangkan orang-orang yang memiliki hati yang kuat akan senantiasa
mendapatkan pertolongan dari Allah dan senantiasa yakin dengan janjiNya.
{Lalu, menurunkan ketenangan atas mereka.}
(QS. Al-Fath: 18)


La Tahzan 40

Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan Anda!

Banyak orang bersedih hanya karena hal-hal sepele yang tak berarti.
Perhatikanlah orang-orang munafik; betapa rendahnya semangat dan tekad
mereka. Berikut ini adalah perkataan-perkataan mereka:
{Janganlah kamu sekalian berangkat (pergi berperang) di dalam panas terik ini.}
(QS. At-Taubah: 81)
{Berilah kami izin (tidak pergi berperang) dan janganlah menjadikan saya
terjerumus ke dalam fitnah.}
(QS. At-Taubah: 49)
{Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).}
(QS. Al-Ahzab: 13)
{Kami takut akan mendapat bencana.}
(QS. Al-Ma'idah: 52)
{Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.}
(QS. Al-Ahzab: 12)
Sungguh, betapa sempitnya hidung-hidung mereka, betapa sengsaranya
jiwa-jiwa mereka. Hidup mereka hanya pada sebatas soal perut, piring, rumah
dan istana. Mereka tidak pernah mau menengadahkan pandangan mereka
ke angkasa kehidupan yang ideal. Mereka juga tak pernah menatap bintangbintang
keutamaan hidup. Kecemasan dan pengetahuan mereka hanya pada
soal kendaraan, pakaian, sandal dan makanan. Coba perhatikan, betapa
banyaknya manusia yang hidupnya dari pagi hingga sore hanya disibukkan
oleh kecemasan dan kegelisahan mereka agar tidak dibenci isteri, anak
atau kerabat dekatnya, atau agar tidak mendapat celaan, atau mengalami
keadaan yang menyedihkan. Ini semua, pada dasarnya justru merupakan
musibah besar bagi manusia-manusia seperti itu. Betapa mereka sama sekali
tidak memiliki tujuan-tujuan yang lebih mulia yang seharusnya menyibukkan
mereka, dan juga kepentingan-kepentingan agung yang seharusnya menyita
seluruh waktu mereka.
Padahal, pepatah mengatakan: "Jika air telah keluar dari bejana, hawa
kosong akan datang memenuhinya." Maka dari itu, bila Anda juga merasa
seperti orang-orang tadi, renungkanlah kembali hal-hal yang selama ini telah
menyita perhatian dan hidup Anda, atau bahkan membuat Anda resah setiap
saat. Benarkah semuanya itu pantas memperoleh perhatian dan porsi yang



La Tahzan 41

sedemikian besar dalam hidup Anda? Mengapa Anda harus rela
mengorbankan pikiran, daging darah, ketentraman dan juga waktu hanya
untuk persoalan-persoalan sepele tadi?
Ibarat orang berjual beli, apa yang Anda lakukan itu sebenarnya suatu
keculasan dan kerugian besar yang dibayar murah. Para ahli jiwa sering
mengatakan, "Buatlah batasan yang rasional (wajar) untuk setiap hall" Dan
lebih tepat dari kalimat ini adalah firman Allah,
{Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.}
(QS. Ath-Thalaq: 3)
Yakni, letakkanlah setiap persoalan sesuai dengan ukuran, bobot dan
kadarnya. Janganlah sekali-kali Anda melakukan kezaliman dan melampaui
batas.
Ibaratnya, bila tujuan utama orang-orang yang berbakti kepada Allah
(ketika berada dibawah sebuah pohon) adalah untuk berjual beli, maka mereka
akan mendapatkan ridha Allah. Namun, bila salah seorang dari mereka hanya
disibukkan dengan urusan untanya saja, hingga ia tak sempat ikut berjual
beli, maka yang akan ia peroleh adalah hanya kebinasaan dan kegagalan.
Abaikanlah hal-hal sepele yang tak penting. Jangan sampai Anda hanya
disibukkan olehnya dan waktu Anda habis karenanya. Dengan begitu,
niscaya Anda kegundahan dan kecemasan akan selalu menjauhi Anda.
Dan Anda pun selalu riang ceria.
La Tahzan
Terimalah Setiap Pemberian Allah dengan Rela Hati,
Niscaya Anda Menjadi Manusia Paling Kaya
Sebelumnya, hal ini telah banyak dijelaskan; yakni beberapa makna
dan faedah dari kerelaan hati seseorang dalam menerima setiap pemberian
atau ketentuan Allah. Namun, kali ini saya akan membahasnya secara lebih
panjang lebar untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Singkatnya,
makna sikap ini adalah bahwa Anda harus rela hati dan puas dengan setiap
pemberian Allah; baik itu yang berupa raga, harta, anak, tempat tinggal
ataupun bakat kemampuan. Dan, makna inilah yang tersirat dari ayat alQur'an
berikut,

{Sebab itu, berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan
hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.}
(QS. Al-A'raf: 144)

La Tahzan 42


Sebagian besar ulama salafus salih dan generasi awal umat ini adalah orang-orang
yang secara materi termasuk fakir miskin. Mereka tidak memiliki
harta yang berlimpah, rumah yang megah, kendaraan yang bagus, dan juga
pengawal pribadi. Meski demikian, mereka ternyata mampu membuat kehidupan
ini justru lebih bermakna serta membuat diri mereka dan masyarakatnya lebih
bahagia. Yang demikian itu, adalah karena mereka senantiasa memanfaatkan
setiap pemberian Allah di jalan yang benar. Dan karena itu pula, umur, waktu,
dan kemampuan atau ketrampilan mereka menjadi penuh berkah. Kebalikan
dari kelompok manusia yang diberkahi ini adalah mereka yang dikarunia Allah
dengan kekayaan yang meruah, anak yang banyak, dan nikmat yang berlimpah.
Tetapi semua itu justru menyebabkan diri mereka senantiasa merasa penuh
penderitaan, kecemasan dan kegelisahan. Adapun penyebabnya, tak lain adalah
karena mereka telah menyimpang dari fitrah dan tuntunan hidup yang benar.
Ini menjadi bukti nyata bahwa segala sesuatu (kekayaan, anak, pangkat, jabatan,
kehormatan dan lain sebagainya) adalah bukan segala-galanya.
Lihatlah, betapa banyak sarjana atau doktor yang tidak dapat memberi
kontribusi, pemikiran dan pengaruh yang cukup bagi masyarakatnya. Namun
sebaliknya; tak sedikit manusia yang dengan ilmu dan kemampuannya yang
sangat terbatas justru mampu membangun sungai yang senantiasa
mengalirkan manfaat, kebaikan, dan kemakmuran bagi sesama manusia.
Jika Anda ingin bahagia, maka terimalah dengan rela hati bentuk
perawakan tubuh yang diciptakan Allah untuk Anda, apapun kondisi
keluarga Anda, bagaimanapun suara Anda, seperti apapun kemampuan daya
tangkap dan pemahaman Anda, serta seberapapun penghasilan Anda.
Bahkan, kalau ingin meneladani para guru sufi yang zuhud, maka
sesungguhnya mereka telah melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar
apa yang disebutkan itu. Mereka selalu berkata, "Seyogyanya Anda senantiasa
tetap senang hati menerima sesedikit apapun yang Anda miliki dan rela
dengan segala sesuatu yang tidak Anda miliki."
Berikut ini adalah beberapa tokoh terkenal yang kehidupan duniawi
mereka kurang beruntung.
1. Atha' ibn Rabah, orang yang paling alim pada zamannya adalah
seorang mantan budak berkulit hitam, berhidung pesek, lumpuh tangannya,
dan berambut keriting.
2. Ahnaf ibn Qais, orang Arab yang dikenal paling sabar dan penyantun
ini sangat kurus tubuhnya, bongkok punggungnya, melengkung betisnya
dan lemah postur tubuhnya.

La Tahzan 43

3. al-A'masy, ahli hadits kenamaan di dunia ini adalah sosok manusia
yang sayu sorot matanya dan seorang mantan budak yang fakir, compangcamping
baju yang dikenakannya, dan tidak menarik penampilan diri dan
rumahnya.
Bahkan, semua nabi dan rasul Allah adalah pernah menjadi
penggembala kambing. Dan, meskipun mereka termasuk manusia-manusia
pilihan Allah dan sebaik-baik manusia, pekerjaan mereka pun tak jauh beda
dengan manusia pada umumnya. Nabi Daud adalah seorang tukang besi,
Nabi Zakaria seorang tukang kayu, dan Nabi Idris seorang tukang jahit.
Kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang pilihan.
Ini mengisyaratkan bahwa harga diri Anda ditentukan oleh
kemampuan, amal salih, kemanfaatan, dan akhlak Anda. Karena itu,
janganlah Anda bersedih dengan wajah yang kurang cantik, harta yang tak
banyak, anak yang sedikit, dan rumah yang tak megah!Singkatnya,
terimalah setiap pembagian Allah dengan penuh kerelaan hati.
{Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia.}
(QS. Az-Zukhruf: 32)
Selalu Ingatlah Pada Surga yang Seluas Langit dan
Bumi!
Jika selama di dunia ini Anda menderita kelaparan, jatuh miskin,
senantiasa dilanda kesedihan, menderita penyakit yang tak kunjung sembuh,
selalu mengalami kerugian, atau diperlakukan secara zalim, maka ingatkan
diri Anda pada kenikmatan surga yang lebih kekal abadi. Apabila Anda
benar-benar meyakini "jalan" ini dan mengamalkannya dengan benar, niscaya
Anda akan mampu merubah setiap kerugian menjadi keuntungan dan setiap
bencana menjadi nikmat. Orang yang paling berakal adalah yang senantiasa
melakukan sesuatu untuk akhirat dengan keyakinan bahwa akhirat itu lebih
baik dan kekal abadi. Sebaliknya, manusia yang paling bodoh di dunia adalah
mereka yang memandang dunia ini sebagai segalanya: tempat dan tujuan
akhir dari semua harapan.
Karena itu, tidak mengherankan bila Anda melihat mereka adalah
orang-orang yang paling gelisah ketika menghadapi suatu musibah dan paling
mudah larut dalam penyesalan saat malapetaka merenggut semua milik

La Tahzan 44

mereka. Itu semua, tak lain dikarenakan mereka hanya memandang,
memikirkan, mementingkan dan hanya berbuat segala sesuatu yang
berkaitan dengan urusan kehidupan dunia yang sangat singkat, fana, dan
tidak bernilai ini. Bahkan, seolah-olah mereka tak rela sedikitpun keceriaan
dan kegembiraan mereka di dunia ini terkotori dan terusik oleh hal apapun.
Padahal, seandainya mereka melepas tabir kesedihan yang menutupi hati
mereka dan membuka katup kebodohan yang menempel di mata mereka
itu, niscaya mereka akan berbicara kepada jiwa mereka tentang masih adanya
tempat tinggal yang kekal abadi (akhirat), pelbagai kenikmatan di dalamnya,
dan juga tentang istana-istananya yang megah. Lebih dari itu, mereka juga
akan senantiasa terdiam khidmat mendengarkan penjelasan-penjelasan
wahyu Ilahi tentang alam lain yang lebih kekal abadi. Dan sesungguhnya
—demi Allah— alam itulah yang sebenar-benarnya tempat kembali (rumah)
yang layak untuk diperhatikan dan diraih dengan usaha yang keras.
Pernahkah kita merenungkan secara mendalam bahwa sesungguhnya
para penghuni surga itu tak akan pernah sakit, tak mungkin bersedih hati,
tak bakal mati, tak pernah menjadi tua, dan pakaian mereka tak akan lusuh
sedikitpun? Pernahkah kita menghayati wahyu Ilahi yang menyatakan
bahwasanya para penghuni surga itu akan menempati istana-istana yang
bagian luarnya terlihat dari dalam dan bagian dalamnya terlihat dari mar?
Pernahkah kita mengingatkan diri kita dengan kebenaran berita Ilahi yang
mengatakan bahwa di surga terdapat semua hal yang tidak pernah dilihat
oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di dalam hati manusia?
Cobalah Anda renungkan kabar Ilahi yang menyatakan bahwa sebatang
pohon di surga tak akan selesai dikelilingi oleh seorang pengendara kendaraan
selama seratus tahun lebih!Ingatkan pula diri Anda bahwa panjang sebuah
kemah yang didirikan di surga dapat mencapai tujuh puluh mil lebih, sungaisungainya
mengalir dengan deras, istana-istananya sangat indah nan megah,
buah-buahannya menggelayut rendah hingga mudah dipetik, mata airnya
mengalir deras, tahta-tahtanya demikian tinggi, gelas-gelasnya tertata rapi,
bantal-bantal sandarannya tersusun rapi, dan permadani-permadaninya
terhampar luas!
Demikianlah, Anda seyogyanya selalu mengingatkan diri sendiri bahwa
di surga itu terdapat kesenangan yang sempurna, kegembiraan yang agung,
dan semerbak wangi yang membuai hidung. Dan penjabaran tentang semua
keistimewaan surga itu tak akan habis dalam waktu sesingkat ini. Pasalnya,
di dalam surga terdapat pelbagai keinginan yang pasti dikabulkan. Maka
dari itu, mengapa kita sering lupa memikirkan semua itu dan berbuat segala
sesuatu untuk meraihnya? Renungkanlah!

La Tahzan 45

Apabila tujuan akhir dari perjalanan seorang manusia adalah "rumah"
yang kekal abadi ini, niscaya setiap bencana akan terasa ringan, pelbagai
beban kehidupan akan membuat mata tetap berbinar, dan seraua
kesengsaraan hidup tetap dapat dijalani dengan riang hati.
Maka dari itu, wahai orang-orang yang merasa sedang dilindas
kemiskinan, diliputi kesusahan, dan dililit berbagai macam kesulitan, teruslah
berbuat kesalihan!Dengan begitu, niscaya kalian akan tinggal di surga Allah,
berdekatan dengan-Nya dan senantiasa mensucikan nama-nama-Nya.
Demikianlah, maka,
{Salamun 'alaikum bima shabartum. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan
itu.}
(QS. Ar-Ra'd: 24)
"Demikianlah, Telah Kami Jadikan Kamu Umat Yang
Adil dan Pilihan."
Keadilan merupakan tuntutan akal dan juga syariat. Keadilan adalah
tidak berlebihan-lebihan, tidak melampui batas, tidak memboros-boroskan,
dan tidak menghambur-hamburkan. Maka, barangsiapa menginginkan
kebahagiaan, ia harus senantiasa mengendalikan setiap perasaan dan
keinginannya. Dan ia harus pula mampu bersikap adil dalam kerelaan dan
kemurkaannya, dan juga adil dalam kegembiraan dan kesedihannya.
Betapapun, tindakan berlebihan dan melampui batas dalam menyikapi segala
peristiwa merupakan wujud kezaliman kita terhadap diri kita sendiri.
Dubai, betapa bagusnya keadilan itu!Betapa tidak, syariah senantiasa
ditetapkan dengan prinsip keadilan. Demikian pula dengan kehidupan ini:
ia pun berjalan sesuai dengan konsep keadilan pula. Manusia yang paling
sengsara adalah dia yang menjalani kehidupan ini dengan hanya mengikuti
hawa nafsu dan menuruti setiap dorongan emosi serta keinginan hatinya.
Pada kondisi yang demikian itu, manusia akan merasa setiap peristiwa
menjadi sedemikian berat dan sangat membebani, seluruh sudut kehidupan
ini menjadi semakin gelap gulita, dan kebencian, kedengkian serta dendam
kesumat pun mudah bergolak di dalam hatinya.
Dan akibatnya, semua itu membuat seseorang hidup dalam dunia
khayalan dan ilusi. Ia akan memandang setiap hal di dunia ini musuhnya,
ia menjadi mudah curiga dan merasa setiap orang di sekelilingnya sedang

La Tahzan 46

berusaha menyingkirkan dirinya, dan ia akan selalu dibayangi rasa was-was
dan kekhawatiran bahwa dunia ini setiap saat akan merenggut
kebabagiannya. Demikianlah, maka orang seperti itu senantiasa hidup di
bawah naungan awan hitam kecemasan, kegelisahan dan kegundahan.
Menyebarkan desas-desus yang dapat menggelisahkan orang lain sangat
dilarang oleh syariat dan termasuk tindakan murahan. Dan itu, hanya akan
dilakukan oleh orang-orang yang miskin nilai-nilai moral dan jauh dari
ajaran-ajaran ketuhanan. Begitulah, maka
{Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras itu ditujukan kepada mereka.
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya).}
(QS. Al-Munafiqun: 4)
Dudukkanlah hati Anda pada kursinya, niscaya kebanyakan hal yang
dikhawatirkannya tak akan pernah terjadi. Dan sebelum sesuatu yang Anda
cemaskan itu benar-benar terjadi, perkirakan saja apa yang paling buruk
darinya. Kemudian, persiapkan diri Anda untuk menghadapinya dengan
tenang. Dengan begitu, Anda akan dapat menghindari semua bayanganbayangan
menakutkan yang acapkali sudah mencabik-cabik hati sebelum
benar-benar terjadi.
Wahai orang yang berakal dan sadar, tempatkan segala sesuatu itu
sesuai dengan ukurannya. Jangan membesar-besarkan peristiwa dan masalah
yang ada. Bersikaplah secara adil, seimbang dan jangan berlebihan. Jangan
pula larut dalam bayang-bayang semu dan fatamorgana yang menipu!
Camkanlah makna keseimbangan antara kecintaan dan kebencian yang
diajarkan dalam hadits Rasulullah berikut: "Cintailah orang yang Anda cintai
sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti dia menjadi musuhmu.
Dan, bencilah musuhmu sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti
dia menjadi orang yang Anda cintai."
Renungkan pula firman Allah berikut,
{Mudah-mudah Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang
yang kamu musuhi di antara mereka. Dan, Allah Maha Kuasa lagi Maha
Penyayang.}
(QS. Al-Mumtahanah: 7)
Dan ingat, sesungguhnya kebanyakan kekhawatiran dan desas-desus
itu sedikit kebenarannya dan jarang pula yang benar-benar terjadi.

La Tahzan 47

Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat
Bersedih itu sangat dilarang. Ini ditegaskan dalam firman Allah yang
berbunyi,
{Dan, janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) bersedih hati.}
(QS. Ali 'Imran: 139)
"Janganlah bersedih atas mereka" (kalimat ini disebut berulangkali dalam
beberapa ayat al-Quran) dan,
{Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah selalu bersama kita.}
(QS. At-Taubah: 40)
Adapun firman Allah yang menunjukkan bahwa kesedihan (bersedih)
itu tak bermanfaat apapun adalah,
{Niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.}
(QS. Al-Baqarah: 38)
Bersedih itu hanya akan memadamkan kobaran api semangat,
meredakan tekad, dan membekukan jiwa. Dan kesedihan itu ibarat
penyakit demam yang membuat tubuh menjadi lemas tak berdaya. Mengapa
demikian?
Tak lain, karena kesedihan hanya memiliki daya yang menghentikan
dan bukan menggerakkan. Dan itu artinya sama sekali tidak bermanfaat
bagi hati. Bahkan, kesedihan merupakan satu hal yang paling disenangi
setan. Maka dari itu, setan selalu berupaya agar seorang hamba bersedih
untuk menghentikan setiap langkah dan niat baiknya. Ini telah
diperingatkan Allah dalam firman-Nya,
{Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan supaya orang-orang
mukmin berduka cita.}
(QS. Al-Mujadilah: 10)
Syahdan, Rasulullah s.a.w. melarang tiga orang yang sedang berada
dalam satu majelis demikian, "(Janganlah dua orang di antaranya) saling
melakukan pembicaraan rahasia tanpa disertai yang ketiga, sebab yang demikian
itu akan membuatnya (yang ketiga) berduka cita." Dan bagi seorang mukmin,
kesedihan itu tidak pernah diajarkan dianjurkan. Soalnya, kesedihan
merupakan penyakit yang berbahaya bagi jiwa. Karena itu pula, setiap muslim
diperintahkan untuk mengusirnya jauh-jauh dan dilarang tunduk kepadanya.
Islam juga mengajarkan kepada setiap muslim agar senantiasa melawan dan

La Tahzan 48


menundukkannya dengan segala pelaratan yang telah disyariatkan Allah
s.w.t.
Bersedih itu tidak diajarkan dan tidak bermanfaat. Maka dari itu,
Rasulullah s.a.w. senantiasa memohon perlindungan dari Allah agar
dijauhkan dari kesedihan. Beliau selalu berdoa seperti ini,
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan duka cita."
Kesedihan adalah teman akrab kecemasan. Adapun perbedaannya
antara keduanya adalah manakala suatu hal yang tidak disukai hati itu
berkaitan dengan hal-hal yang belum terjadi, ia akan membuahkan
kecemasan. Sedangkan bila berkaitan dengan persoalan masa lalu, maka ia
akan membuahkan kesedihan. Dan persamaannya, keduanya sama-sama
dapat melemahkan semangat dan kehendak hati untuk berbuat suatu
kebaikan.
Kesedihan dapat membuat hidup menjadi keruh. Ia ibarat racun berbisa
bagi jiwa yang dapat menyebabkannya lemah semangat, krisis gairah, dan
galau dalam menghadapi hidup ini. Dan itu, akan berujung pada
ketidakacuhan diri pada kebaikan, ketidakpedulian pada kebajikan,
kehilangan semangat untuk meraih kebahagian, dan kemudian akan
berakhir pada pesimisme dan kebinasaan diri yang tiada tara.
Meski demikian, pada tahap tertentu kesedihan memang tidak dapat
dihindari dan seseorang terpaksa harus bersedih karena suatu kenyataan.
Berkenaan dengan ini, disebutkan bahwa para ahli surga ketika memasuki
surga akan berkata,

{Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.}
(QS. Fathir: 34)


Ini menandakan bahwa ketika di dunia mereka pernah bersedih
sebagaimana mereka tentu saja pernah ditimpa musibah yang terjadi di luar
ikhtiar mereka. Hanya, ketika kesedihan itu harus terjadi dan jiwa tidak
lagi memiliki cara untuk menghindarnya, maka kesedihan itu justru akan
mendatangkan pahala. Itu terjadi, karena kesedihan yang demikian
merupakan bagian dari musibah atau cobaan. Maka dari itu, ketika seorang
hamba ditimpa kesedihan hendaknya ia senantiasa melawannya dengan
doa-doa dan sarana-sarana lain yang memungkinkan untuk mengusirnya.


La Tahzan 49

{Dan, tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datangkepadamu,
supaya kamu memberi mereka kendaraaan, lalu kamu berkata: "Aku tidak
memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu mereka kembali sedang mata
mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh
apa yang akan mereka nafkahkan.}
(QS. At-Taubah: 92)

Demikianlah, mereka tidaklah dipuji dikarenakan kesedihan mereka
semata. Tetapi, lebih dikarenakan kesedihan mereka itu justru
mengisyaratkan kuatnya keimanan mereka. Pasalnya, kesedihan mereka
berpisah dengan Rasulullah adalah dikarenakan tidak mempunyai harta
yang akan dibelanjakan dan kendaraan untuk membawa mereka pergi
berperang. Ini merupakan peringatan bagi orang-orang munafik yang tidak
merasa bersedih dan justru gembira manakala tidak mendapatkan
kesempatan untuk turut berjihad bersama Rasulullah.
Kesedihan yang terpuji — yakni yang dipuji setelah terjadi — adalah
kesedihan yang disebabkan oleh ketidakmampuan menjalankan suatu
ketaatan atau dikarenakan tersungkur dalam jurang kemaksiatan. Dan
kesedihan seorang hamba yang disebabkan oleh kesadaran bahwa kedekatan
dan ketaatan dirinya kepada Allah sangat kurang. Maka, hal itu menandakan
bahwa hatinya hidup dan terbuka untuk menerima hidayah dan cahayaNya.
Sementara itu, makna sabda Rasululllah dalam sebuah hadis shahih
yang berbunyi, "Tidaklah seorang mukmin ditimpa sebuah kesedihan, kegundahan
dan kerisauan, kecuali Allah pasti akan menghapus sebagian dosa-dosanya,"
adalah menunjuk bahwa kesedihan, kegundahan dan kerisauan itu
merupakan musibah dari Allah yang apabila menimpa seorang hamba, maka
hamba tersebut akan diampuni sebagian dosa-dosanya. Dengan begitu, hadits
ini berarti tidak menunjukkan bahwa kesedihan, kegundahan dan kerisauan
merupakan sebuah keadaan yang harus diminta dan dirasakan.
Bahkan, seorang hamba justru tidak dibenarkan meminta atau
mengharap kesedihan dan mengira bahwa hal itu merupakan sebuah ibadah
yang diperintahkan, diridhai atau disyariatkan Allah untuk hamba-Nya.
Sebab, jika memang semua itu dibenarkan dan diperintahkan Allah, pastilah
Rasulullah s.a.w. akan menjadi orang pertama yang akan mengisi seluruh
waktu hidupnya dengan kesedihan-kesedihan dan akan menghabiskannya
dengan kegundahan-kegundahan. Dan hal seperti itu jelas sangat tidak
mungkin. Karena, sebagaimana kita ketahui, hati beliau selalu lapang dan
wajahnya selalu dihiasi senyuman, hatinya selalu diliputi keridhaan, dan
perjalanan hidupnya selalu dihiasi dengan kegembiraan.

La Tahzan 50


Memang, dalam hadist Hindun ibn Abi Halah tentang sifat Nabi s.a.w.
disebutkan bahwa, "Sesungguhnya, dia selalu bersedih". Namun, hadist ini
ternyata kurang dapat dipercaya, sebab dalam silsilah perawinya terdapat
seorang perawi yang tidak dikenal. Selain itu, muatan hadits inipun jelas
sangat bertentangan dengan realitas kehidupan Rasulullah s.a.w.
Bagaimana mungkin Rasulullah dikatakan selalu dirundung kesedihan?
Bukankah Allah telah melindungi beliau dari kesedihan yang berkaitan
dengan urusan keduniaan dan semua unsur-unsurnya, melarangnya agar
tidak bersedih atas perilaku orang-orang kafir, dan mengampuni semua dosadosanya
yang telah berlalu maupun yang belum terjadi? Nah, dari manakah
sumber kesedihan itu? Bagaimana pula kesedihan itu dapat menembus pintu
hati beliau? Dan dari jalan manakah kesedihan itu dapat menyusup ke dalam
lubuk hatinya? Bukankah beliau s.a.w. senantiasa hatinya diliputi dzikir,
jiwanya dialiri semangat istiqamah, pikirannnya selalu dibanjiri hidayah
rabbaniyah, dan hatinya senantiasa tenteram dengan janji Allah serta rela
dengan semua ketentuan dan perbuatan-Nya? Bahkan, Rasulullah adalah
orang yang terkenal ramah dan murah senyum sebagaimana dilukiskan oleh
salah satu gelarnya sebagai "seseorang yang murah senyum ."
Siapa saja membaca, menghayati, dan mendalami sejarah perjalanan
hidup beliau dengan seksama dan menyeluruh, maka ia akan mengetahui
bahwa Rasulullah s.a.w. diturunkan ke dunia ini untuk menghancurkan
kebatilan, mengusir kesuntukan, kegelisahan, kesedihan dan kecemasan,
serta membebaskan jiwa dari tekanan keragu-raguan, kebingungan,
kegundahan dan keguncangan. Bersamaan dengan itu, beliau juga diutus
untuk menyelamatkan jiwa manusia dari segala bentuk hawa nafsu yang
membinasakan. Maka begitulah, betapa banyaknya karunia Allah yang telah
dianugerahkan kepada manusia.
Ada sebuah hadist menyebutkan bahwa, "Sesungguhnya Allah sangat
mencintai hati yang senantiasa bersedih." Namun, hadist ini ternyata tidak
memiliki sanad (jalur periwayatan) dan perawi yang jelas, alias kurang
dapat dipercaya. Singkatnya, hadist ini jelas kurang dapat
dipertanggungjawabkan keshahihannya. Selain itu, hadist ini juga tidak
dapat dikategorikan shahih karena sangat bertentangan dengan ajaran agama
dan tuntunan syariat. Dan kalau memang khabar (hadist) itu akan dianggap
shahih, maka penjelasannya adalah demikian: kesedihan itu adalah salah
satu musibah dari Allah yang ditimpakan kepada hamba-Nya untuk
mengujinya. Artinya, jika hamba tersebut mampu menghadapinya dengan
kesabaran, maka sesungguhnya


La Tahzan 51

Demikianlah, maka merupakan kesalahan besar bagi orang-orang yang
memuja kesedihan, senantiasa berusaha menciptakan kesedihan, dan
mencoba membenar-benarkan kesedihan mereka dengan dalih bahwa syariat
telah menganjurkan dan memandangnya sebagai sesuatu yang baik. Sebab,
pada kenyataannya dalil-dalil syariat melarang hal itu. Bahkan, syariat justru
memerintahkan setiap manusia agar tidak bersedih dan selalu ceria.
Hadits lain menyebutkan, "Jika Allah mencintai seorang hamba, maka
Dia akan memancangkan sebuah gemuruh ratapan di dalam hatinya. Dan apabila
Dia membenci seorang hamba, maka Dia akan menanamkan seruling nyanyian
di dalam dadanya."
Memang, hadist ini bersumber dan berasal dari Israiliyat (mitos Bangsa
Israel). Ada pula yang mengatakan bahwa hadits ini termaktub dalam Taurat.
Meski demikian, perkataan ini memiliki pesan makna yang benar.
Sebagaimana sering kita lihat, orang mukmin akan senantiasa bersedih atas
dosa-dosa yang pernah dilakukannya, sementara orang yang durhaka akan
senantiasa lalai, tidak pernah serius, dan berdendang kegirangan justru
karena dosa-dosanya. Dan kalaupun ada kesedihan yang menimpa orangorang
salih, maka itu tak lebih dari sebuah penyesalan terhadap kebaikankebaikan
yang terlewatkan, ketidakmampuan mereka mencapai derajat yang
tinggi dan kesadaran bahwa mereka telah melakukan banyak kesalahan.
Demikianlah, alasan yang mendasari kesedihan ini berbeda dengan alasan
yang mendasari kesedihan orang-orang yang durhaka. Mereka bersedih
karena tidak mendapatkan keduniaan, keindahan, dan kenikmatan
duniawi. Kesedihan, kegundahan dan kegelisahan mereka adalah karena
keduniaan, untuk keduniaan dan di jalan menuju keduniaan.
Dalam sebuah Firman-Nya, Allah menceritakan keadaan seorang nabi
dari Bani Israel demikian,

{Dan, kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang
yang menahan amarahnya (kepada anak-anaknya).}
(QS. Yusuf: 84)

Ayat ini mengabarkan tentang kesedihan Nabi Ya'qub saat harus
kehilangan anak yang menjadi kekasihnya. Ini merupakan kabar bahwa
cobaan tersebut sama beratnya dengan musibah atau ujian yang dirasakan
oleh seseorang saat dipisahkan dengan buah hatinya. Betapapun, ayat di
atas hanya sekadar memberi kabar dan lukisan tentang beratnya cobaan
seorang nabi. Dan itu bukan berarti bahwa kesedihan seperti itu
diperintahkan atau dianjurkan. Bahkan justru sebaliknya, kita diperintahkan
untuk ber-isti'adzah (memohon perlindungan) kepada Allah dari segala


La Tahzan 52

kesedihan. Sebab, bagaimanapun kesedihan adalah lakasana awan tebal,
malam pekat yang panjang, dan aral panjang yang melintang di tangah jalan
ke arah kemuliaan.
Selain Abu Utsman al-Jabari, semua ahli sufi sepakat bahwa bersedih
karena perkara duniawi itu tidak terpuji. Menurut Abu Ustman, kesedihan
itu —apapun bentuknya— adalah sebuah keutamaan dan tambahan
kebajikan bagi seorang mukmin, yakni dengan syarat bila kesedihan itu
bukan dikarenakan suatu kemaksiatan. la juga mengatakan, "Bahwa kalau
kesedihan itu tidak diwajibkan secara khusus, maka ia diwajibkan sebagai
sarana mensucikan diri."
Syahdan, ada pula yang berkata, "Tidak diragukan lagi bahwa
kesedihan merupakan ujian dan cobaan dari Allah sebagaimana halnya
penyakit, kegundahan, dan kegalauan. Namun jika dikatakan bahwa
kesedihan adalah tingkatan yang harus dilalui seorang sufi adalah tidak
benar."
Atas dasar itu, sebaiknya Anda berusaha untuk senantiasa gembira
dan berlapang dada. Jangan lupa memohon kepada Allah agar selalu diberi
kehidupan yang baik dan diridhai, kejernihan hati, dan kelapangan pikiran.
Itulah kenikmatan-kenikmatan di dunia. Betapapun, sebagian ulama
mengatakan bahwa di dunia ini terdapat surga, dan barangsiapa tidak pernah
memasuki surga dunia itu, maka ia tidak akan masuk surga akhirat.
Allah adalah satu-satunya Dzat yang pantas kita mohon agar
melapangkan hati kita dengan cahaya iman, menunjukkan hati kepada jalanNya
yang lurus, dan menyelamatkan kita kehidupan yang susah dan
menyesakkan.
Rehat
Marilah kita bersama-sama memanjatkan doa yang menghangatkan
dan penuh ketulusan, yakni sebuah doa untuk menghilangkan kepenatan,
kesuntukan, dan kesedihan;


La Tahzan 53

"Tidak ada Ilah kecuali Allah Yang Maha Agung dan Maha Pernurah.
Tidak ada Ilah selain Allah, Rabb Arasy yang Agung. Tidak ada llah
selain Allah, Rabb langit dan bumi dan Rabb 'Arasy yang Mulia. Wahai
Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri. Tidak ada llah selain
Engkau dan dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan."

"Ya Allah kuharap limpahan rahmat-Mu. Janganlah Engkau jadikan Aku
bergantungpada diriku sendiri walau sekejap mata. Dan perbaikilah semua
urusanku. Tiada llah selain Engkau."

"Tidak ada llah selain Engkau, Maha Tinggi Engkau, sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang zalim."

"Aku memohon ampunan kepada Allah, tiada llah selain Dia Yang Maha
Hidup dan Berdiri Sendiri. Aku bertaubat kepada-Nya."

La Tahzan 54

"Ya Allah, sesungguhnya aku benar-benar hamba-Mu, anak dari hambaMu,
anak dari makluk ciptaan-Mu. Ubun-ubunku ada di tangan-Mu, segala
ketentuan-Mu telah berlaku bagiku, ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku
memohon dengan segala noma yang telah Engkau sebutkan untuk menyebutMu
atau yang telah Engkau wahyukan dalam Kitab-Mu atau yang telah
Engkau ajarkan pada salah seorang dari makhluk-Mu atau sengaja Engkau
simpan di alam yang gaib yang ada pada-Mu. Ya Allah jadikanlah AlQur'an
sebagai pelipur hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihan dan
kedukaanku."

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesedihan dan kecemasan, dari
rasa lemah dan kemalasan, dari kebakhilan dan sifat pengecut, dan beban
hutang dan tekanan orang-orang (jahat)."

Tersenyumlah!
Tertawa yang wajar itu laksana 'balsem' bagi kegalauan dan 'salep'
bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa
bergembira dan hati berbahagia. Bahkan, karena itu Abu Darda' sempat
berkata, "Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku.
Dan Rasulullah s.a.w. sendiri sesekali tertawa bingga tampak gerahamnya.
Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang
penyakit jiwa serta pengobatannya."
"Cukuplah Allah bagi kita dan D


La Tahzan 55


Tertawa merupakan puncak kegemhiraan, titik tertinggi keceriaan,
dan ujung rasa suka cita. Namun, yang demikian itu adalah tertawa yang
tidak berlebihan sebagaimana dikatakan dalam pepatah, "Janganlah engkau
banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan bati." Yakni, tertawalah
sewajarnya saja sebagaimana dikatakan juga dalam pepatah yang berbunyi,
"Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah." Bahkan, tertawalah
sebagaimana Nabi Sulaiman ketika,
{... ia tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.}
(QS. An-Naml: 19),
Janganlah tertawa sinis dan sombong sebagaimana dilakukan orangorang
kafir,
{... tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami
dengan serta merta mereka menertawakannya.}
(QS. Az-Zukhruf: 47)
Dan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada penghuni surga
adalah tertawa.
{Maka pada hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir.}
(QS. Al-Muthaffifin: 34)
Orang Arab senang memuji orang yang murah senyum dan selalu
tampak ceria. Menurut mereka, perangai yang demikian itu merupakan
pertanda kelapangan dada, kedermawanan sifat, kemurahan hati,
kewibawaan perangai, dan ketanggapan pikiran.
Wajah nan berseri tanda suka memberi,
dan, tentu bersuka cita saat dipinta.
Dalam kitab "Harim", Zuher bersyair,
kau melihatnya senantiasa gembira saat kau datang,
seolah engkau memberinya apa yang engkau minta padanya
Pada dasarnya, Islam sendiri dibangun atas dasar prinsip prinsip
keseimbangan dan kemoderatan, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak
maupun tingkah laku. Maka dari itu, Islam tak mengenal kemuraman yang
menakutkan, dan tertawa lepas yang tak berarturan. Akan tetapi sebaliknya,
Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan yang penuh wibawa dan ringan
langkah yang terarah.
Abu Tamam mengatakan,
"Demi jiwaku yang bapakku menebusnya untukku,
ia laksana pagi yang diharapkan dan bintang yang dinantikan.
Canda kadang menjadi serius,
namun hidup tanpa canda jadi kering kerontang"

La Tahzan 56

Muram durja dan muka masam adalah cermin dari jiwa yang galau,
pikiran yang kacau, dan kepala yang rancau balau. Dan,
{Sesudah itu, dia bermuka masam dan merengut.}
(QS. Al-Muddatstsir: 22)
Wajah mereka cemberut karena sombong,
seolah mereka dilempar dengan paksa ke neraka.
Tidak seperti kaum, yang bila kau jumpai bak bintang
gemintang yang jadi petunjuk bagi pejalan malam.
Sabda Rasulullah: "Meski engkau hanya menjumpai saudaramu dengan
wajah berseri."
Dalam Faidhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan demikian: "Orang
yang murah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang
paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling
mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang
yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan,
serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan orang lain."
Andai saja saya disuruh memilih antara harta yang banyak atau
kedudukan yang tinggi dengan jiwa yang tenteram damai dan selalu
tersenyum, pastilah aku memilih yang kedua. Sebab, apa artinya harta yang
banyak bila wajah selalu cemberut? Apa artinya kedudukan bila jiwa selalu
cemas? Apa artinya semua yang ada di dunia ini, bila perasaan selalu sedih
seperti orang yang usai mengantar jenazah kekasihnya? Apa arti kecantikan
seorang isteri jika selalu cemberut dan hanya membuat rumah tangga menjadi
neraka saja? Tentu saja, seorang isteri yang tidak terlalu cantik akan seribu
kali lebih baik jika dapat menjadikan rumah tangga senantiasa laksana surga
yang menyejukkan setiap saat.
Senyuman tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus
dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum,
sungai dan laut juga tersenyum. Langit, bintang-gemintang dan burungburung,
semuanya tersenyum. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah
makhluk yang suka tersenyum. Itu bila dalam dirinya tidak bercokol penyakit
tamak, jahat, dan egoisme yang selalu membuat rona wajah tampak selalu
kusut dan cemberut. Adapun bila ketiga hal itu meliputi seseorang, niscaya
ia akan menjelma sebagai manusia yang selalu mengingkari keindahan alam
semesta. Artinya, orang yang selalu bermuram durja dan pekat jiwanya tak
akan pernah melihat keindahan dunia ini sedikitpun. Ia juga tak akan mampu
melihat hakekat atau kebenaran dikarenakan kekotoran hatinya.
Betapapun, setiap manusia akan melihat dunia ini melalui perbuatan, pikiran

La Tahzan 57

dan dorongan hidupnya. Yakni, bila amal perbuatannya baik, pikirannya
bersih dan motivasi hidupnya suci, maka kacamata yang akan ia gunakan
untuk melihat dunia ini pun akan bersih. Dan karena itu, ia akan melihat
dunia ini tampak sangat indah mempesona. Namun, bila tidak demikian,
maka kacamata yang akan ia gunakan melihat dunia ini adalah kacamata
gelap yang membuat segala sesuatu di dunia ini tampak serba hitam dan
pekat.
Ada jiwa-jiwa yang dapat membuat setiap hal terasa berat dan sengsara.
Tapi, ada pula jiwa-jiwa yang mampu membuat setiap hal menjadi sumber
kebahagiaan. Konon, ada seorang wanita yang di rumahnya selalu melihat
segala sesuatu salah di matanya. Akibatnya, sepanjang hari ia merasa dalam
gelap gulita; hanya karena sebuah piring pecah, makanan keasinan karena
terlalu banyak garam, atau kakinya menginjak sobekan kertas di dalam
kamar, ia sontak berteriak dan memaki siapa dan apa saja yang ada di
rumahnya. Hal seperti ini sangat berbahaya sebagaiamana percikan api
yang setiap saat siap melahap apa saja yang ada di depannya.
Ada pula seorang laki-laki yang acapkali membuat hidupnya dan orang-orang
disekelilingnya terasa berat dan sengsara hanya dikarenakan
dirinya salah dalam memahami atau mengartikan maksud perkataan orang
lain, perkara atau kesalahan sepele yang terjadi pada dirinya, keuntungan
kecil yang tak berhasil diraihnya, atau dikarenakan oleh sebuah keuntungan
yang tidak sesuai dengan harapannya. Begitulah ia memandang dunia ini;
semua terasa gelap. Ironisnya, ia pun akan membuat semua itu terasa gelap
pula oleh orang lain di sekitarnya. Dan orang-orang seperti ini sangat mudah
mendramatisir suatu keburukan; sebuah biji kesalahan ia besar-besarkan
hingga tampak sebesar kubah, dan setangkai benih kesulitan dapat terasa
seperti sebatang pohon kesengsaraan. Maka dari itu, mereka pun tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan kebaikan. Mereka tidak pernah
puas dan senang dengan sebanyak apapun pemberian yang pernah ia terima.
Hidup ini adalah seni bagaimana membuat sesuatu. Dan seni harus
dipelajari serta ditekuni. Maka sangatlah baik bila manusia berusaha keras
dan penuh kesungguhan mau belajar tentang bagaimana menghasilkan
bunga-bunga, semerbak harum wewangian, dan kecintaan di dalam
hidupnya. Itu lebih baik daripada ia terus menguras tenaga dan waktunya
hanya untuk menimbun harta di saku atau gudangnya. Apalah arti hidup
ini, bila hanya habis untuk mengumpulkan harta benda dan tak
dimanfaatkan sedikitpun untuk meningkatkan kualitas kasih sayang, cinta,
keindahan dalam hidup ini?

La Tahzan 58

Banyak orang yang tidak mampu melihat indahnya kehidupan ini.
Mereka hanya membuka matanya untuk dirham dan dinar semata. Maka,
meskipun berjalan melewati sebuah taman yang rindang, bunga-bunga yang
cantik mempesona, air jernih yang memancar deras, burung-burung yang
berkicau riang, mereka sama sekali tidak tertarik dengan semua itu. Di
mata dan pikirannya hanya ada uang —berapa yang masuk dan keluar hari
itu— saja. Padahal, kalau dipikir lebih dalam, sebenarnya ia hams membuat
uang itu menjadi sarana yang baik untuk membangun sebuah kehidupan
yang bahagia. Tapi sayang, mereka justru membalikkan semuanya; mereka
menjual kebahagiaan hidup hanya demi mendapatkan uang, dan bukan
bagaimana membeli kebahagiaan hidup dengan uang. Struktur mata kita
telah diciptakan sedemikian rupa dan unik agar kita dapat melihat
keindahan. Namun, ternyata kita acapkali membiasakannya hanya untuk
melihat uang dan uang.
Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikian muram
selain keputusasaan. Maka, jika Anda menginginkan senyuman,
tersenyumlah terlebih dahulu dan perangilah keputusasaan. Percayalah,
kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka pintunya untuk
Anda dan untuk siapa saja. Karena itu, biasakan pikiran Anda agar selalu
menatap harapan dan kebaikan di masa yang akan datang.
Jika Anda meyakini diri Anda diciptakan hanya untuk meraih hal-hal
yang kecil, maka Anda pun hanya akan mendapatkan yang kecil-kecil saja
dalam hidup ini. Tapi sebaliknya, bila Anda yakin bahwa diri Anda diciptakan
untuk menggapai hal-hal yang besar, niscaya Anda akan memiliki semangat
dan tekad yang besar yang akan mampu menghancurkan semua aral dan
hambatan. Dengan semangat itu pula Anda akan dapat menembus setiap
tembok penghalang dan memasuki lapangan kehidupan yang sangat luas
untuk suatu tujuan yang mulia. Ini dapat kita saksikan dalam banyak
kenyataan hidup. Barangsiapa ikut lomba lari seratus meter misalnya, ia
akan merasa capek tatkala telah menyelesaikannya. Lain halnya dengan
seorang peserta lomba lari empat ratus meter, ia belum merasa capek tatkala
sudah menempuh jarak seratus atau dua ratus meter. Begitulah adanya,
jiwa hanya akan memberikan kadar semangat sesuai dengan kadar atau
tingkatan sesuatu yang akan dicapai seseorang. Maka, pikirkan setiap tujuan
Anda. Dan jangan lupa, hendaklah tujuan Anda itu selalu yang tinggi dan
sulit dicapai. Jangan pernah putus asa selama masih dapat mengayunkan
kaki untuk menempuh langkah baru setiap harinya. Sebab, rasa putus asa,
patah semangat, selalu berpandangan negatif terhadap segala sesuatu, suka
mencari-cari aib dan kesalahan orang lain, dan besar mulut hanya akan

La Tahzan 59


menghambat langkah, menciptakan kemuraman; dan menempatkan jiwa
di dalam sebuah penjara yang pengap.
Penerimaan seseorang terhadap suatu hal tidaklah sama dengan
penerimaanya terhadap seorang pendidik yang telah berjasa mengembangkan
dan mengarahkan bakat alamiahnya, meluaskan cakrawala pemikirannya,
menanamkan kebiasaan ramah dan murah hati dalam dirinya, mengajarkan
kepadanya bahwa sebaik-baik tujuan hidup adalah berusaha menjadi sumber
kebaikan bagi masyarakatnya sesuai dengan kemampuannya,
mengarahkannya agar senantiasa menjadi matahari yang memancarkan
cahaya, kasih sayang dan kebaikan, dan yang telah menuntunnya agar
memiliki hati yang penuh dengan empati, kasih sayang, rasa perikemanusiaan,
serta merasa senang berbuat baik kepada siapa saja yang berhubungan
dengannya.
Setiap kali melihat kesulitan, jiwa seseorang yang murah senyum justru
akan menikmati kesulitan itu dengan memacu diri untuk mengalahkannya.
Begitu ia memperlakukan suatu kesulitan; melihatnya lalu tersenyum,
menyiasatinya lalu tersenyum, dan berusaha mengalahkannya lalu tersenyum.
Berbeda dengan jiwa manusia yang selalu risau. Setiap kali menjumpai
kesulitan, ia ingin segera meninggalkannya dan melihatnya sebagai sesuatu
yang amat sangat besar dan memberatkan dirinya. Dan itulah yang acapkali
menyebabkan semangat seseorang menurun dan asanya berkurang. Bahkan,
tak jarang orang seperti ini berdalih dengan kata-kata "Seandainya ...,"
"Kalau saja ...," dan "Seharusnya ...." Orang seperti ini sangatlah nista.
Bukan zaman yang mengutuknya, tapi dirinya dan pendidikan yang telah
membesarkannya. Bagaimana tidak, ia menginginkan keberhasilan dalam
menjalani kehidupan ini, tapi tanpa mau membayar ongkosnya. Orang seperti
ini ibarat seseorang yang hendak berjalan tetapi selalu dibayangi oleh seekor
singa yang siap menerkam dirinya dari belakang. Akibatnya, ia hanya
menunggu langit menurunkan emasnya atau bumi mengeluarkan kandungan
harta karunnya.
Kesulitan-kesulitan dalam kehidupan ini merupakan perkara yang nisbi.
Yakni, segala sesuatu akan terasa sulit bagi jiwa yang kerdil, tapi bagi jiwa
yang besar tidak ada istilah kesulitan besar. Jiwa yang besar akan semakin
besar karena mampu mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Sementara jiwa
yang kecil akan semakin sakit, karena selalu menghindar dari kesulitan
itu. Kesulitan itu ibarat anjing yang siap menggigit; ia akan menggonggong
dan mengejar Anda bila Anda tampak ketakutan saat melihatnya.
Sebaliknya, ia akan membiarkan Anda berlalu di hadapannya dengan tenang
bila Anda tak menghiraukannya, atau Anda berani memelototinya.

La Tahzan 60

Penyakit yang paling mematikan jiwa adalah rasa rendah diri. Penyakit
ini dapat menghilangkan rasa percaya diri dan keyakinan seseorang terhadap
kemampuannya sendiri. Maka dari itu, meski berani melakukan suatu
pekerjaan, ia tak akan pernah yakin dengan kemampuan dan keberhasilan
dirinya. Ia juga melakukannya dengan tanpa perhitungan yang matang, dan
akhirnya gagal. Percaya diri adalah sebuah karunia yang sangat besar. Ia
merupakan tiang penyangga keberhasilan dalam kehidupan ini. Adalah
sangat berbeda antara "percaya diri" dengan "terlalu percaya diri". Terlalu
percaya diri merupakan perilaku negatif yang senantiasa membuat jiwa
bergantung pada khayalan dan kesombongan semu. Sedangkan percaya diri
merupakan hal positif yang akan mendorong setiap jiwa untuk bergantung
pada kemampuannya sendiri dalam memikul suatu tanggung jawab. Dan
karena itu, ia akan terdorong untuk senantiasai mengembangkan
kemampuannya dan mempersiapkan diri dengan matang dalam menghadapi
segala sesuatu.
La Tahzan 61
Elia Abu Madhi berkata:
Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita di langit sana."
Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak
kan pernah mengembalikannya"
Orang berkata, "Langitku yang ada di dalam jiwa telah membuatku
merana dan berduka.
Janji-janji telah mengkhianatiku ketika kalbu telah menguasainya.
Bagaimana mungkin jiwaku sangggup mengembangkan senyum
manisnya
Maka akupun berkata,"Tersenyum dan berdendanglah,
kala kau membandingkan semua umurmu kan habis untuk merasakan
sakitnya.
Orang berkata, "Perdagangan selalu penuh intrik dan penipuan,
ia laksana musafir yang akan mati karena terserang rasa haus."
Tapi aku berkata, "Tetaplah tersenyum, karena engkau akan
mendapatkan penangkal dahagamu.
Cukuplah engkau tersenyum, karena mungkin hausmu akan sembuh
dengan sendirinya.
Maka mengapa kau harus bersedih dengan dosa dan kesusahan orang
lain,
apalagi sampai engkau seolah-olah yang melakukan dosa dan
kesalahan itu?
Orang berkata, "Sekian hari raya telah tampak tanda-tandanya
seakan memerintahkanku membeli pakaian dan boneka-boneka.
Sedangkan aku punya kewajiban bagi teman-teman dan saudara,
namun telapak tanganku tak memegang walau hanya satu dirham
adanya
Ku katakan: Tersenyumlah, cukuplah bagi dirimu karena Anda masih

La Tahzan 61

hidup, dan engkau tidak kehilangan saudara-saudara dan kerabatyang
kau cintai.
Orang berkata, " Malam memberiku minuman 'alqamah
tersenyumlah, walaupun kau makan buah 'alqamah
Mungkin saja orang lain yang melihatmu berdendang
akan membuang semua kesedihan. Berdendanglah
Apa kau kira dengan cemberut akan memperoleh dirham
atau kau merugi karena menampakkan wajah berseri?
Saudaraku, tak membahayakan bibirmu jika engkau mencium
juga tak membahayakan jika wajahmu tampak indah berseri
Tertawalah, sebab meteor-meteor langitjuga tertawa
mendung tertawa, karenanya kami mencintai bintang-bintang
Orang berkata, "Wajah berseri tidak membuat dunia bahagia
yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah.
Ku katakan, "Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian
ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum."
Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri,
hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut, dan pembawaan
yang tidak kasar. "Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian
berendah hati, hingga tidak ada salah seorang di antaramu yang berlaku jahat
pada yang lain dan tidak ada salah seorang di antaramu yang membanggakan diri
atas yang lain." (Al-Hadits)
La Tahzan
Rehat
Jangan bersedih, karena Anda telah melalui kesedihan itu kemarin
dan ia tidak memberi manfaat apapun. Ketika anak Anda gagal dalam ujian
dan Anda bersedih karenanya, apakah kemudian anak Anda lulus karena
kesedihan itu? Saat bapak Anda meninggal dan Anda bersedih, apakah ia
akan hidup kembali? Manakala Anda merugi dalam suatu bisnis dan
kemudian Anda bersedih, apakah kemudian kerugian itu berubah menjadi
keuntungan?
Jangan bersedih, sebab bila Anda bersedih gara-gara satu musibah,
maka musibah yang satu itu akan menjadi berlipat ganda. Ketika Anda
bersedih karena kemiskinan atau kesengsaraan yang Anda alami, bukankah
kesedihan itu hanya menambah kesusahan Anda saja? Saat Anda bersedih
karena cercaan musuh-musuh Anda, pastilah kesedihan itu hanya akan
menguntungkan dan menambah semangat mereka untuk menyerang Anda.
Atau, ketika Anda mencemaskan terjadinya sesuatu yang tidak Anda sukai,
ia akan mudah terjadi pada Anda.

La Tahzan 62

Jangan bersedih, karena kesedihan itu akan membuat rumah yang luas,
isteri yang cantik, harta yang melimpah, kedudukan yang tinggi, dan anakanak
yang cerdas tidak ada gunanya sedikit pun.
Jangan bersedih, sebab kesedihan hanya akan membuat air yang segar
terasa pahit, dan sekuntum bunga mawar yang indah tampak seperti
sebongkok labu, taman yang rimbun tampak seperti gurun pasir yang gersang,
dan kehidupan dunia menjadi penjara yang pengap.
Jangan bersedih, karena Anda masih memiliki dua mata, dua telinga,
dua bibir, dua tangan dan dua kaki, lidah dan hati. Anda masih memiliki
kedamaian, keamanan dan kesehatan.
{Maka, nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.}
(QS. Ar-Rahman: 13)
Jangan bersedih, karena Anda masih memiliki agama yang Anda yakini,
rumah yang Anda diami, nasi yang Anda makan, air yang Anda minum,
pakaian yang Anda pakai, dan isteri tempat Anda berbagi rasa. Mengapa
harus bersedih?
La Tahzan
Nikmatnya Rasa Sakit
Rasa sakit tidak selamanya tak berharga, sehingga harus selalu dibenci.
Sebab, mungkin saja rasa sakit itu justru akan mendatangkan kebaikan
bagi seseorang.
Bisanya, ketulusan sebuah doa muncul tatkala rasa sakit mendera.
Demikian pula dengan ketulusan tasbih yang senantiasa terucap saat rasa
sakit terasa. Adalah jerih payah dan beban berat saat menuntut ilmulah
yang telah mengantarkan seorang pelajar menjadi ilmuwan terkemuka. la
telah bersusah payah di awal perjalanannya, sehingga ia bisa menikmati
kesenangan di akhirnya. Usaha keras seorang penyair memilih kata-kata
untuk bait-bait syairnya telah menghasilkan sebuah karya sastra yang sangat
menawan. Ia, dengan hati, urat syaraf, dan darahnya, telah larut bersama
kerja kerasnya itu, sehingga syair- syairnya mampu menggerakkan perasaan
dan menggoncangkan hati. Upaya keras seorang penulis telah menghasilkan
tulisan yang sangat menarik dan penuh dengan 'ibrah, contoh-contoh dan
petunjuk.
Lain halnya dengan seorang pelajar yang senang hidup foya-foya, tidak
aktif, tak pernah terbelit masalah, dan tidak pula pernah tertimpa musibah.

La Tahzan 63

a akan selalu menjadi orang yang malas, enggan bergerak, dan mudah
putus asa.
Seorang penyair yang tidak pernah merasakan pahitnya berusaha dan
tidak pernah mereguk pahitnya hidup, maka untaian qasidah-qasidah-nya
hanya akan terasa seperti kumpulan kata-kata murahan yang tak bernilai.
Sebab, qasidah-qasidah-nya hanya keluar dari lisannya, bukan dari
perasaannya. Apa yang dia utarakan hanya sebatas penalarannya saja, dan
bukan dari hati nuraninya.
Contoh pola kehidupan yang paling baik adalah kehidupan kaum
mukminin generasi awal. Yaitu, mereka yang hidup pada masa-masa awal
kerasulan, lahirnya agama, dan di awal masa perutusan. Mereka adalah
orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, hati yang baik, bahasa
yang bersahaja, dan ilmu yang luas. Mereka merasakan keras dan pedihnya
kehidupan. Mereka pernah merasa kelaparan, miskin, diusir, disakiti, dan
harus rela meninggalkan semua yang dicintai, disiksa, bahkan dibunuh.
Dan karena semua itu pula mereka menjadi orang-orang pilihan. Mereka
menjadi tanda kesucian, panji kebajikan, dan simbol pengorbanan.
{Yang demikian jtu ialah karena mereka ditimpa kehausan, kepayahan dan
kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang
membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana
kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu
suatu amal salih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat baik.}
(QS. At-Taubah: 120)
Di dunia ini banyak orang yang berhasil mempersembahkan karya
terbaiknya dikarenakan mau bersusah payah. Al Mutanabbi, misalnya, ia
sempat mengidap rasa demam yang amat sangat sebelum berhasil
menciptakan syair yang indah berikut ini:
Wanita yang mengunjungiku seperti memendam malu,
ia hanya mengunjungiku di gelapnya malam
Syahdan, an-Nabighah sempat diancam akan dibunuh oleh Nu'man
ibn al-Mundzir sebelum akhirnya mempersembahkan bait syair berikut ini:
Engkau matahari, dan raja-raja yang lain bintang-bintang
tatkala engkau terbit ke permukaan,
bintang-bintang itu pun lenyap tenggelam
Di dunia ini, banyak orang yang kaya karena terlebih dahulu bersusah
payah dalam masa mudanya. Oleh karena itu, tak usah bersedih bila Anda
harus bersusah payah, dan tak usah takut dengan beban hidup, sebab
mungkin saja beban hidup itu akan menjadi kekuatan bagimu serta akan

La Tahzan 64

menjadi sebuah kenikmatan pada suatu hari nanti. Jika Anda hidup dengan
hati yang berkobar, cinta yang membara dan jiwa yang bergelora, akan lebih
baik dan lebih terhormat daripada harus hidup dengan perasaan yang dingin,
semangat yang layu, dan jiwa yang lemah.
{Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan
keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama
orang-orang yang tinggal itu."}
(QS. At-Taubah: 46)
Saya teringat seorang penyair yang senantiasa menjalani kesengsaraan
hidup, menanggung cobaan yang tidak ringan, dan mengenyam pahitnya
perpisahan. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia sempat
melantunkan qasidah yang indah, segar, dan jujur. Dialah Malik ibn ar-Rayyib.
Ia meratapi dirinya:
Tidakkah kau lihat aku menjual kesesatan dengan hidayah
dan aku menjadi seorang pasukan Ibnu Affan yang berperang
Alangkah indahnya aku, tatkala aku biarkan anak-anakku
taat dengan mengorbankan kebun dan semua harta-hartaku
Wahai kedua sahabat perjalananku, kematian semakin dekat
berhentilah di tempat tinggi sebab aku akan tinggal malam ini
Tinggallah bersamaku malam ini atau setidaknya malam ini
jangan kau buat lari ia, telah jelas yang akan menimpa
Goreslah tempat tidurku dengan ujung gerigi
dan kembalikan ke depan mataku kelebihan selendangku
Jangan kau iri, semoga Allah memberkahi kau berdua
dari tanah yang demikian lebar, semoga semakin luas untukku
Demikianlah, ungkapan-ungkapannya demikian syahdu, penyesalan yang
sangat berat diucapkan, dan teriakan yang memilukan. Itu semua
menggambarkan betapa kepedihan itu meluap dari hati sang penyair yang
mengalami sendiri kepedihan dan kesengsaraan hidup. Ia tak ubahnya seorang
penasehat yang juga pernah merasakan apa yang ia ucapkan. Dan, biasanya,
perkataan atau nasehat orang seperti itu akan mudah masuk ke dalam relung
kalbu dan meresap ke dalam ruh yang paling dalam. Semua itu adalah karena
ia mengalami sendiri kehidupan pahit dan beban berat yang ia bicarakan.
{Maka, Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya).}
(QS. Al-Fath: 18)
Jangan cela orang yang sedang kasmaran
hingga belitan keras deritamu berada dalam derita dirinya
Saya banyak menjumpai syair-syair terasa sangat dingin, tidak hidup,
dan tidak ada ruhnya. Itu, bisa jadi karena kata-kata yang teruntai dalam

La Tahzan 65

bait-bait tersebut bukan terbit dari sebuah pengalaman pribadi sang penyair,
tetapi suatu dikarang dan direka-reka dalam aura kesenangan. Karya-karya
yang demikian itu tak ubahnya dengan potongan-potongan es dan
bongkahan-bongkahan tanah; dingin dan tawar.
Saya juga pernah membaca karangan-karangan yang berisi nasehatnasehat
yang sedikit pun tak mampu menggerakkan ujung rambut orang
yang mendengarkannya dan tidak mampu menggerakkan satu titik atom
pun dalam tubuhnya. Semua itu, tak lain karena nasehat-nasehat itu tidak
terucap dari mulut seseorang yang langsung pernah mengalami dan
menghayati sendiri suatu kesedihan dan kesengsaraan.
{Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam
hatinya.}
(QS. Ali 'Imran: 167)
Agar ucapan dan syair Anda dapat menyentuh hati pembacanya,
masuklah terlebih dahulu ke dalamnya. Sentuhlah, rasakanlah dan resapilah
niscaya Anda akan mampu memberikan sentuhan ke tengah masyarakat.
{Kemudian, apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.}
(QS. Al-Hajj: 5)
Nikmatnya Ilmu Pengetahuan
{Dan, Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan
adalah karunia Allah itu sangat besar.}
(QS. An-Nisa': 113)
Kebodohan merupakan tanda kematian jiwa, terbunuhnya kehidupan
dan membusuknya umur.
{Sesungguhnya, Aku mengingatkan kepadamu supaya kamu tidak termasuk orang-orang
yang tidak berpengetahuan.}
(QS. Hud: 46)
Sebaliknya, ilmu adalab cahaya bagi hati nurani, kehidupan bagi ruh
dan bahan bakar bagi tabiat.
{Dan, apakah orang yang mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di

La Tahzan 66

tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang berkali-kali tidak dapat keluar daripadanya?}
(QS. Al-An'am: 122)
Kebahagian, kedamaian, dan ketentraman hati senantiasa berawal
dari ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar,
menemukan sesuatu yang hilang, dan menyingkap yang tersembunyi. Selain
itu, naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu ingin mengetahui habhal
yang baru dan ingin mengungkap sesuatu yang menarik.
Kebodohan itu sangat membosankan dan menyedihkan. Pasalnya, ia
tidak pernah memunculkan hal baru yang lebih menarik dan segar, yang
kemarin seperti hari ini, dan yang hari ini pun akan sama dengan yang akan
terjadi esok hari.
Bila Anda ingin senantiasa bahagia, tuntutlah ilmu, galilah
pengetahuan, dan raihlah pelbagai manfaat, niscaya semua kesedihan,
kepedihan dan kecemasan itu akan sirna.
{Dan, katakanlah: "Ya Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."}
(QS. Thaha: 114)
{Bacalah dengan noma Rabb-mu Yang menciptakan.}
(QS. Al-'Alaq: 1)
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan
pandaikan ia dalam agama." (Al-Hadits)
Janganlah seseorang sombong dengan harta atau kedudukannya, kalau
memang ia tak memiliki ilmu sedikit pun. Sebab, kehidupannya tidak akan
sempurna.
{Adakah orang yang mengetahui bahvuasanya apa yang diturunkan kepadamu
itu benar sama dengan orang yang buta.}
(QS. Ar-Ra'd: 19)
Az-Zamakhsyari, dalam sebuah syairnya berkata:
Malam-malamku untuk merajut ilmu yang bisa dipetik,
menjauhi wanita elok dan harumnya leher
Aku mondar-mandir untuk menyelesaikan masalah sulit,
lebih menggoda dan manis dari berkepit betis nan panjang
Bunyi penaku yang metiari di atas kertas-kertas,
lebih manis daripada berada di belaian wanita dan kekasih
Bagiku lebih indah melemparkan pasir ke atas kertas
daripada gadis-gadis yang menabuh dentum rebana
Hai orang yang berusaha mencapai kedudukanku lewat angannya,
sungguh jauh jarak antara orang yang diam dan yang lain, naik

La Tahzan 67

Apakah aku yang tidak tidur selama dua purnama dan engkau
tidur nyenyak, setelah itu engkau ingin menyamai derajatku
Alangkah mulianya ilmu pengetahuan. Alangkah gembiranya jiwa
seseorang yang menguasainya. Alangkah segarnya dada orang yang penuh
dengannya, dan alangkah leganya perasaan orang yang menguasainya.

{Maka, apakah orang yang berpegang teguh pada keterangan yang datang dari
Rabb-nya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik
perbuatannya yang buruk dan mengikuti hawa nafsunya?}
(QS. Muhammad: 14)


Seni Bergembira
Di antara kenikmatan terbesar adalah kegembiraan, ketentraman, dan
ketenangan hati. Sebab, dalam kegembiraan hati itu terdapat keteguhan
pikir, produktifitas yang bagus, dan keriangan jiwa. Kata banyak orang,
kegembiraan merupakan seni yang dapat dipelajari. Artinya, siapa yang
mengetahui cara memperoleh, merasakan dan menikmati kegembiraan,
maka ia akan dapat memanfaatkan pelbagai kenikmatan dan kemudahan
hidup, baik yang ada di depannya maupun yang masih jauh berada di
belakangnya. Adapun modal utama untuk meraib kebahagiaan adalah
kekuatan atau kemampuan diri untuk menanggung beban kehidupan, tidak
mudah goyah oleh goncangan-goncangan, tidak gentar oleh peristiwaperistiwa,
dan tidak pernah sibuk memikirkan hal-hal kecil yang sepele.
Begitulah, semakin kuat dan jernih hati seseorang, maka akan semakin
bersinar pula jiwanya.
Hati yang cabar; lemah tekad, rendah semangat, dan selalu gelisah
tak ubahnya dengan gerbong kereta yang mengangkut kesedihan, kecemasan,
dan kekhawatiran. Oleh sebab itu, barangsiapa membiasakan jiwanya
bersabar dan tahan terhadap segala benturan, niscaya goncangan apapun
dan tekanan dari manapun akan terasa ringan.
Kala seorang jelata dalam kesengsaraannya
ringan baginya untuk mendaki gundukan lumpur
Di antara musuh utama kegembiraan adalah wawasan yang sempit,
pandangan yang picik, dan egoisme. Karena itu, Allah melukiskan musuhmusuh-Nya
adalah sebagaimana berikut:

{Mereka dicemaskan oleh diri mereka sendiri.}
(QS. Ali 'Imran: 154)


La Tahzan 68

Orang-orang yang berwawasan sempit senantiasa melihat seluruh alam
ini seperti apa yang mereka alami. Mereka tidak pernah memikirkan apa
yang terjadi pada orang lain, tidak pernah hidup untuk orang lain, dan
tidak pernah memperhatikan sekitarnya. Memang ada kalanya kita harus
memikirkan diri kita sendiri dan menjaga jarak dari sesama, yaitu tatkala
kita sedang melupakan kepedihan, kegundahan, dan kesedihan kita. Dan,
itu artinya kita dapat mendapatkan dua hal secara bersamaan:
membahagiakan diri kita dan tidak merepotkan orang lain.
Satu hal mendasar dalam seni mendapatkan kegembiraan adalah
bagaimana mengendalikan dan menjaga pikiran agar tidak terpecah. Apalagi
bila Anda tidak mengendalikan pikiran Anda dalam setiap melakukan
sesuatu, niscaya ia tak akan terkendali. la akan mudah membawa Anda
pada berkas-berkas kesedihan masa lalu. Dan pikiran liar yang tak terkedali
itu tak hanya akan menghidupkan kembali luka lama, tetapi juga
membisikkan masa depan yang mencekam. Ia juga dapat membuat tubuh
gemetar, kepribadian goyah, dan perasaan terbakar. Karena itu, kendalikan
pikiran Anda ke arah yang baik dan mengarah pada perbuatan yang
bermanfaat.
{Dan, bertawakallah kepada Dzat Yang Maha Hidup dan tidak pernah mati.}
(QS. Al-Furqan: 58)
Hal mendasar yang tak dapat dilupakan dalam mempelajari cara meraih
kegembiraan adalah bahwa Anda harus menempatkan kehidupan ini sesuai
dengan porsi dan tempatnya. Bagaimanapun, kehidupan ini laksana
permainan yang harus diwaspadai. Pasalnya, ia dapat menyulut kekejian,
kepedihan, dan bencana. Jika demikian halnya sifat-sifat dunia, maka
mengapa ia harus begitu diperhatikan dan ditangisi ketika gagal diraih.
Keindahan hidup di dunia ini acapkali palsu, janji-janjinya hanya
fatamorgana belaka, apapun yang ia lahirkan senantiasa berakhir pada
ketiadaan, orang yang paling bergelimang dengan hartanya adalah orang
yang paling merasa terancam, dan orang yang selalu memuja dan
memimpikannya akan mati terbunuh oleh pedang waktu yang pasti tiba.
Adakah kita generasi yang sama saja dengan moyangnya?
penghuni negeri yang hanya melihat gagak sepanjang hidupnya,
hingga kita selalu meratapi dunia, sedang di dunia
tak ada sekumpulan manusia yang tak pernah berpisah
Betapa nasib para durjana, kaisar-kaisar penguasa, dan penimbun
harta,
adakah harta dan jabatan mereka kekal dan masih ada di tangan
mereka?
Barangsiapa merasa terhimpit oleh langit kehidupannya,

La Tahzan 69

dia akan terus merasa sesak sampai masuk ke dalam liang kuburnya
seakan mereka tuli saat diseru, dan tak pernah tahu bahwa
menasehati mereka itu boleh, boleh sekali
Dalam sebuah hadits disebutkan: "Sesungguhnya ilmu itu didapat hanya
dengan belajar, dan kesabaran itu diperoleh hanya dengan latihan."
Satu hal mendasar yang sangat penting diperhatikan adalah bahwa
kegembiraan itu tidak datang begitu saja. Tapi, harus diusahakan dan
dipenuhi segala sesuatu yang menjadi prasyaratnya. Lebih dari itu, untuk
mencapai kebahagiaan Anda harus menahan dari hal-hal yang tak
bermanfaat. Begitulah cara menempa jiwa agar senantiasa siap di ajak
mencari kebahagiaan.
Kehidupan dunia ini sebenarnya tidak berhak membuat kita bermuram
durja, pesimistis dan lemah semangat. Sebuah syair mengatakan:
Hukum kematian manusia masih terus berlaku,
karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita,
dan esok hari tiba-tiba menjadi bagian dari suatu berita,
ia dicipta sebagai makhluk yang senantiasa galau nan gelisah,
sedang engkau mengharap selalu damai nan tenteram.
Wahai orang yang ingin selalu melawan tabiat,
engkau mengharap percikan api dari genangan air.
Kala engkau berharap yang mustahil terwujud,
engkau telah membangun harapan di bibir jurang yang curam.
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan,
maka manusia di antara keduanya; dalam alam impian dan khayalan
Maka, selesaikan segala tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu,
akan terlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan
ditanyakan.
Sigaplah dalam berbuat baik laksana kuda yang masih muda,
kuasailah waktu, karena ia dapat menjadi sumber petaka
Dan zaman tak akan pernah betah menemani Anda, karena ia
akan selau lari meninggalkan Anda sebagai musuh yang menakutkan
dan karena zaman memang dicipta sebagai musuh orang-orang
bertakwa.
Adalah suatu kenyataan yang terelakkan bila Anda tidak akan mampu
menyapu bersih noda-noda kesedihan dari Anda. Karena bagaimanapun,
memang seperti itulah kehidupan dunia ini tercipta.
{Kami telah menciptakan manusia dalam susah payah.}
(QS. Al-Balad: 4)
{Sesungguhnya, Kami menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur
yang Kami hendak mengujinya.}
(QS. Al-Insan: 2)

La Tahzan 70

{Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya.}
(QS. Al-Mulk: 2)
Demikian penjelasan Sang Pencipta tentang tabiat dan dasar dari
makhluk yang bernama manusia.
Semua itu kenyataan. Maka, Anda hanya berkewajiban mengurangi
dan bukan menghilangkan kesedihan, kecemasan dan kegundahan pada
diri Anda. Sebab, kesedihan itu akan sirna bersama akar-akarnya hanya di
surga kelak. Terbukti, dalam al-Qur'an disebutkan bahwa para penduduk
surga akan ada yang berkata,
{Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.}
(QS. Fathir: 34)
Ini merupakan isyarat bahwa kesedihan hanya akan tersapu bersih dari
seseorang tatkala ia sudah berada di surga kelak. Dan ini sama halnya dengan
nasib kedengkian yang tak akan benar-benar musnah kecuali setelah
manusia masuk surga.
{Dan, Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka.}
(QS. Al-Hijr: 47)
Inilah dunia. Orang yang mengetahui apa dan bagaimana dunia, niscaya
ia akan dapat menghadapi setiap rintangan dan menyikapi tabiatnya yang
kasar dan pengecut itu. Dan kemudian, ia akan menyadari bahwa memang
demikianlah sifat dan tabiat dunia itu.
Jika benar dunia seperti yang kita gambarkan di atas, maka sungguh
pantas bagi orang yang bijak, cerdik serta waspada untuk tidak mudah
menyerah pada kesengsaraan, kesusahan, kecemasan, kegundahan, dan
kesedihan dalam hidupnya. Sebaliknya, mereka harus melawan semuanya
itu dengan seluruh kekuatan yang telah Allah karuniakan kepadanya.
{Dan, siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.}
(QS. Al-Anfal: 60)
{Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).}
(QS. Ali 'Imran: 146)

La Tahzan 71

Jangan bersedih karena hidup miskin, karena masih banya orang di
sekitar Anda yang hidup dililit hutang!Jangan bersedih karena tak punya
mobil, sebab masih banyak orang di sekitar Anda yang kakinya buntung.
Jangan bersedih karena suatu penyakit, karenan masih banyak orang selain
Anda yang mungkin telah bertahun-tahun tergolek lemas di atas ranjang.
Jangan bersedih karena kehilangan seorang anak, sebab Anda bukan satusatunya
orang yang kehilangan anaknya.
Jangan bersedih, bila Anda memang seorang muslim yang beriman
kepada Allah, para rasul-Nya, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Hari Kiamat
dan qadha' serta qadar yang baik dan yang buruk!Karena, masih banyak
orang kafir yang mengingkari Allah, mendustakan rasul-rasul-Nya,
memutarbalikkan makna al-Qur'an, dan tak mempercai Hari Kiamat, serta
ingkar terhadap qadha' dan qadar.
Jangan bersedih!Kalau memang Anda tak sengaja telah berbuat dosa,
cepatlah bertobat; kalau Anda telah melakukan kejahatan, mintalah
ampunan-Nya; dan kalau Anda telah melakukan satu kesalahan, perbaikilah
kesalahan itu. Bagaimanapun, rahmat dan kasih sayang Allah itu tak
terhingga luasnya, pintu ampunan-Nya selalu terbuka dan ampunan-Nya
senantiasa melimpah ruah.
Jangan bersedih, karena kesedihan hanya akan menyebabkan syaraf
cepat letih, jiwa mudah tergoncang, hati menjadi lemah, dan pikiran tak
tak terarah.
Seorang penyair berkata,
Mungkin saja seseorang merasa terhimpit cobaan,
karena tak sadar bahwajalan keluar ad a di tangan Sang Pencipta
Kola kesesakan semakain berat terasa, dan semua lingkaran
terbuka, ia akan melihat apa yang tak pernah terbayang olehnya.
La Tahzan
Mengendalikan Emosi
Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal; kegembiraan
yang memuncak dan musibah yang berat. Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda, "Sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi
tercela: kel

La Tahzan 72

Dan, Allah berfirman,
{(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dan kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu.}
(QS. Al-Hadid: 23)
Maka dari itulah, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu ada
pada benturan yang pertama."
Barangsiapa mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa,
baik yang memilukan dan juga yang menggembirakan, maka dialah orang
yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Karena
itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan
keberhasilannya mengalahkan nafsu. Allah s.w.t. menyebutkan bahwa
manusia adalah makhluk yang senang bergembira dan berbangga diri.
Namun, menurut Allah, ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh
kesah, dan ketika mendapatkan kebaikan manusia sangat kikir. Akan tetapi,
tidak demikian halnya dengan orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.
Itu karena merekalah orang-orang yang mampu berdiri seimbang di antara
gelombang kesedihan yang keras dengan dan luapan kegembiraan yang
tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat
kesenangan dan bersabar tatkala berada dalam kesusahan.
Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan
meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahannya
akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh
tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah
ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak
sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia
menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak ingat lagi siapa
dirinya.
Begitulah manusia, ketika tidak menyukai seseorang, ia cenderung
menghardik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh kebaikan orang yang tidak
ia sukai itu tampak lenyap begitu saja. Demikian pula ketika menyukai
orang lain, maka orang itu akan terus ia puja dan sanjung setinggi-tingginya
seolah-olah tak ada cacatnya. Dalam sebuah hadist dikakatan: uCintailah
orang yang engkau cintai sewajarnya, karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu
di lain waktu, dan bencilah musuhmu itu sewajarnya, karena siapa tahu dia menjadi
sahabatmu di lain waktu."
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Ya Allah saya minta padaMu
keadilan pada saat marah dan lapang dada."

La Tahzan 73

Barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan
menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan
tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakekat.
{Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.}
(QS. Al-Hadid: 25)
Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti, dan perilaku
sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang lurus, syariat yang diridhai, dan
agama yang suci.
{Dan, demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan.}
(QS. Al-Baqarah: 143)
Keadilan merupakan tuntutan yang ideal sebagaimana ia dibutuhkan
dalam penerapan hukum. Itu terjadi, karena pada dasarnya Islam dibangun
di atas pondasi kebenaran dan keadilan. Yakni, benar dalam memberitakan
berita-berita Ilahi dan adil dalam menetapkan hukum, mengucapkan
perkataan, melakukan tindakan dan berbudi pekerti. Dan,
{Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar
dan adil.}
(QS. Al-An'am: 115)
Kebahagiaan Para Sahabat
Bersama Rasulullah s.a.w.
Rasulullah s.a.w. diutus kepada umat manusia dengan membawa pesan
dakwah rabbaniyah dan tidak memiliki propaganda apapun tentang dunia.
Maka, Rasulullah s.a.w. tak pernah dianugerahai gudang harta, hamparan
kebun buah yang luas, dan tidak pula tinggal di istana yang megah. Dan
saat pertama kali datang, hanya beberapa orang yang mencintainya saja
yang bersumpah setia mengikuti ajaran yang dibawanya. Dan mereka tetap
teguh memegang janji meski pelbagai kesulitan dan ancaman datang
mendera. Begitulah, betapa kuatnya keimanan dan kecintaan mereka pada
Muhammad s.a.w.; saat berjumlah sedikit, masih sangat lemah, dan nyaris
selalu diliputi ancaman dari orang-orang disekitarnya, mereka tetap teguh
mencintai Rasulullah s.a.w.

La Tahzan 74

Mereka pernah ada yang dikucilkan masyarakatnya, dipersulit jalur
perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan
kewibawaannya di depan umum, diusir dari kampungnya, dan disiksa
bersama keluarganya. Meski demikian, kecintaan mereka terhadap
Muhammad tak goyah sejengkalpun.
Diantara mereka, ada yang pernah dijemur di tengah padang pasir
yang panas, dikurung dalam penjara bawah tanah, dan disiksa dengan
berbagai cara. Namun demikian, mereka tetap mencintai Rasulullah s.a.w.
Negeri, kampung halaman, dan rumah-rumah mereka pun pernah
diperangi dan dirampas. Maka, mereka banyak yang harus bercerai berai
dengan keluarganya, berpisah dengan kawan karibnya dan meninggalkan
harta bendanya. Meski demikian, ternyata mereka tetap mencintai
Rasulullah s.a.w.
Kaum mukminin seringkali mendapatkan cobaan saat menjalankan
dakwah. Mereka tak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi kadang keluarga
dan dirinya juga diancam akan dibunuh. Bahkan, ada kalanya dalam
menjalan dakwah mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan
dan penderitaan yang panjang. Namun, karena tetap berprasangka baik
terhadap Allah, maka mereka pun tetap sangat mencintai Rasulullah s.a.w..
Tak sedikit pada sahabat muda Nabi s.a.w. yang tak sempat menikmati
masa mudanya sebagaimana anak muda yang lain. Itu terjadi, karena mereka
harus senantiasa ikut berperang di bawah bayang-bayang kilatan pedang
musuh demi membela keyakinan dan kecintaan mereka pada Muhammad
s.a.w.. Tentang mereka ini, sebuah syair mengatakan:
Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau,
dan menebarkan bau wangi yang semerbak.
Begitulah, pada masa itu setiap pemuda siap berangkat ke medan perang
dan menjemput maut. Meski demikian, mereka tak gentar sedikitpun dan
justru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata
atau pesta di malam hari raya. Dan itu, tak lain juga didorong oleh kecintaan
mereka terhadap Rasulullah s.a.w.
Syahdan, seorang sahabat pernah diutus untuk masuk ke kandang
musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Sahabat itu sadar bahwa
kemungkinan dirinya dapat kembali lagi sangat kecil. Namun, ternyata ia
tetap melakukan tugas itu. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta
menjalankan suatu tugas, ia menyadari bahwa tugas itu adalah tugasnya
yang terakhir. Namun ia tetap pergi dengan suka cita menjalankan tugas
tersebut. Demikianlah, semua hal tadi mereka lakukan adalah karena
kecintaan mereka yang besar terhadap Nabi Muhammad s.a.w.

La Tahzan 75

Mereka pernah ada yang dikucilkan masyarakatnya, dipersulit jalur
perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan
kewibawaannya di depan umum, diusir dari kampungnya, dan disiksa
bersama keluarganya. Meski demikian, kecintaan mereka terhadap
Muhammad tak goyah sejengkalpun.
Diantara mereka, ada yang pernah dijemur di tengah padang pasir
yang panas, dikurung dalam penjara bawah tanah, dan disiksa dengan
berbagai cara. Namun demikian, mereka tetap mencintai Rasulullah s.a.w.
Negeri, kampung halaman, dan rumah-rumah mereka pun pernah
diperangi dan dirampas. Maka, mereka banyak yang harus bercerai berai
dengan keluarganya, berpisah dengan kawan karibnya dan meninggalkan
harta bendanya. Meski demikian, ternyata mereka tetap mencintai
Rasulullah s.a.w.
Kaum mukminin seringkali mendapatkan cobaan saat menjalankan
dakwah. Mereka tak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi kadang keluarga
dan dirinya juga diancam akan dibunuh. Bahkan, ada kalanya dalam
menjalan dakwah mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan
dan penderitaan yang panjang. Namun, karena tetap berprasangka baik
terhadap Allah, maka mereka pun tetap sangat mencintai Rasulullah s.a.w..
Tak sedikit pada sahabat muda Nabi s.a.w. yang tak sempat menikmati
masa mudanya sebagaimana anak muda yang lain. Itu terjadi, karena mereka
harus senantiasa ikut berperang di bawah bayang-bayang kilatan pedang
musuh demi membela keyakinan dan kecintaan mereka pada Muhammad
s.a.w.. Tentang mereka ini, sebuah syair mengatakan:
Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau,
dan menebarkan bau wangi yang semerbak.
Begitulah, pada masa itu setiap pemuda siap berangkat ke medan perang
dan menjemput maut. Meski demikian, mereka tak gentar sedikitpun dan
justru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata
atau pesta di malam hari raya. Dan itu, tak lain juga didorong oleh kecintaan
mereka terhadap Rasulullah s.a.w.
Syahdan, seorang sahabat pernah diutus untuk masuk ke kandang
musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Sahabat itu sadar bahwa
kemungkinan dirinya dapat kembali lagi sangat kecil. Namun, ternyata ia
tetap melakukan tugas itu. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta
menjalankan suatu tugas, ia menyadari bahwa tugas itu adalah tugasnya
yang terakhir. Namun ia tetap pergi dengan suka cita menjalankan tugas
tersebut. Demikianlah, semua hal tadi mereka lakukan adalah karena
kecintaan mereka yang besar terhadap Nabi Muhammad s.a.w.

La Tahzan 76

{Dan, (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya.}
(QS. Al-Mi idah: 16)
{Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka Kitab dan Hikmah
(asSunah). Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.}
(QS. Al-Jumu'ah: 2)
{Dan, membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka.}
(QS. Al-A'raf: 157)
{Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada
suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.}
(QS. Al-Anfal: 24)
{Dan, kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
darinya.}
(QS. Ali 'Imran: 103)
Sungguh, mereka benar-benar menjadi orang yang bahagia dalam arti
yang sebenarnya,saat bersama pemimpin dan suri tauladan mereka. Maka
dari itu, sangatlah pantas bila mereka berbahagia dan bergembira.
Wahai malam yang menakutkan, tidakkah engkau kembali?
zamanmu akan diguyur dengan hujan dari langit
Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada si pembebas akal
dari belenggu-belenggu penyimpangan, dan si penyelamat jiwa dari
ketergelinciran itu. Karuniakanlah ridha-Mu kepada para sahabat yang mulia
sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka perjuangkan.
La Tahzan
Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!
Orang yang hidup mengekang diri dengan satu gaya atau model hidup,
sudah tentu akan dilanda kejenuhan. Itu terjadi, karena jiwa manusia pada
dasarnya cenderung mudah jenuh. Tabiat dasar setiap manusia adalah tidak
senang berada dalam satu keadaan yang sama. Dan karena itu pula, maka
Allah menciptakan banyak warna dan bentuk untuk suatu tempat, zaman,
makanan, minuman, dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Ada malam ada

La Tahzan 77

siang, ada dataran tinggi ada dataran rendah, ada putih ada hitam, ada
panas ada dingin, dan ada manis ada kecut. Keberagaman dan perbedaan
ini seringkali disebut Allah dalam beberapa firman-Nya. Diantaranya Allah
menyebutkan bahwa,
{Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya.}
(QS. An-Nahl: 69)
{Dari pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang.}
(QS. Ar-Ra'd: 4)
{Dan, di antara gunung-gunung itu ada garis-garis yang putih dan merah yang
beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.}
(QS. Fathir: 37)
{Dan, masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran).}
(QS. Ali 'Imran: 140)
Syahdan, Bani Israel pernah merasa bosan dengan makanan paling
baik mereka dan mengeluh pada Allah,
{Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja.}
(QS. Al-Baqarah: 61)
Al-Makmun kadang kala membaca sambil duduk, sesekali dengan
berdiri, dan pada saat yang lain sambil berjalan. Dan karena itu pula ia
pernah berkata, "Jiwa manusia itu sungguh sering kali jenuh."
{ (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring.}
(QS. Ali 'Imran: 191)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa dalam beribadah pun manusia akan
merasa jenuh. Oleh karena itu, maka Allah pun memberikan banyak pilihan
bentuk dan cara beribadah kepada para hamba-Nya. Sebagaimana kita
ketahui, Allah telah menetapkan pelbagai amalan hati, amalan lisan, amalan
badan, dan ada amalan harta. Kita juga tidak hanya diwajibkan shalat,
tetapi juga membayar zakat, menjalankan puasa, menunaikan haji dan ikut
berjihad. Bahkan, dalam shalat pun kita tak hanya disuruh berdiri saja,
tetapi juga ruku', berdiri, sujud, dan duduk.
Semua ini mengisyaratkan bahwa siapapun yang menginginkan
kepuasan, semangat yang selalu baru dan produktivitas, maka ia harus pandai

La Tahzan 78

Buanglah Rasa Cemas!
Tak usah bersedih, karena Rabb-mu berfirman,
{Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.}
(QS. Al-Insyirah: 1)
Pesan ayat ini bersifat umum untuk setiap orang yang menerima
kebenaran, melihat cahaya dan menempuh hidayah. Allah juga berfirman,
{Maka, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan
orang yang membatu hatinya)? Maka, kecelakaan yang besarlah bagi mereka
yang telah membatu hatinya.}
(QS. Az-Zumar: 22)
Maka dari itu, menjadi jelas bahwa ada kebenaran yang akan
melapangkan dada dan ada kebatilan yang akan membuat hati menjadi keras.
Allah berfirman,
{Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam.}
(QS. Al-An'am: 125)
Ini menandakan bahwa Islam merupakan suatu tujuan yang hanya
dapat dicapai oleh orang yang memang dikehendaki Allah.
{Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.}
(QS. At-Taubah: 40)
Demikian Allah berfirman. Dan kalimat seperti itu hanya akan
diucapkan oleh orang yang sangat yakin dengan pengawasan, perlindungan,
kasih sayang dan pertolongan Allah.
La Tahzan
membagi waktunya. Yakni, ia perlu membagi waktu kapan ia harus bekerja,
merenung, dan mencari hiburan. Dalam hal membaca pun, Anda perlu variasi;
kapan Anda harus membaca al-Qur'an, tafsir, sirah Rasulullah, hadits, fikih,
sejarah, sastra dan ilmu pengetahuan umum. Demikian pula dalam
menjalankan kegiatan rutin harian, Anda harus dapat menentukan kapan
waktu untuk beribadah, mencari hiburan, mengunjungi relasi, menerima
tamu, berolahraga, dan berekreasi. Dengan begitu, niscaya jiwa Anda akan
selalu merasa segar dan bergairah.

La Tahzan 79

{(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka
ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaikbaik
Pelindung."}
(QS. Ali 'Imran: 173)
Yakni, bahwa pemenuhan dan perlindungan Allah sudah sangat cukup
bagi kita.
{Hai Nabi, cukuplah, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang
mukmin yang mengikutimu.}
(QS. Al-Anfal: 64)
Dan, siapapun yang menempuh jalan tersebut akan memperoleh
kemenangan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut.
{Dan, bertawakalah kamu kepada Allah Yang Maha Hidup (Kekal) Yang tidak
mati.}
(QS. Al-Furqan: 58)
Yakni, selain Allah akan mati, tidak akan hidup selamanya, akan sirna
dan tak abadi. Dan derajatnya pun rendah dan tidak mulia.
{Bersabarlah (hai Muhammad) dan tidaklah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) dan
janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.}
(QS. An-Nahl: 127-128)
Ayat ini melukiskan tentang bagaimana penyertaan khusus Allah
terhadap para wali-Nya, yakni dengan cara selalu menjaga, mengawasi,
membantu dan melindungi mereka sesuai dengan kadar ketakwaan dan
jihad mereka.
{Dan, janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman.}
(QS. Ali 'Imran: 139)
Maksudnya adalah ketinggian tingkat ubudiyah dan kedudukannya di
sisi Allah.
{Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain
dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu,

La Tahzan 80

pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian, mereka
tidak mendapat pertolongan.}
(QS. Ali 'Imran: 111)
{Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.}
(QS. Al-Mujadilah: 21)
{Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman
dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat).}
(QS. Al-Mu'min: 51)
Bentuk ketetapan pada kalimat ini merupakan janji Allah yang tidak
akan pernah diingkari dan tidak akan pernah ditunda.
{Dan, aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya. Maka, Allah memeliharanya dari kejahatan
tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat
buruk.}
(QS. Al-Mu'min: 44-45)
{Dan, hanya kepada Allah-lah orang-orang mukmin bertawakal.}
(QS. Ali 'Imran: 122)
Janganlah bersedih!Anggap saja diri Anda tidak akan hidup kecuali
sehari saja, sehingga mengapa Anda harus bersedih dan marah pada hari
ini?
Dalam sebuah atsar disebutkan: Ketika pagi tiba, janganlah menunggu
sore; dan ketika sore tiba, janganlah menunggu datangnya pagi.
Artinya, hiduplah dalam batasan hari ini saja. Jangan mengingat-ingat
masa lalu, dan jangan pula was-was dengan masa yang akan datang.
Seorang penyair berkata,
Yang lalu telah berlalu, dan harapan itu masih gaib
dan engkau pasti punya waktu di mana engkau harus ada
Menyibukkan diri dengan mengingat masa lalu, dan meratapi kembali
kegetiran-kegetiran hidup yang pernah terjadi dan telah berlalu, adalah
sebuah ketololan dan kegilaan.
Pepatah Cina menyebutkan: "Jangan dulu menyeberangi jembatan
sebelum Anda sampai di jembatan itu."
Artinya, jangan bersikap apriori terhadap kejadian-kejadian yang belum
tentu terjadi, sampai Anda benar-benar mengalami dan merasakannya
sendiri.

La Tahzan 81

Salah seorang ulama salaf mengatakan: "Wahai anak Adam, hidupmu
itu tiga hari saja: hari kemarin yang telah berlalu, hari esok yang belum
datang, dan hari ini di mana Anda harus bertakwa kepada Allah!"
Bagaimana orang yang masih menanggung beban berat kesedihan masa
lalu dan kecemasan terhadap masa depan dapat hidup tenang hari ini?
Bagaimana mungkin orang yang selalu mengingat-ingat sesuatu yang telah
lewat dan telah berlalu akan tenang dalam hidupnya hari ini? Pasalnya,
pastilah waktunya akan habis untuk meratapi semua kesedihan yang telah
berlalu itu. Dan pada akhirnya, semua itu sama-sama tidak ada gunanya.
Atsar yang berbunyi: Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore; dan jika
sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi, dapat pula diartikan bahwa
Anda harus membatasi angan-angan Anda, menunggu ajal yang sewaktuwaktu
menjemput Anda, dan selalu berbuat yang terbaik. Jangan larut dalam
kecemasan-kecemasan di luar hari ini. Kerahkan segala kemampuan untuk
hari ini. Berbuadah semaksimal mungkin, dan pusatkan konsentrasi Anda
untuk melakukan sesuatu dengan cara meningkatkan kualitas moral,
menjaga kesehatan, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.
La Tahzan
Rehat
Jangan bersedih, lcarena qadha' telah ditetapkan, takdir pasti terjadi,
pena-pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan pun telah
dilipat, dan semua perkara telah habis ditetapkan. Betapapun, kesedihan
Anda tidak akan mengajukan atau mengundurkan kenyataan yang akan
terjadi, dan tidak pula akan menambahkan atau menguranginya.
Jangan bersedih, sebab kesedihan itu akan mendorong Anda untuk
menghentikan putaran roda zaman, mengikat matahari agar tak terbit,
memutar jarum jam kembali ke masa lalu, berjalan ke belakang, dan
membawa air sungai kembali ke sumbernya semula.
Jangan bersedih, sebab rasa sedih itu laksana angin puyuh yang hanya
akan mengacaukan arah angin, membuat air bah di mana-mana, mengubah
cuaca langit, dan menghancurkan bunga-bunga nan indah yang ada di taman.
Jangan bersedih, sebab orang yang bersedih itu ibarat seorang wanita
yang mengurai pintalan tenun setelah kuat pintalannya, ibarat seorang yang
meniup wadah yang berlubang, dan ibarat seseorang yang menulis di atas
air dengan tangannya.

La Tahzan 82

Jangan bersedih, sebab usia Anda yang sebenarnya adalah kebahagiaan
dan ketenangan hati Anda. Oleh sebab itu; jangan habiskan usia Anda
dalam kesedihan, jangan boroskan malam-malam Anda dalam kecemasan,
jangan berikan menit-menit Anda untuk kegundahan, dan jangan berlebihan
dalam menyia-nyiakan hidup, sebab Allah tidak suka terhadap orang-orang
yang berlebihan.
La Tahzan
Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha
Pengampun Dosa dan Penerima Taubat!
Firman Allah,
{Katakanlah: "Hai hamba-hamba'Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya,
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."}
(QS. Az-Zumar: 53)
Tidakkah firman Allah ini dapat melapangkan hati, menghilangkan
keresahan, dan menghapuskan kegundahan Anda?
Tampak bahwa Allah sengaja menyapa manusia dengan kalimat "Wahai
hamba-hamba-Ku..." Adapun tujuannya, tak lain adalah menyatukan hati
para hamba-Nya dan menyentuh perasaan mereka agar mendengarkan ayat
tersebut dengan baik. Setelah itu, terlihat bahwa Dia mengkhususkan firmanNya
itu untuk orang-orang yang melampaui batas. Itu dilakukan Allah
karena mereka merupakan golongan manusia yang paling banyak melakukan
dosa dan kesalahan. Nah, bagaimana dengan kita yang tentu saja juga sering
melakukan dosa dan kesalahan?
Dalam ayat tersebut, Allah juga melarang hamba-Nya berputus asa
dalam memohon ampunan Allah. Allah mengabarkan pula bahwa Dia akan
mengampuni siapa saja yang bertobat kepada-Nya, baik dari dosa-dosa kecil
maupun yang besar.
Tidakkah Anda merasa gembira dan bahagia dengan firman Allah s.w.t.,
{Dan, (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka
mengetahui.}

La Tahzan 83

(QS. Ali 'Imran: 135)
Juga firman-Nya,
{Dan, barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia
memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.}
(QS. An-Nisa': 110)
Firman-Nya yang lain,
{Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu)
yang kecil dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).}
(QS. An-Nisa': 31)
Firman-Nya yang lain,
{Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu
memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.}
(QS. An-Nisa': 64)
{Dan, sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,
beramal salih, kemudian tetap di jalan yang benar.}
(QS. Thaha: 82)
Tatkala Musa membunuh seseorang maka dia berkata:
{"Hai Rabb-ku, ampunilah aku," maka Dia mengampuninya.}
(QS. Al-Qashash: 16)
Juga firman Allah yang menjelaskan tentang Nabi Daud setelah
bertobat dan Allah mengampuninya,
{Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya, dia
mempunyai kedudukan yang sangat dekat Pada sisi Kami dan tempat kembali
yang baik.}
(QS. Shad: 25)
Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengasih dan Maha Mulia.
Bagaimana tidak, Dia masih menawarkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada
orang-orang yang meyakini trinitas. Firman Allah tentang mereka,
{Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah adalah
salah satu dari yang tiga," padahal sekali-kali tidak ada Ilah selain dari Ilah Yang
Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orangLa
Tahzan

La Tahzan 84

orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih. Maka, mengapa
mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.}
(QS. Al-Ma'idah: 73-74)
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Allah Yang
Maha Tinggi berfirman: "Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu berdoa
kepada-Ku dan mengharapkan-Ku maka Aku akan mengampunimu atas semua
dosa yang kamu lakukan, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, andaikata
dosa-dosamu itu sampai ke puncak langit kemudian kamu meminta ampunan
kepada-Ku niscaya Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam,
seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa yang besamya seisi bumi
seluruhnya, kemudian datang menemui-Ku dan tidak menyekutukan Aku dengan
yang lain niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan yang besamya
seisi bumi seluruhnya."
Dalam sebuah hadits shahih yang lain Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar orangorang
yang melakukan dosa pada siang hari bertobat dan Dia membentangkan
tangan-Nya di siang hari agar orang yang melakukan kesalahan di malam hari
bertobat, hingga nanti ketika matahari terbit dari arah barat."
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan: "Wahai hamba-hamba-Ku,
sesungguhnya kalian melakukan dosa di malam hari, sedangkan Aku mengampuni
semua dosa. Maka, mmtalah kalian semua ampunan kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengampuni kalian."
Dalam sebuah hadits shahih yang lain disebutkan: "Demi Dzat yang
jiwaku ada di tangan-Nya. Seandainya kalian tidak melakukan dosa niscaya Allah
akan menghilangkan kalian, dan akan mendatangkan kaum yang lain yang
melakukan dosa-dosa namun memohon ampunan kepada Allah, yang kemudian
Dia akan mengampuni mereka."
Juga disebutkan dalam hadits shahih yang lain: "Kalian semua adalah
orang-orang yang sering melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang
melakukan kesalahan adalah orang yang bertobat."
Pada kesempatan yang lain Rasulullah juga bersabda, "Allah lebih. gembira
dengan taubat seorang hamba-Nya di antara kalian, yang berada di atas
kendaraannya, yang telah tersedia makanan dan minuman. Kemudian kendaraannya
itu hilang di padang pasir. la mencarinya ke sana kemari hingga putus asa, dan ia
pun tertidur. Pada saat terbangun, kendaraannya itu sudah berada di dekat kepalanya.
Kemudian dia berkata, 'Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan Aku adalah RabbMu.'
la salah mengucapkan karena saking gembiranya."

La Tahzan 85

Dalam riwayat shahih yang lain Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya
seorang hamba yang melakukan sebuah dosa kemudian ia mengucapkan: 'Ya
Allah, ampunilah dosaku, sesungguhnya tidak ada yang bisa memberi ampunan
terhadap dosa-dosa kecuali Engkau.' Kemudian ia kembali melakukan dosa, dan
setelah itu berdoa kembali: 'Ya Allah, ampunilah dosaku sesungguhnya tidak ada
yang bisa memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali Engkau.' Kemudian
kembali melakukan dosa, dan berdoa kembali: 'Ya Allah, ampunilah dosaku,
karena sesungguhnya tidak ada yang berhak memberi ampunan terhadap dosadosa
kecuali Engkau.' Allah berfirman: 'Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Rabb
yang bisa menjatuhkan siksa atas dosa yang dilakukannya dan bisa pula
memberikan ampunan terhadap dosa itu. Maka hamba-Ku pun melakukan
semaunya."
Singkatnya, selama hamba itu bertaubat, meminta ampunan dan
menyesali perbuatannya, maka Allah akan mengampuninya.
La Tahzan
Jangan Bersedih, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai
Qadha' dan Qadar!
Segala sesuatu itu ada dan akan terjadi sesuai dengan ketentuan qadha
dan qadar-nya. Ini merupakan keyakinan orang-orang Islam dan para
pengikut setia Rasulullah s.a.w. Yakni, keyakinan mereka bahwa segala
sesuatu di dunia ini tidak akan pernah ada dan terjadi tanpa sepengetahuan,
izin, dan ketentuan Allah.
{Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.}
(QS. Al-Hadid: 22)
{Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.}
(QS. Al-Qamar: 49)
{Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.}
(QS. Al-Baqarah: 155)
Dalam sebuah hadits disebutkan: "Sungguh unik perkara orang mukmin
itu!Semua perkaranya adalah baik. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka

La Tahzan 86

itu menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka
itu juga menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan ini hanya akan terjadi pada orang
mukmin."
Rasulullah juga bersabda: "Jika engkau memohon, maka memohonlah
kepada Allah, dan engkau minta pertolongan mintalah kepada Allah. Ketahuilah
bahwa seandainya seluruh makhluk itu berkumpul untuk memberikan manfaat
kepadamu berupa sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan
manfaat kepadamu selain berupa sesuatu yang telah ditetapkan Allah bagimu.
Dan, seandainya mereka semua berkumpul untuk mencelakakanmu dengan
sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali dengan
sesuatu yang ditetapkan Allah atasmu. Pena-pena telah kering dan lembaranlembaran
telah dilipat."
Dalam sebuah hadits shahih yang lain disebutkan: "Ketahuilah bahwa
apa yang menimpamu tidak akan luput darimu, dan apa yang tidak akan
menimpamu tidak akan pernah menimpamu."
Juga diriwayatkan dari Rasulullah, beliau bersabda, "Pena telah kering,
wahai Abu Hurairah, berkaitan dengan apa yang akan engkau hadapi."
Beliau juga bersabda, "Kejarlah apa yang bermanfaat untukmu, dan
mintalah pertolongan kepada Allah. Jangan mudah menyerah dan jangan pernah
berkata, 'Kalau saja aku melakukan yang begini pasti akan jadi begini.' Tapi
katakanlah, Allah telah mentakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki pasti akan
Dia lakukan."
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Rasulullah dia
bersabda, 'Allah tidak menentukan sebuah qadha' bagi hamba kecuali qadha'
itu baik baginya."
Pernah sebuah pertanyaan tentang kemaksiatan dilontarkan kepada
Syaikhul Islam ibnu Taimiyah, "Apakah maksiat itu baik bagi seorang hamba?"
Dia menjawab, "Ya!Namun dengan syarat dia harus menyesali,
bertaubat, beristighfar, dan merasa sangat bersalah."
Allah berfirman,
{Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.}
(QS. Al-Baqarah: 216)
Dua bait syair berbunyi:

La Tahzan 87

m sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi disebutkan:
"Sebaik-baik ibadah adalah menunggu jalan keluar."
{Bukankah subuh itu sudah dekat?}
(QS. Hud: 81)
Cahaya fajar bagi orang-orang yang ditimpa kesedihan itu telah
menyeruak, maka jelanglah pagi dan tunggulah kemenangan dari sang
penakluk.
Orang Arab berkata, "Jika seutas tali sudah sangat meregang, niscaya
ia akan segera putus!Artinya: Jika persoalannya sudah kritis, maka
tunggulah jalan keluar.
Allah berfirman,
{Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar.}
(QS. Ath-Thalaq: 2)
{Dan, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahalanya.}
(QS. Ath-Thalaq: 5)
{Dan, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan
baginya jalan kemudahan dalam urusannya.}
(QS. Ath-Thalaq: 4)
Salah seorang penyair berkata,
Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah rasa putus asa
dan betapa banyak kegembiraan datang setelah kesusahan.
Siapa yang berbaik sangka pada Pemilik 'Arasy dia akan memetik
manisnya buah yang dipetik di tengah-tengah pohon berduri
Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan: "Aku sesuai sangkaan hambaKu
kepada-Ku, maka ia bebas berprangsaka apa saja kepada-Ku."
Allah berfirman,
{Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi tentang keimanan
mereka dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada
La Tahzan
Ini adalah takdir maka celalah aku atau tinggalkan
semua takdir akan berjalan walau terhadap lubang jarum.
Jangan Bersedih, Tunggulah Jalan Keluar!

La Tahzan 88

para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami
kehendaki.}
(QS. Yusuf: 110)
{Maka, sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kernudahan.}
(QS. Al-Insyirah: 5-6)
Ada sebuah pernyataan yang beredar di kalangan ahli tafsir, yang bahkan
menurut sebagian dari mereka ditetapkan sebagai hadits. Pernyataan berbunyi
demikian: "Satu kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kernudahan."
Allah berfirman,
{Barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang berat.}
(QS. Ath-Thalaq: 1)
{Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.}
(QS. Al-Baqarah: 214)
{Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik.}
(QS. Al-A'raf: 56)
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan: "Ketahuilah bahwa pertolongan
itu ada bersama dengan kesabaran dan jalan keluar itu akan selalu beriringan
dengan cobaan."
Seorang penyair berkata,
Jika persoalan telah sangat sulit, tunggulah jalan keluarnya,
sebab ia akan segera menemukan jalan keluarnya.
Penyair yang lain berkata,
Banyak mata yang tetap melek dan banyak pula yang tidur
dalam masalah yang mungkin terjadi atau tidak akan terjadi
Tinggalkanlah kesedihan sedapat yang engkau lakukan sebab
jika engkau terus bersedih engkau akan berubah menjadi gila
Sesungguhnya Rabb yang telah mencukupimu sebelumnya
Dia kan mencukupimu besok dan hari-hari mendatang
Penyair yang lain mengatakan,
Biarkanlah takdir berjalan dengan tali kekangnya
danjanganlah engkau tidur kecuali dengan hati yang bersih
Tak ada di antara kerdipan mata dan meleknya
kecuali Allah kan mengubah dari kondisi ke kondisi lainnya.

La Tahzan 89

Jangan bersedih, karena kesedihan itu akan membuat harta yang
tersimpan di lemari-lemari Anda yang indah, di istana-istana Anda yang
megah, dan di dalam kebun-kebun Anda yang hijau itu hanya akan
menambah kecemasan dan kesedihan Anda saja.
Jangan bersedih, karena kesedihan itu akan membuat obat yang
diberikan dokter, dijual di apotik, dan diagnosa seorang dokter tidak akan
pernah membahagiakan diri Anda. Apalagi bila Anda masih menanamkan
kesedihan dalam hati, menggantungkan kesedihan di dalam kedua kelopak
mata, membiarkan diri Anda untuk dimasuki kesedihan itu, dan
menyusupkannya di bawah kulit, maka semua itu hanya akan sia-sia.
Jangan bersedih; karena Anda masih memiliki doa, Anda boleh
bersimpuh di depan pintu-pintu Tuhan Yang Maha Kuasa, dan Anda dapat
memperoleh ketenangan di depan pintu-pintu Sang Raja Diraja. Anda juga
masih memiliki waktu sepertiga akhir malam dan masih memiliki waktu
untuk menempelkan dahi ke tanah, alias bersujud.
Jangan bersedih; karena Allah telah menciptakan bumi dengan segala
isinya, telah menumbuhkan taman-taman yang memberikan pemandangan
indah, kebun-kebun yang berisi tumbuh-tumbuhan yang indah, rimbun dan
taman-taman dengan tumbuh-tumbuhan yang indah untukmu, kurma-kurma
yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, bintangbintang
yang bercahaya, hutan belantara, dan sungai-sungai. Namun Anda
bersedih!
Jangan bersedih; karena Anda masih dapat minum air yang jernih,
menghirup udara yang segar, berjalan di atas kedua kaki tanpa menggunakan
alas kaki, dan Anda juga masih dapat tidur pada malam hari dengan nyenyak.
La Tahzan
Jangan Bersedih, Perbanyaklah Istighfar
Karena Allah Maha Pengampun!
{Maka, aku katakan kepada mereka: "Mohon ampunlah kepada Rabb-mu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu,
dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya
untukmu sungai-sungai."}

La Tahzan 90

(QS. Nuh: 10-12)
Perbanyaklah membaca istighfar agar Anda dapat menemukan jalan
keluar, mendapatkan ketenangan batin, harta yang halal, keluarga yang
salih, dan hujan yang deras.
Allah berfirman,
{Dan, hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabb-mu dan bertaubat kepadaNya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi
kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada ivaktu yang
telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya.}
(QS. Hud: 3)
Dalam sebuah hadits disebutkan: "Barangsiapa memperbanyak istighfar,
niscaya Allah akan memberikan jalan keluar untuk setiap kecemasan dan akan
membukakan pintu keluar dari setiap kesempitan."
Anda harus banyak membaca sayyidul istighfar, sebagaimana termuat
dalam hadits Shahih Bukhari:
La Tahzan
"Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Ilah selain Engkau. Engkau
ciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan menjalankan semua
janjiku untuk-Mu dengan segala kemampuanku. Aku berlindung kepadaMu
dari keburukan yang aku lakukan. Aku kembali kepada-Mu dengan
segala nikmat-Mu atasku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah
aku karena tidak ada yang memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali
Engkau."

La Tahzan 91

Jangan Bersedih, Ingatlah Allah Selalu!
{Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.}
(QS. Ar-Ra'd: 28)
{Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.}
(QS. Al-Baqarah: 152)
{Laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah.}
(QS. Al-Ahzab: 35)
{Wahai orang-orang yang beriman, banyaklah kamu mengingat nama Allah dan
bertasbihlah di waktu pagi dan petang.}
(QS. Al-Ahzab: 41)
{Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah.}
(QS. Al-Munafiqun: 9)
{Dan, ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.}
(QS. Al-Kahfi: 24)
{Dan, bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu ketika kamu bangun berdiri. Dan
bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam
bintang-bintang (di waktu fajar).}
(QS. Ath-Thur: 48-49)
{Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh),
maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya
agar kamu beruntung.}
(QS. Al-Anfal: 45)
Disebutkan dalam hadits shahih: "Perumpamaan orang yang mengingat
Rabb-nya dan yang tidak mengingat Rabb-nya adalah seperti orang yang hidup
dan orang yang mati."
Rasulullah juga bersabda, "Para mufarridun akan mendahului".
Para sahabat bertanya, "Siapakah para mufarridun itu, wahai
Rasulullah?"
Rasulullah bersabda, "Kaum laki-laki dan perempuan yang mengingat
Allah."
Dalam hadits shahih yang lain disebutkan: "Maukah aku beritahukan
kepada kalian suatu amal yang paling baik dan paling suci dalam pandangan Raja

La Tahzan 92 

kalian, dan lebih baik dari menginfakkan emas dan uang, dan lebih baik dari pada
kalian menemui musuh kalian, lalu kalian saling menyabetkan pedang ke leher
masing-masing?"
Para sahabat menjawab, "Silahkan, wahai Rasulullah!" Rasulullah bersabda,
"Dzikir kepada Allah!"
Dalam sebuah hadits dikisahkan, syahdan seseorang mendatangi
Rasulullah dan berkata kepadanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat
Islam telah terlalu banyak untukku, sementara usiaku sudah tua, maka
kabarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat aku pegang teguh."
Rasulullah menjawab, "Selama lidahmu basah dengan berdzikir kepada
Allah."
Jangan Bersedih dan Putus Asa dari Rahmat Allah!
{Sesungguhnya, tiada berputus ada dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.}
(QS. Yusuf: 87)
{Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan
mereka) dan meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para
rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki.}
(QS. Yusuf: 110)
{Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari
kedukaan. Dan, demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.}
(QS.A1-Anbiyr:88)
{Dan, kamu menyangka kepada Allah dengan bermacam-macam prasangka.
Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya dengan goncangan
yang sangat.}
(QS. Al-Ahzab: 10-11)
Jangan Bersedih Karena Gangguan Orang Lain, dan
Maafkanlah Orang yang Berbuat Jahat Kepada Anda!
Harga hukuman (qisash) yang paling mahal adalah yang harus
dibayarkan oleh seorang pendendam dan pendengki saat ia mendengki Org lain

La Tahzan 93

Pasalnya, ia harus membayar semua itu dengan hati, daging, darah,
perasaan, kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaannya. Maka, betapa
meruginya seorang pendengki.
Allah telah mengabarkan kepada kita tentang obat dan penyembuhan
dari penyakit ini,
{Dan, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.}
(QS. Ali 'Imran: 134)
{Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.}
(QS. Al-A'raf: 199)
{Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, dan tiba-tiba orang yang
antara kamu dan dia ada permusuhan, seolah-olah dia telah menjadi teman yang
amat setia.}
(QS. Fushshilat: 34)
La Tahzan
Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda
Masih Memiliki Banyak Kenikmatan!
Renungkanlah: betapa banyaknya nikmat dan karunia Allah yang Ada
pada Anda. Lalu, bersyukurlah kepada-Nya atas semua itu, dan sadarilah
bahwa Anda benar-benar telah bergelimang dengan pemberian-Nya.
Allah berfirman,
{Dan, jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya.}
(QS. Ibrahim: 34)
{Dan, menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.}
(QS. Luqman: 20)
{Dan, apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah datangnya.}
(QS. An-Nahl: 53)
Allah menegaskan betapa besarnya kenikmatan yang Dia berikan
kepada hamba-hamba-Nya sebagaimana berikut,

La Tahzan 94

{Bukankah Kami telah memberikan kepadanya kedua mata, Lidah dan dua bibir.
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.}
(QS. Al-Balad: 8-10)
Ada banyak kenikmatan yang terus mengalir: nikmat kehidupan,
nikmat kesehatan, nikmat pendengaran, nikmat penglihatan, nikmat kedua
tangan dan kedua kaki, nikmat air dan udara, dan nikmat makanan. Dan,
yang paling agung dari semua itu adalah nikmat hidayah rabbaniyah, yakni
agama Islam. Apakah Anda ingin mata Anda dibeli dengan harga satu juta
dolar? Apakah Anda ingin menjual kedua telinga Anda dengan harga satu
juta dolar? Apakah Anda ingin kedua kaki Anda dibeli dengan harga satu
juta dolar? Apakah Anda ingin kedua tangan Anda dibeli dengan harga
satu juta dolar? Apakah Anda ingin menjual hati Anda dengan harga satu
juta dolar? Betapa banyak harta yang ada di tanganmu namun Anda tidak
menunaikan rasa syukurmu.
Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda
Sedihkan
Kebahagiaan seseorang akan semakin bertambah, berkembang, dan
mengakar adalah manakala ia mampu mengabaikan semua hal sepele yang
tak berguna. Karena, orang yang berambisi tinggi adalab yang lebih memilih
akhirat.
Syahdan, seorang ulama salaf memberi wasiat kepada saudaranya
demikian, "Bawalah ambisimu itu ke satu arah saja, yakni bertemu dengan
Allah, bahagia di akhirat, dan damai di sisi-Nya."
{Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabb-mu), tiada sesuatu pun dan
keadaanmu yang tersembunyi bagi Allah.}
(QS. Al-Haqqah: 18)
Tidak ada ambisi yang lebih mulia selain ambisi yang demikian itu.
Apalah arti sebuah ambisi yang hanya tertuju pada kepada kehidupan ini
saja. Karena, semua itu hanya akan bermuara pada ambisi untuk meraih
kedudukan, jabatan, emas perak, anak-anak, harta benda, nama besar dan
kemasyhuran, istana-istana dan rumah-rumah besar yang kesemuanya ini
akan musnah dan sirna.
Allah s.w.t. menggambarkan salah satu sifat musuh-musuh-Nya, yakni
kaum munafik sebagaimana berikut:

La Tahzan 95

{Sedangkan yang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri. Mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah.}
(QS. Ali Tmran: 154)
Begitulah, mereka hanya berambisi memuaskan hawa nafsu, perut, dan
syahwat mereka. Maka, mereka pun tak memiliki ambisi yang lebih tinggi
dari itu.
Syahdan, tatkala Rasulullah membaiat para sahabat di bawah suatu
pohon, ada seorang munafik yang justru meninggalkan baiat itu untuk
mencari untanya yang berwarna merah. Dan orang itu berkata, "Aku akan
lebih bahagia dengan menemukan untaku daripada aku ikut baiat yang
kalian lakukan itu." Maka Rasulullah pun berkata, "Kalian semua mendapat
ampunan, kecuali pemilik unta merah ini."
Bahkan, orang munafik seringkali tak hanya ingin menyesatkan dirinya
sendiri, tetapi juga acapkali mengajak para sahabat yang lain. Terbukti,
mereka misalnya pernah berkata, "Tak usahlah kalian berangkat perang
pada saat panas-panas begini." Maka, Allah pun menimpali demikian,
{Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu jauh lebih panas."}
(QS. At-Taubah: 81)
Orang munafik yang lain pernah berkata,
{Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadihan saya
terjerumus ke dalam fitnah.}
(QS. At-Taubah: 49)
Itulah orang munafik. Dia hanya memikirkan keuntungan pribadinya saja.
{Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah.}
(QS. At-Taubah: 49)
Selain itu, orang munafik selalu mencemaskan harta dan keluarganya
saja. Terbukti, mereka pernah berkata,
{Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan
bagi kami.}
(QS. Al-Fath: 11)
Demikianlah, semua ambisi dan keiinginan mereka itu sangat rendah
sekali dan tak bernilai. Dan, ambisi seperti itu hanya akan dikejar oleh orangorang
bodoh yang tak berharga. Lain halnya dengan para sahabat yang agung,
karena mereka selalu mengharapkan keutamaan dan keridhaan dari Allah.

La Tahzan 96

Jangan Bersedih, Usirlah Setiap Kegalauan!
Berhentinya seorang mukmin dari beraktivitas adalah kelalaian.
Kekosongan adalah musuh yang mematikan, dan kesenggangan adalah
sebuah kemalasan. Dan, kebanyakan orang yang selalu gundah dan hidup
dalam kecemasan adalah mereka yang terlalu banyak waktu senggangnya
dan sedikit aktivitasnya. Adapun manfaat yang mereka dapatkan dari semua
itu adalah hanya sekadar desas-desus dan omong kosong yang tak berguna.
Itulah keuntungan yang juga diraih oleh mereka yang tak pernah
mengerjakan amalan yang bermakna dan berbuah pahala.
Oleh sebab itu, hendaknya kamu senantiasa bergerak, bekerja, mencari,
membaca, membaca al-Qur'an, bertasbih, menulis atau mengunjungi sahabat.
Gunakan waktu sebaik-baiknya, dan jangan biarkan ada satu menit pun
yang terbuang sia-sia!Ingat, sehari saja Anda kosong tak bergerak, niscaya
kegundahan, keresahan godaan dan bisikan setan akan mudah menyelinap
dalam tubuh Anda!Dan bila sudah demikian, maka Anda akan menjadi
lapangan permainan para setan.
Jangan Bersedih Bila Kebaikan Anda Tak Dihargai
Orang, Sebab yang Anda Cari Adalah Pahala dari Allah!
Niatkan semua amal perbuatan itu hanya karena Allah semata dan
jangan pernah mengharap terima kasih dari orang lain!Jangan pernah resah
dan gundah karena kebaikan Anda pada orang lain justru dibalas dengan
perbuatan keji, atau ketika "tangan putih" yang Anda ulurkan dibalas
dengan tamparan yang menyakitkan. Betapapun, apa yang Anda cari
seharusnya hanya pahala dari kebaikan dari Allah.
Allah berfirman tentang wali-wali-Nya,
{Mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.}
(QS. Al-Fath: 29)
Juga tentang nabi-nabi-Nya,
{"Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku."}
(QS. Shad: 86)
{ Katakanlah: "Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu."}

La Tahzan 97

(QS. Saba': 47)
{Padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang hams
dibalasnya.}
(QS. Al-Lail: 19)
{Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih.}
(QS. Al-Insan: 9)
Seorang penyair berkata,
Siapa yang berbuat baik tidak akan sirna pahalanya
dan tak akan sirna kebaikannya di sisi Allah dan manusia.
Berbuat baiklah hanya untuk Yang Maha Esa, sebab hanya Dia-lah
yang akan memberi pahala. Dia lah yang akan memberi karunia. Allah lah
yang akan menjatuhkan sanksi, membalas setiap amal. Dan, Dia yang akan
meridhai dan juga murka. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah.
Ketika para sahabat banyak yang terbunuh sebagai syuhada di kota
Kandahar, Umar berkata kepada para sahabat yang tersisa, "Siapa saja yang
terbunuh?" Maka disebutkanlah sejumlah nama. "Dan, masih banyak lagi
yang tak kau kenal," jawab para sahabat itu. Maka tiba-tiba kedua mata
Umar meneteskan air mata, dan seketika itu ia menimpali, "Tapi Allah
mengetahui mereka."
Alkisah, ada seorang salih memberi sepiring makanan kepada orang
yang buta. Konon, ketika mengetahui akan hal itu, keluarga orang salih itu
berkata, "Bukankah orang buta itu tidak tahu apa yang dimakannya."
"Tapi, bukankah Allah mengetahuinya.," jawab orang salih itu.
Selama Allah masih melihat dan mengetahui kebaikan yang Anda
lakukan, serta mengetahui keutamaan yang Anda ulurkan, maka janganlah
mengharapkan pujian dari orang lain.
La Tahzan
Jangan Bersedih Atas Cercaan dan Hinaan Orang!
{Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain
dari gangguan-gangguan celaan saja.}
(QS. Ali 'Imran: 111)

La Tahzan 98

{Dan, janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah
kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.}
(QS. An-Nahl: 127)
{Dan, janganlah kamu hiraukan gangguan'gangguan mereka dan bertawakallah
kepada Allah. Dan, cukuplah Allah sebagai pelindung.}
(QS. Al-Ahzab: 48)
{Maka, Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan.}
(QS. Al-Ahzab: 69)
Sebuah hadits hasan menyebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda,
"Janganlah kalian menyampaikan kejelekan-kejelekan sahabatku kepadaku, sebab
saya ingin keluar menemuimu dalam keadaaan dada yang bersih."
Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab
Padanya Terdapat Keselamatan!
Setiap kali raga menikmati kemewahan, ruh sebenarnya merasa
tertekan. Dan, dalam situasi yang serba kekurangan itu sebenarnya tersimpan
keselamatan. Bersikap zuhud terhadap di dunia misalnya, ternyata
merupakan kesenangan yang hanya akan diberikan Allah kepada hambahamba
yang disukai-Nya.

{Sesungguhnya, Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di
atasnya.}
(QS. Maryam: 40)


Seorang penyair mengatakan,
Air, roti, dan naungan konon
adalah nikmat yang paling besar
Aku mengingkari nikmat Rabb-ku
jika aku berkata itu sedikit saja
Bukankah dunia memang tak lebih dari air dingiri, roti yang hangat,
dan nenaungan yang teduh?
Penyair yang lain mengatakan,
Curahkan hujan mutiara langit Sardib
dan luapkan sumur-sumur Takruratibra
Jika aku hidup maka aku tidak bernah kehabisan makan
dan jika aku mati tak pernah kehabisan kuburan
Ambisiku adalah ambisi raja dan jiwaku

La Tahzan 99

adalah jiwa merdeka yang melihat kehinaan sebagai kekufuran
Jika aku tidak puas dengan makanan selama. hidupku
maka kenapa aku datang menemui Zaid dan Umar
Seperti itulah sikap orang-orang yang hidup dengan berpegang teguh
prinsip, jujur dalam dakwah, dan sungguh-sungguh dalam menjalankan
risalah mereka.
La Tahzan
Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih
Mungkin Akan Terjadi!
Dalam kitab Taurat disebutkan bahwa kebanyakan hal yang ditakuti
tidak pernab terjadi. Ini berarti, kebanyakan kekhawatiran manusia itu tidak
akan terjadi. Karena, dalam otak manusia itu memang lebih banyak khayalan
daripada kabar kebenaran yang pasti terjadi.
Seorang penyair mengatakan,
Aku berkata pada kalbuku saat didera rasa takutyang mengejutkan,
"Bergembiralah, sebab kebanyakan hal yang kau takuti adalah dusta"
Artinya, manakala sebuah peristiwa terjadi pada diri Anda, atau Anda
mendengar ramalan tentang suatu bencana, Anda tak perlu resah, cemas,
dan bersedih. Sebab, berita-berita dan kemungkinan-kemungkinan itu
tidaklah benar. Jika ada yang mampu mengubah takdir, pastilah akan
mencarinya. Namun jika tidak, maka tinggal bagaimana takdir itu harus
Anda sikapi.
{Dan, aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya. Maka, Allah memeliharanya dari kejahatan
tipu daya mereka.}
(QS. Al-Mu'min: 44-45)
Jangan Bersedih Menghadapi Kritikan dan Hinaan!
Sesungguhnya, Anda akan mendapatkan pahala dikarenakan kesabaran
Anda menghadapi kritikan dan cercaan itu. Dan kritikan mereka itu, pada
dasarnya pertanda bahwa Anda memiliki harga dan derajat. Sebab, manusia
tak akan pernah menendang bangkai anjing dan orang-orang yang tak
berharga pastilah tak akan pernah terkena sasaran pendengki. Artinya,

La Tahzan 100

manakala kritikan yang Anda terima semakin pedas, maka semakin tinggi
pula harga Anda.
Seorang penyair mengatakan,
Niscaya terhadap orang-orang mulia itu selalu ada yang mendengki
dan tak kan kau jumpai orang-orang yang hina itu di dengki
Zuher mengatakan,
Mereka selalu didengki karena nikmat yang mereka miliki,
padahal Allah tak akan mencabut apa mereka dengkikan itu
Seorang penyair yang lain berkata,
Mereka tetap dengki padaku meski aku telah mati,
sungguh aneh diriku; kematianku pun mereka dengkikan
Penyair yang lain berkata,
Aku mengeluh karena kezaliman pemfitnah, dan tidaklah engkau
dapatkan
manusia yang punya kemuliaan melainkan akan selalu diterpa
kedengkian.
Bila Engkau manusia yang mulia, maka engkau kan selalu didengki.
Namun kala kau miskin tak berharga, mana mungkin ada yang
mendengki.
Penyair lain berkata,
Jika seseorang berhasil menggapai puncak langit kemuliaan
maka musuhnya adalah bintang-bintang di langit kedengkian
la akan dilempar dengan busur-busur atas semua kebesarannya
meski apa yang mereka lakukan tidak akan sampai sasaran
Syahdan, ketika Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar Dia
menghentikan kejahatan mulut kaumnya, Allah berfirman, "Wahai Musa,
Aku tidak lakukan itu untuk diri-Ku. Aku menciptakan dan memberi mereka
rezeki, namun mereka justru mencela dan mengejek-Ku."
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Allah
berfirman: "Anak Adam mencerca dan menghina-Ku padahal tidak seharusnya
ini ia lakukan. Adapun cercaannya kepada-Ku adalah bahwa dia mencerca zaman,
padahal Akulah zaman. Aku bolak-balikan malam dan siang sekehendak-Ku.
Sedangkan hinaannya kepada-Ku adalah ia mengatakan bahwa Aku memiliki
sahabat wanita dan anak, padahal Aku tidak memiliki sahabat wanita dan anak."
Anda tidak akan pernah dapat membungkam mulut manusia untuk
tidak melakukan pelecehan terhadap kehormatan Anda. Meski demikian,
Anda dapat melakukan kebaikan dan menghindari perkataan dan kritikan
mereka.
Seorang penyair berkata,
Aku berjumpa dengan orang bodoh yang mencelaku
Kutinggalkan ia seraya berkata, "aku tidak peduli"

La Tahzan 101             

Penyair yang lain berkata,
Jika orang bodoh bicara, jangan kau timpali
sebab sebaik-baik jawaban baginya adalah diam seribu bahasa
Meski demikian, tak ada salahnya bila orang-orang yang bodoh itu
sesekali dilawan dan ditantang. Atau katakan saja pada mereka,
Jika kebaikan yang tampak pada perbuatanku adalah dosa-dosa
maka katakanlah kepadaku, bagaimana aku harus meminta maaf
Pada umumnya, orang-orang yang kaya senantiasa dibayangi
kegelisahan. Bahkan, ketika harga saham mereka tiba-tiba naik pun, mereka
akan tetap gelisah karena cemas dengan nasib saham mereka yang mungkin
saja besok akan menurun.
Allah berfirman,
{Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengekalkannya. Sekali-kali tidak!Sesungguhnya dia akan dilempar ke neraka
Huthamah.}
(QS. Al-Humazah: 1-4)
Seorang sastrawan Barat mengatakan, "Lakukan apa yang kau pandang
benar, dan palingkan punggungmu dari semua kritikam yang tak berharga."
Ada beberapa hal yang perlu Anda renungkan dan Anda dicoba:
Jangan pernah membalas cercaan atau olok-olok yang melukai hati
Anda!Karena, kesabaranmu dalam menghadapi semua itulah yang akan
dengan sendirinya menguburkan semua kehinaan. Kesabaran adalah sumber
kemuliaan, diam adalah sumber kekuatan untuk mengalahkan musuh, dan
memaafkan adalah sumber dan tangga untuk mencapai pahala dan
kemuliaan.
Ingat, separoh dari orang yang pernah mencerca atau mengkritik Anda
itu akan melupakan cercaan mereka, sepertiganya tidak sadar dengan apa
yang mereka lontarkan, dan selebihnya tidak akan mengerti apa dan
mengapa mereka mencerca Anda. Maka dari itu, jangan pernah cercaan
mereka kau masukkan hati dan jangan pula berusaha untuk membalas apa
yang mereka katakan itu.
Seorang bijak bestari berkata, "Orang-orang akan sibuk menggunjingku
manakala jatah roti mereka berkurang dari jatahku. Dan jika tak ada
seseorang pun dari mereka yang kehausan, maka mereka tak akan pernah
mengusik kematianku dan kematianmu."

La Tahzan 102

Rumah yang senantiasa tenteram meskipun hanya ada sepotong roti di
dalamnya, adalah lebih baik dari sebuah rumah yang penuh dengan makanan
lezat tetapi tak pernah lekang dari kegaduhan dan sumpah serapah.

REHAT

Jangan bersedih!Karena rasa sakit dapat sirna, cobaan akan pergi,
dosa akan terampuni, hutang akan terbayar, narapidana akan dibebaskan,
orang yang hilang akan kembali, orang yang melakukan kemaksiatan akan
bertaubat, dan orang yang fakir akan menjadi kaya.
Jangan bersedih!Tidakkah Anda memperhatikan bagaimana awan
hitam itu tersingkap terang, malam yang demikian pekat menjadi terang
benderang, angin yang sedemikian kencang itu mendadak tenang, dan angin
puyuh itu tiba-tiba terhenti? Semua itu menandakan bahwa beban hidup
Anda yang seberat apapun dapat hilang dan berubah menjadi kebahagiaan.
Bahkan, kesengsaraan hidup Anda pun pasti akan berakhir pada kehidupan
yang aman, tenteram dan menjanjikan masa depan yang gemilang.
Jangan bersedih!Karena teriknya sinar matahari akan diteduhkan oleh
bayangan, rasa haus yang mencekik di siang bolong akan disegarkan oleh
air yang dingin, dan rasa lapar yang melilit akan dikenyangkan oleh sepotong
roti yang hangat. Bukankah keletihan karena begadang malam akan
berujung pada tidur yang nyenyak, dan perasaan sakit akan tergantikan
oleh kebugaran? Karena itu, bersabar dan tunggulah barang sejenak.
Jangan bersedih, meskipun para dokter sudah kehabisan cara, kalangan
bijak bestari tak lagi mempan nasehatnya, para ulama tidak lagi dapat berbuat
apa-apa, para penyair hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala, dan semua
usaha tidak lagi ada yang berguna di hadapan takdir, qadha dan keniscayaan
Allah.

Ali ibn Abi Talib mengatakan,
"Semoga jalan keluar terbuka, semoga
kita bisa mengobati jiwa kita dengan doa.
Janganlah engkau berputus asa manakala
kecemasan yang menggenggam jiwa menimpa
Saat paling dekat dengan jalan keluar adalah
ketika telah terbentur pada putus asa."

La Tahzan 103

Jangan Bersedih!Pilihlah Apa yang Telah
Dipilih Allah untuk Anda
Bangunlah jika Dia membangunkan diri Anda, dan duduklah jika
Dia menyuruh Anda duduk!Bersabarlah ketika Allah menjadikan diri Anda
sebagai orang yang miskin, dan bersyukurlah manakala Dia menjadikan
diri Anda orang yang kaya. Itu semua akan menjadi wujud dari ikrarmiu,
"Aku rela Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad
sebagai nabiku."
Seorang penyair mengatakan,
Janganlah merasa mampu mengatur dirimu
sebab orang yang pandai mengatur pun dapat binasa.
Terimalah Kami jika Kami memutuskan,
sebab Kami lebih berhak dari dirimu.








Jangan Bersedih dan Mempedulikan Perilaku Orang

Bagaimanapun, mereka tidak memiliki kekuasaan untuk
mendatangkan mudharat, manfaat, kematian, dan kehidupan kepada Anda.
Mereka juga tidak dapat membangkitkan Anda dari kubur, dan tidak pula
dapat memberi pahala serta siksa.
Seorang penyair mengatakan,
Siapa senang mempedulikan perilaku orang, ia akan mati gelisah
sedang orang yang gagah berani akan meraih kenikmatan
Penyair lain juga mengatakan,
Barangsiapa suka mempedulikan orang lain, ia akan gagal meraih
bahagia,
sedang orang yang gagah berani akan berhasil meraih kebaikan.
Ibrahim ibn Adham mengatakan, "Kami hidup dalam suasana yang
bila para raja itu tahu niscaya mereka akan menebas kami dengan pedang
mereka."
Ibnu Taimiyyah mengatakan, "Di dalam hati seringkali terlintas suatu
keadaan. Yakni, yang bila kukatakan demikian, 'Seandainya para penghuni
surga hidup seperti kami, maka mereka akan hidup senang'."
Dia juga pernah berkata, "Di dalam hati ini selalu muncul suasana diat Allmana hati menari riang. Yakni, saat hati bergembira karena mengingah
dan kehangatan hubungan dengan-Nya."


La Tahzan 104

Dalam kesempatan lain, ia juga mengatakan, "Ketika dijebloskan ke
penjara, dan sesaat kemudian para sipir mengunci pintunya, aku seperti
mendengar firman Allah,
{Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah
dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.}
(QS. Al-Hadid: 13)
Di dalam penjara itu, ia mengatakan, "Apa yang bisa dilakukan musuhmusuh
itu kepadaku? Surga dan tamanku ada di dalam dadaku. Ke manapun
aku berjalan, maka keduanya akan selalu bersamaku. Kalaupun aku dibunuh,
maka itu adalah kematian sebagai seorang syahid. Kalaupun diusir dari negeri
asalku, maka itu adalah sebuah rekreasi, dan penjara adalah tempatku
menyendiri."
Apakah yang akan diperoleh orang yang telah kehilangan Allah dari
dalam dirinya? Dan apakah yang harus dicari oleh orang telah menemukan
Allah dalam dirinya? Antara yang pertama dan kedua, tidak akan pernah
sama. Orang kedua akan mendapatkan segalanya, dan orang pertama akan
kehilangan segalanya.


*******************
Jangan Bersedih dan Pahamilah Harga yang Anda Sedihkan!

Rasulullah bersabda, "Bagiku, mengucapkan, 'Subhanallah,
Alhamdulillah, La ilaha illallah, Allahu akbar', adalah lebih aku senangi
daripada sesuatu yang terkena sinar matahari (dunia)."


Seseorang dari salafussalih pernah mengatakan tentang orang-orang
kaya, istana-istana, rumah-rumah megah, dan harta mereka sebagaimana
berikut, "Kami makan dan mereka pun juga makan. Kami minum dan mereka
pun juga minum. Kami melihat dan mereka juga melihat. Namun kami
tidak akan dihisab ketika mereka mereka dihisab."
Pada malam pertamaku di alam kubur terlupakan
istana-istana Khawarniq dan harta karun Anukisra
Ketika Allah berfirman,
{Dan, sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu
Kami ciptakan pada mulanya.}


La Tahzan 105

orang-orang yang beriman pun berkata,
{Dan, benarlah Allah dan Rasul-Nya.}
(QS. Al-Ahzab: 22)
Sedangkan orang-orang munafik berkata,
{Allah dan rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.}
(QS. Al-Ahzab: 12)
Kehidupan Anda adalah cerminan dari apa yang Anda pikirkan.
Artinya, semua hal yang Anda pikirkan dan Anda Anda hayati akan sangat
berpengaruh pada kehidupan Anda, baik ketika bahagia maupun sengsara.
Sebuah sindiran mengatakan, "Bila Anda tak beralas kaki, lihatlah
orang yang kedua betisnya buntung, karena Anda akan dapat mensyukuri
kedua kakimu."
Seorang penyair mengatakan,
"Kegundahan tak akan penuhi relung hatiku sebelum ia jadi kenyataan,
dan kalaupun benar terjadi, aku takkan merasa gelisah sedikitpun."

****************

Jangan Bersedih Selama Anda Masih Dapat Berbuat
Baik Kepada Orang Lain


Berbuat baik untuk dan kepada orang lain merupakan jalan lebar
menuju kebahagiaan. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan: "Di hari Kiamat
nanti, yakni saat Allah menghisab hamba-Nya, Dia akan berkata kepadanya,
'Wahai anak Adam, Aku lapar namun engkau tidak memberiku makan. Hamba
itu menjawab, 'Bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan, sementara Engkau
adalah Rabb semesta alam?' Allah berkata, 'Tidakkah engkau tahu bahwa hambaKu,
si Fulan ibn Fulan, sedang kelaparan, namun engkau tidak memberinya makan.
Ketahuilah, seandainya engkau memberinya makan, maka engkau akan dapatkan
semua itu di sisi-Ku.'

'Wahai anak Adam, Aku kehausan namun engkau tidak memberi-Ku
minum.' Hamba itu menjawab, 'Bagaimana mungkin aku bisa memberi-Mu minum
sementara Engkau adalah Rabb semesta alam?' Allah berkata, 'Tidakkah engkau
tahu bahwa hamba-Ku, si Fulan ibn Fulan, sedang kehausan, namun engkau
tidak memberinya minum. Ketahuilah, seandainya engkau memberinya minum
pasti engkau dapatkan itu di sisi-Ku.'



La Tahzan 106

'Wahai anak Adam, Aku sakit namun engkau tidak menjenguk-Ku.' Hamba
itu menjawab, 'Bagaimana mungkin aku bisa menjenguk-Mu sementara Engkau
adalah Rabb semesta alam?' Allah berkata, 'Tidakkah engkau tahu bahwa Fulan
ibn Fulan sedang sakit, namun engkau tidak menjenguknya. Ketahuilah, seandainya
engkau menjenguknya niscaya engkau akan dapatkan Aku di sisinya."
Ada satu hal yang menarik di sini. Dalam firman-Nya: "... niscaya engkau
akan dapatkan Aku di sisinya...," berbeda dengan dua sebelumnya: "... engkau
akan dapatkan (semua) itu di sisi-Ku ...." Mengapa? Sebab, Allah di hadapan
orang yang hatinya hancur tercabik-cabik akan tampak seperti orang sakit.
Disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah: "Dalam kesulitan itu ada
pahala." Juga harus engkau mengerti bahwa Allah telah memasukkan seorang
wanita pezina dari Bani Israel ke dalam surga hanya gara-gara wanita itu
memberi minum seekor anjing yang kehausan. Maka, bagaimana dengan
orang yang memberi minum dan makan kepada sesama, membantu
meringankan beban, dan menghilangkan kesulitan mereka?
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah pernah
bersabda, "Barangsiapa memiliki kelebihan bekal, maka hendaknya ia datang
dengan bekal itu kepada orang yang tidak memilikinya. Dan barangsiapa memiliki
kelebihan kendaraan, maka hendaklah dia datang kepada orang yang tidak memiliki
kendaraan."

Hatim, sang penyair itu, mengatakan,
"Jika engkau pemilik unta muda, jangan biarkan
sahabatmu berjalan di belakangnya tanpa kendaraan
Rendahkan kendaraanmu dan naikkan ia jika bisa terbawa.
Itu baik adanya. Jika tidak, bergantianlah."
Hatim juga pernah berkata kepada seorang pelayannya dalam sebuah
rangkaian bait syair yang sangat indah, agar mencari seorang tamu. Ia
berkata,
"Nyalakan api, sesungguhnya malam ini sangat dingin,
jika ada tamu yang datang, engkau akan bebas merdeka.
Hatim juga berkata kepada isterinya demikian,
Jika selesai membuat makanan, carilah orang yang akan makan, sebab
aku tidak akan sanggup memakannya seorang diri."
Dia juga pernah berkata seperti ini,
"Ketahuilah, sesungguhnya harta itu akan pergi dan sirna.
Yang tersisa dari harta itu hanyalah pembicaraan dan kenangan.
'Ketahuilah, kekayaan itu tidak ada faedahnya bagi seseorang, yakni
kala nafas di tenggorokan dan dada tak lagi mampu memuat."
Pada kesempatan yang lain dia mengatakan,


La Tahzan 107

"Kekayaan tak menambah kebanggaan atas kaum kerabat
dan kami tidaklah merasa terhina dengan kefakiran."


Ibnul Mubarak pernah memiliki tetangga seorang Yahudi. Namun, ia
selalu lebih dahulu memberi makan tetangganya itu sebelum anak-anaknya
sendiri. Bahkan, ia selalu memberi pakaian padanya sebelum memberi
pakaian anak-anaknya.
Ketika orang-orang menawar rumah si Yahudi itu, "Jual saja tempat
tinggalmu itu kepada kami!"
Yahudi itu berkata, "Saya akan jual rumahku ini dengan harga dua
ribu dinar. Seribu dinar untuk harga rumahku dan seribu lagi karena aku
bertetangga dengan Ibnul Mubarak."
Mendengar jawaban itu, Ibnul Mubarak dalam doanya selalu memohon
demikian, "Ya Allah, tunjukilah ia ke dalam Islam." Dan beberapa saat
kemudian, si Yahudi itu pun, dengan izin Allah, akhirnya masuk Islam.
Saat hendak berangkat haji, Ibnul Mubarak bertemu satu rombongan
yang bermaksud sama. Dalam rombongan itu, ia melihat seorang wanita
yang mengambil bangkai burung gagak dari sebuah tong sampah. Kemudian
dia menyuruh pembantunya untuk melihat apa yang dilakukan wanita itu.
Orang suruhannya itu bertanya kepada si wanita tentang apa yang
dilakukannya tadi. Si wanita itu menjawab, "Selama tiga hari kami hanya
makan dari sisa-sisa makanan yang dibuang ke dalam tong sampah." Karena iba
mendengar jawaban itu, Ibnul Mubarak meneteskan air mata. Ia pun
memerintahkan agar semua perbekalannya dibagikan kepada rombongan
itu. Dan, karena sudah tidak punya bekal lagi maka ia pun pulang. Ia
menangguhkan hajinya tahun itu. Dalam tidurnya, ia bermimpi ada orang
berkata kepadanya, "Haji yang mabrur, sebuah tindakan yang harus diganjar,
dan dosa(mu) telah terampunkan."

{Dan, mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri.
Sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu.}
(QS. Al-Hasyr: 9)


Seorang penyair mengatakan,
"Walaupun aku jauh dari sahabatku, laksana bumi dan langit.
Aku akan mengirimkan pertolanganku dan menghapuskan
kesulitannya.
Aku akan jawab seruan dan panggilan suaranya.
Jika dia memakai pakaian yang indah maka aku tidak akan
mengatakan,
'Seandainya aku diberi pakaian yang baik dari yang ia pakai'."


La Tahzan 108

Ya Allah, sungguh sebuah perilaku yang sangat indah. Sungguh sebuah
karunia yang sangat agung. Sungguh sebuah budi pekerti yang sangat
mengharukan.
Orang yang senang melakukan kebajikan, tak akan pernah menyesal
meski sangat banyak kebajikan yang telah dikerjakannya. Tetapi ia justru
akan menyesal manakala melakukan kesalahan, meski hanya sebuah
kesalahan kecil.
Seorang penyair berkata,
"Kebaikan itu lebih abadi, walaupun itu dilakukan sekali
dan kejahatan adalah bekal terburuk yang engkau usahakan."

********************


La Tahzan 109

Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata-kata Kasar,
Karena Kedengkian Itu Sudah Ada Sejak Dulu


Tamaklah menghimpun keutamaan, dan tekunlah
abaikan celaan si pendengki.
Ketahuilah bahwa umur itu adalah saat-saat kebaikan diterima
dan setelah kematian kedengkian itu terputus dengan sendirinya


Seorang ulama kontemporer mengatakan, "Kepada orang-orang yang
sangat sensitif terhadap kritikan agar mereka menuangkan apa saja yang dingin
ke dalam syarafnya pada saat menghadapi kritikan yang pedas dan menyengat."
Dikatakan, sungguh hebat Allah menempatkan kedengkian itu, la
sungguh adil. Berawal dari pertemanan, lalu membunuhnya.
Al-Mutanabbi mengatakan, "Kenangan seseorang itu adalah umurnya
yang kedua, dan keinginannya
yang tak kesampaian. Selebihnya adalah kesibukannya."
Sahabat Ali r.a. mengatakan, "Kematian adalah taman yang terjaga
ketat."
Seorang bijak bestari mengatakan, "Seorang pengecut mati beberapa
kali. Sedangkan, pemberani hanya mati sekali."
Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba di saat-saat
yang tertekan, maka Dia menjadikan hamba itu mengantuk sebagai wujud
penjagaan dari-Nya. Hal yang sama pernah terjadi pada diri Thalhah r.a.
pada saat perang Uhud, sebelum perang dimulai. Karena begitu berat
kantuknya sampai-sampai pedang yang dipegangnya jatuh beberapa kali.
Itu sebagai wujud ketenangan dan kedamaian di dalam hati.
Namun ada juga kantuk untuk ahli bid'ah. Syabib ibn Yazid merasakan
kantuk yang tak tertahankan saat ia sedang menunggang seekor baghlah

La Tahzan 110

(hewan peranakan kuda dengan keledai). Dia adalah seorang lelaki yang
sangat pemberani. Sedangkan isterinya, bernama Ghazalah, adalah seorang
perempuan pemberani yang pernah mengusir Al-Hajjaj.

Seorang penyair mengatakan,
"Menjadi singa ketika berhadapan denganku,
tapi dalam perang ia menjadi seekor burung yang tak berdaya
lari terbirit-birit hanya karena suitan saja
Tidakkah engkau keluar menantang Ghazalah yang sombong
atau hatimu dengan dua sayapnya akan segera terbang."
Allah berfirman,


{Katakanlah: "Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu
dari dua kebaikan. Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan
menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya atau (azab) dengan
tangan kami. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu
bersamamu."}
(QS. At-Taubah: 52)

Firman'Nya yang lain,
{Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia,
niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu. Dan barangsiapa menghendaki
pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.}
(QS. Ali 'Imran: 145)

Seorang penyair lain berkata,
"Pernah aku bilang pada jiwa, namun malah terbang menjadi
bayangan pahlawan, celaka engkau, kenapa tidak memperhatikan
Jika kau mohon sehari saja diundurkan dari ketetapan ajal, tak akan
dipenuhi.
Bersabarlah menghadapi maut, bersabarlah
toh tak seorang pun mampu menggapai keabadian.
Pakaian kehidupan itu bukanlah pakaian kekuasaan
karena bisa diambil dari seorang saudara yang menginginkan."


Singkatnya, syair ini berarti bahwa jika ajal telah datang, maka tidak
akan diajukan dan tidak akan pula diundurkan walau hanya satu jam.
Ali ibn Abi Thalib mengatakan,

"Kapan aku harus lari dari dua hari kematianku,
hari yang telah ditentukan atau kah hari yang tidak ditentukan.
Pada hari yang tidak ditentukan aku tak takut,
karena yang telah ditentukan itu tidak bisa diubah dengan
kewaspadaan."


Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata: "Carilah kematian, niscaya kalian
akan diberi kehidupan."


Rehat
Jangan bersedih, sebab Allah senantiasa membela Anda, para malaikat
selalu memintakan ampunan untuk Anda, orang-orang mukminin bersatu
mendoakan diri Anda setiap usai shalat, Nabi memberikan syafaat, dan ab
Qur'an memberikan janji yang baik. Namun di atas segalanya, ada kasih
sayang Dzat Yang Maha Pengasih.
Jangan bersedih, sesungguhnya satu kebaikan itu akan dibalas dengan
sepuluh kali lipatnya hingga tujuh ratus kali lipat. Bahkan dengan kelipatan
yang tidak terhingga. Sedangkan kejahatan itu hanya akan dibalas dengan
kejahatan yang serupa, kecuali jika Allah memberikan ampunan. Bukankah
Allah memiliki demikian banyak kemurahan yang tidak ada bandingannya?
Jangan bersedih, karena Anda termasuk pemuka-pemuka tauhid,
pembawa agama yang hak, dan ahli kiblat. Dalam diri Anda terdapat dasar
cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasululah. Anda merasa menyesal
saat melakukan dosa, dan gembira saat melakukan kebaikan. Anda memiliki
kebaikan tapi tidak menyadarinya.
Jangan bersedih, sebab Anda selalu berada dalam kebaikan, baik dalam
keadaan sengsara maupun bahagia, dalam keadaan kaya maupun miskin,
dan dalam keadaan tertekan maupun lapang. Sebagaimana Rasulullah
sabdakan,

"Sungguh unik perkara orang mukmin itu!Semua perkaranya adalah
baik. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu menjadi sebuah kebaikan
baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu juga menjadi sebuah
kebaikan baginya. Dan ini hanya akan terjadi pada orang mukmin."


Jangan Bersedih!Sebab Bersabar Atas Sesuatu yang
Tidak Anda Sukai Adalah Jalan Menuju Kemenangan

{Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah.}
(QS. An-Nahl: 127)


La Tahzan 111  

{Maka kesabaran yang baik itulah kesabaran-Ku. Dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.}
(QS. Yusuf: 18)
{Maka, bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.}
(QS. Al-Ma'arij: 5)
{(Sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum."}
(QS. Ar-Ra'd: 24)
{Dan, bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.}
(QS. Luqman: 17)
{Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu).}
(QS. Ali 'Imran: 200)
Umar ibn al-Khaththab mengatakan, "Dengan kesabaran, kita tahu
makna hidup yang baik."
Di kalangan ahli sunah ada tiga hal yang harus dilakukan ketika sedang
menghadapi musibah: bersabar, berdoa, kemudian mencari jalan keluar.
Seorang penyair mengatakan,
"Kami memberi minum mereka dan mereka memberi minum yang
serupa,
namun kami lebih sabar atas kematian daripada mereka."
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan: "Tidak ada yang lebih sabar
atas cercaan yang didengar daripada Allah. Sesungguhnya, mereka mengatakan
bahwa Allah memiliki seorang anak dan seorang teman wanita. Namun Allah
tetap memberikan kesehatan dan memberikan rezeki pada mereka."
Rasulullah juga bersabda, "Semoga Allah menurunkan rahmat-Nya
kepada Musa, yang lebih banyak mendapatkan cobaan dari pada (umat) ini,
namun dia bisa bersabar."
Rasulullah juga bersabda,
"Barangsiapa yang selalu melatih dirinya untuk
bersabar, maka Allah akan membuatnya menjadi penyabar."

 
Seorang penyair berkata,
"Engkau merangkak mencari mulia,
dan orang-orang yang mencarinya berusaha sepenuh jiwa menempuh
kelelahan.
Mereka.mengejar mulia hingga banyak yang jemu,
yang akan menemukannya hanya yang sungguh-sungguh dan bersabar.
Jangan mengira bahwa mulia adalah kurma yang akan kau makan,
tak kan pernah kau dapatkan mulia sebelum pahitnya sabar.
 
La Tahzan 112

Kemuliaan itu tidak akan pernah diraih melalui impian-impian dalam
tidur. Kemuliaan hanya dapat diraih dengan tekad yang besar dan kerja
keras."
Jangan Bersedih Karena Perlakuan Orang Lain, Tapi
Lihatlah Perlakuan Mereka Terhadap Sang Khaliq
Menurut Imam Ahmad, dalam bukunya Az-Zuhd, Allah pernah berkata:
"Sungguh aneh kamu wahai anak Adam. Aku ciptakan kamu, namun kamu
menyembah selain Aku, dan Aku beri kamu rezeki namun kamu bersyukur pada
selain Aku. Aku berikan cinta-Ku melalui nikmat-nikmat itu, padahal Aku sama
sekali tidak membutuhkanmu, namun kamu melakukan kebencian pada-Ku
dengan melakukan kedurhakaan padahal kamu sangat membutuhkan-Ku.
Kebaikan-Ku turun kepadamu, namun kejahatanmu naik pada-Ku."
Dikisahkan dalam catatan biografi Isa a.s. bahwa ia telah mengobati
sebanyak tiga puluh orang sakit dan telah menyembuhkan banyak orang
buta, namun mereka itu kemudian berbalik menjadi musuh-musuhnya.
Jangan Bersedih Karena Rezeki yang Sulit
Yang memberi rezeki itu hanya satu. Seluruh rezeki hamba itu berada
di sisi-Nya, dan Dia telah mengatur semua itu.
{Dan, di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang
dijanjikan kepadamu.}
(QS. Adz-Dzariyat: 22)
Jika memang yang memberi rezeki itu adalah Allah, maka mengapa
manusia itu hams menjilat dan mengapa harus merendahkan diri di hadapan
orang lain hanya karena ingin mendapatkan rezeki dari sesama manusia?
{Dan, tidak ada suatu binatang melatapun di muka bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya.}
(QS. Hud: 6)
Dalam firman-Nya yang lain disebutkan:

La Tahzan 113

{Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak
ada seorang pun yang dapat menahannya. Dan apa saja yang Allah tahan, maka
tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.}
(QS. Fathir: 2)
Jangan Bersedih, Karena Masih Ada Sebab-sebab yang
Membuat Musibah Terasa Ringan
1. Menunggu pahala dan ganjaran dari sisi Allah:
{Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.}
(QS. Az-Zumar: 10)
2. Melihat kepada orang lain yang mendapat musibah:
Seandainya bukan karena banyak orang di sekitarku yang menangisi
saudara-saudara mereka, pastilah aku akan bunuh diri.
Menolehlah ke kanan dan ke kiri. Apakah yang Anda lihat di sekeliling
hanya orang-orang yang tertimpa musibah dan ujian semua? Seperti itulah.
Di setiap hamparan lembah selalu saja ada Bani Sa'd.
3. Musibah yang menimpa diri Anda itu jauh lebih ringan dibandingkan
dengan yang menimpa orang lain.
4. Musibah itu menimpa hal-hal yang berkaitan dengan dunia saja,
bukan agama.
5. Melakukan ubudiyah dalam sebuah kepasrahan pada saat-saat
tertekan terkadang lebih agung dibandingkan dengan yang dilakukan pada
saat-saat bahagia.
6. Tidak ada siasat untuk menghindarkan musibah:
Tak usahlah berkilah untuk menghindarinya, karena berkilah untuk
menghindar hanyalah menghentikan berkilah itu sendiri.

La Tahzan 114        

Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain
{Dan, bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka, berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.}
(QS. Al-Baqarah: 148)
{Dan, Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat.}
(QS. Al-An'am: 165)
{Sungguh, tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).}
(QS. Al-Baqarah: 60)
Setiap manusia memiliki kelebihan, potensi dan bakat masing-masing.
Dan, salah satu keagungan Rasulullah adalah kemampuannya untuk
menempatkan setiap sahabatnya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
kesiapan mereka masing-masing. Ali misalnya, ditempatkan pada posisi
kehakiman, Mu'adz dalam masalah keilmuan, Ubay yang menyangkut alQur'an,
Zaid dalam masalah Faraidh, Khalid ibn Walid dalam persoalan jihad,
Hassan dalam masalah syair, dan Qais ibn Tsabit dalam orasi.
Menempatkan parfum di tempat pedang tentu sangat berbahaya
sebagaimana pedang kala ditempatkan di tempat parfum.
Larut dalam kepribadian orang lain pada hakikatnya adalah bunuh diri. Memakai
baju kepribadian orang lain adalah sebuah pembunuhan yang direncanakan.
Salah satu tanda kebesaran Allah adalah perbedaan sifat yang ada
pada manusia dan karakter yang mereka miliki, serta perbedaan bahasa
dan warna kulit mereka. Abu Bakar dengan kelembutan dan wataknya
yang pengasih telah memberikan manfaat bagi umat dan agama. Umar dengan
sikapnya yang keras dan keteguhannya telah membangkitkan Islam dan
pemeluknya. Artinya, menerima dengan penuh kerelaan pemberian yang
ada pada diri Anda, merupakan karunia. Oleh sebab itu, kembangkanlah,
tumbuhkanlah, dan dapatkanlah manfaat darinya.
{Allah, tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.}
(QS. Al-Baqarah: 286)
Taklid buta dan terlalu mudah melebur ke dalam kepribadian orang
lain merupakan penguburan hidup-hidup terhadap bakat yang Allah berikan,
pembunuhan terhadap kemauan, dan penghancuran sistem terhadap
karakter penciptaan manusia itu sendiri.

La Tahzan 115

'Uzlah dan Dampak Positifnya
Yang saya maksudkan dengan 'uzlah (pengasingan diri) di sini adalah
ber-uzlah dari segala bentuk kejahatan, dan kemubahan yang berlebihan.
Ber-'uzlah seperti ini akan membuat dada menjadi lapang dan mengikis semua
kesedihan.
Ibnu Taimiyyah mengatakan, "Ada keharusan bagi hamba untuk
melakukan 'uzlah agar dapat beribadah kepada Allah, berdzikir kepadaNya,
membaca ayat-ayat-Nya, melakukan muhasabah terhadap dirinya,
berdoa kepada-Nya, meminta ampunan-Nya, menjauhi tindakan-tindakan
yang jelek, dan lain sebagainya.
Dalam Shaidul Khathir, Ibnu al-Jauzi telah menuliskan tiga pasal, yang
ringkasannya demikian: "Saya tidak melihat dan mendengar manfaat yang
lebih besar daripada 'uzlah. Karena 'uzlah adalah sebuah ketenangan, sebuah
keagungan, sebuah kemuliaan, sebuah tindakan untuk menjauhkan diri dari
keburukan dan kejahatan, sebuah kiat untuk menjaga kehormatan dan waktu,
sebuah cara untuk menjaga usia, sebuah tindakan untuk menjauhkan diri
dari orang-orang yang mendengki, sebuah perenungan tentang akhirat, sebuah
persiapan untuk bertemu Allah, sebuah pemusatan jiwa raga untuk melakukan
ketaatan, sebuah pemberdayaan nalar terhadap hal-hal yang bermanfaat, dan
sebuah eksplorasi terhadap nilai dan hukum dari nash-nash yang ada."
Arah pembicaraannya seperti yang dimaksudkan dalam kutipan di atas.
Karena yang tertulis di sini adalah arti yang melalui penyuntingan.
Pada bahasan sebelumnya telah saya katakan bahwa dalam 'uzlah itu
terdapat sebuah kemuliaan yang hanya diketahui oleh Allah saja. Dalam
ber-'uzlah terjadi pengembangan daya berpikir, pencapaian pada sebuah hasil
pemikiran, penenangan kalbu, dan penyelamatan kehormatan. Di samping
itu, dalam ber-'uzlah ada banyak pahala yang didapatkan, ada usaha untuk
menjauhkan diri dari kemungkaran, ada pemberdayaan jiwa untuk selalu
melakukan ketaatan, ada waktu untuk mengingat Sang Maha Pengasih,
ada usaha untuk menjauhi hal-hal yang melenakan dan menyita waktu,
ada upaya untuk lari menjauh dari fitnah, ada usaha untuk menjauh dari
kepungan musuh, ada kesempatan untuk tidak mencela orang lain, ada
pemenuhan hak-hak, ada kesempatan untuk sembunyi dari orang yang
sombong, dan ada kesempatan untuk bersabar terhadap orang yang bodoh.
Dalam 'uzlah juga terdapat tabir untuk menutupi aurat: yakni aurat
berupa aurat lisan, kesalahan melangkah, penyimpangan pikiran, dan
kecenderungan jiwa yang jahat.

La Tahzan 116

'Uzlah merupakan hijab untuk menutupi wajah-wajah kebaikan,
cangkang untuk menyembunyikan mutiara-mutiara keutamaan, dan lengan
baju untuk membungkus tangan-tangan kebaikan. Alangkah indahnya ber'uzlah
dengan buku; karena orang akan dapat menambah usia, dapat
mengulur kematian, dapat meraih kenikmatan dalam kesendirian, dapat
mengembara menuju ketaatan, dan dapat berjalan-jalan dalam perenungan.
Dalam 'uzlah akan Anda dapatkan perenungan, penghayatan, tafakkur,
dan tadabbur.
Pada saat ber-'uzlah Anda akan dapat menyelami makna-makna,
menangkap butiran-butiran nilai, merenungkan tujuan-tujuan hidup, dan
membangun menara ide serta pemikiran.
Pada saat ber-'uzlah ruh berada dalam kegembiraan, hati berada dalam
kebahagiaan terbesar, dan nurani berada dalam perburuan nilai-nilai.
Jangan riya' pada waktu ber-'uzlah, sebab hanya Allah yang melihat
Anda. Dan, jangan perdengarkan pembicaraan Anda kepada sesama, sebab
hanya Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat yang mendengar.
Semua orang besar menyirami 'tanaman' kemuliaan mereka dengan
'air' 'uzlah sampai mereka bisa tegak berdiri. Selanjutnya, tumbuhlah pohon
keagungan mereka dan menghasilkan buahnya yang bisa dipetik setiap saat
dengan izin Rabb-nya.
Ali ibn Abdul Aziz al-Jurjani berkata,
"Mereka bilang padaku bahwa dalam dirimu ada kemurungan.
Sebenarnya mereka melihat seorang yang menjauhi sikap yang rendah.
Jika dikatakan, ada mata air, saya katakan saya telah melihatnya,
namunjiwa merdeka tahan terhadap rasa haus
Saya tidak menunaikan hak ilmu jika setiap kali aku melihat
sesuatu yang menggiurkan kujadikan dia tangga bagi diriku
Apakah aku akan melakukan itu kemudian aku memetik kehinaan?
Itu sama dengan mengikuti kebodohan yang demikian pasti.
Andaikata orang berilmu menjaganya dia pasti menjaga mereka.
Andaikata mengagungkannya di dalam jiwa pasti mereka diagungkan.
Namun mereka meremehkannya, maka hinalah mereka
mereka menggotorinya dengan ketamakan hingga dia bermuka masam."
Sementara itu Ahmad ibn Khalil al-Hanbali berkata,
"Siapa menginginkan kemuliaan dan ketenangan dari kesedihan
panjang melelahkan,
ia harus menyendiri dan rela dengan yang sedikit saja.
Bagaimana seseorang akanjadi bersih, jika ia hidup dari yang kotor.
Antara fitnah, celaan para penipu dan bujukan kata manis orangorang
pandir.
Di tengah-tengah para penghasut dan kekerdilan orang-orang kikir

La Tahzan 117

Ah, menyesal aku harus mengenal orang, menyesal harus mengenal
jalan hidupnya. "
Qadhi Ahmad ibn Abdul Aziz al-Jurjani berkata,
"Tak pernah kunikmati manisnya hidup hingga teman dudukku rumah
dan buku.
Tak ada yang lebih mulia daripada ilmu karenanya aku mencarinya
untuk teman akrab.
Kehinaan itu ada karena pergaulan, tinggalkanlah mereka dan
hiduplah dengan mulia."
Penyair yang lain berkata,
"Aku diam dalam kesendirian dan tinggal dalam rumahku,
ada rasa tentram, dan tumbuh berkembang kebahagiaanku.
Kuputuskan hubunganku dengan sesama, dan aku tidak peduli
apakah pasukan telah berangkat atau panglima telah menunggang
kudanya."
Al-Humaydi al-Muhaddats berkata,
Pertemuan dengan manusia tak akan mendatangkan faedah apa-apa,
kecuali hanya menambah pembicaraan yang tak tertata
Kurangilah intensitas bertemu dengan mereka
selain untuk menuntut ilmu atau melakukan kebaikan
Ibnu Faris berkata,
"Mereka berkata, bagaimana keadaanmu, kujawab, baik.
Satu kebutuhan terpenuhi dan yang lainnya tidak
Jika kesedihan telah menyesakkan dada
Saya katakan, semoga akan datang satu hari dengan bantuan
Temanku adalah kucingku, sahabat jiwaku adalah buku-buku
sedangkan kekasihku adalah lentera malam."
Siapa saja yang mencintai 'uzlah maka itu adalah kemuliaan baginya.
Untuk itu Anda dapat merujuk buku Al-'Uzlah karangan al-Khithabiy.
Jangan Bersedih Karena Tertimpa Kesulitan!
Kesulitan-kesulitan itu, sebenarnya, akan menguatkan hati,
menghapuskan dosa, menghancurkan rasa ujub, dan menguburkan rasa
sombong. Kesulitan-kesulitan itu; akan meluruhkan kelalaian, menyalakan
lentera dzikir, menarik empati sesama, menjadi doa yang dipanjatkan oleh
orang-orang yang salih, merupakan wujud ketundukan kepada tiran,
merupakan sebuah penyerahan diri kepada Dzat Yang Esa, merupakan sebuah
peringatan dini, sebuah upaya untuk menghidupkan dzikir, merupakan upaya
untuk menjaga hati dengan bersabar, merupakan persiapan untuk menghadap
Sang Tuan, dan sebuah sentilan untuk tidak cenderung pada dunia, merasa

La Tahzan 118

aman dan tenang dengannya. Karena kelembutan yang tersembunyi itu jauh
lebih besar, dosa yang ditutupi itu jauh lebih besar, dan kesalahan yang
dimaafkan juga jauh lebih besar.
Rehat
Jangan bersedih, karena kesedihan hanya akan membuatmu lemah
dalam beribadah, membuatmu malas untuk berjihad, membuatmu putus
harapan, menggiringmu untuk berburuk sangka, dan menenggelamkanmu
ke dalam pesimisme.
Jangan bersedih, sebab rasa sedih dan gundah adalah akar penyakit
jiwa, sumber penyakit syaraf, penghancur jiwa, dan penebar keraguan dan
kebingungan.
Jangan bersedih, karena ada al-Qur'an, ada doa, ada shalat, ada
sedekah, ada perbuatan baik, dan ada amalan yang memberikan manfaat.
Jangan bersedih, dan jangan pernah menyerah kepada kesedihan
dengan tidak melakukan aktivitas. Shalatlah ... bertasbihlah ... bacalah ...
menulislah ... bekerjalah ... terimalah tamu ... bersilaturrahmilah ... dan
merenunglah.
Allah berfirman,
{Dan, Rabb-mu berfirman: "Berdoalah kamu kepada-Ku, niscaya akan Aku
perkenankan bagimu."}
(QS. Al-Muvmin: 60)
{Berdoalah kamu kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.}
(QS. Al-A'raf: 55)
{Maka, sembahlah Allah dengan memumikan ibadah kepada-Nya.}
(QS. Al-Mu'minun: 14)
{Katakanlah: "Serulah Allah dengan seruan Ar-Rahman. Dengan noma mana
saja yang kamu seru, Dia mempunyai al-asma' al-husna (nama-nama yang
terbaik)."}
(QS. Al-Isra' : 110)

La Tahzan 119

Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia

1. Sadarilah bahwa jika Anda tidak hidup hanya dalam batasan hari
ini saja, maka akan terpecahlah pikiran Anda, akan kacau semua urusan,
dan akan semakin menggunung kesedihan dan kegundahan diri Anda.
Inilah makna sabda Rasulullah: "Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore; dan
jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi."
2. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian
yang terpaku pada yang telah lewat dan selesai merupakan kebodohan dan
kegilaan.
3. Jangan menyibukkan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada
di alam gaib. Jangan pikirkan hingga ia datang dengan sendirinya.
4. Jangan mudah terguncang oleh kritikan. Jadilah orang yang teguh
pendirian, dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri
Anda setara dengan kritikan tersebut.
5. Beriman kepada Allah, dan beramal salih adalah kehidupan yang
baik dan bahagia.
6. Barangsiapa menginginkan ketenangan, keteduhan, dan
kesenangan, maka dia harus berdzikir kepada Allah.
7. Hamba harus menyadari bahwa segala sesuatu berdasarkan
ketentuan qadha' dan qadar.
8. Jangan menunggu terima kasih dari orang lain.
9. Persiapkan diri Anda untuk menerima kemungkinan terburuk.
10. Kemungkinan yang terjadi itu ada baiknya untuk diri Anda.
11. Semua qadha' bagi seorang muslim baik adanya.
12. Berpikirlah tentang nikmat, lalu bersyukurlah.
13. Anda dengan semua yang ada pada diri Anda sudah lebih banyak
daripada yang dimiliki orang lain.
14. Yakinlah, dari waktu ke waktu selalu saja ada jalan keluar.
15. Yakinlah, dengan musibah hati akan tergerak untuk berdoa.
16. Musibah itu akan menajamkan nurani dan menguatkan hati.
17. Sesungguhnya setelah kesulitan itu akan ada kemudahan.
18. Jangan pernah hancur hanya karena perkara-perkara yang sepele.
19. Sesungguhnya Rabb itu Maha Luas ampunan-Nya.


La Tahzan 120



La Tahzan 121



La Tahzan 122



La Tahzan 123




La Tahzan 124



La Tahzan 125



La Tahzan 126



La Tahzan 127





LadingEmas27@gmail.com

No comments:

Post a Comment