Friday, October 30, 2009

Dengki itu memakan...

Rasulullah saw bersabda, "Hindarilah dengki kerana dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan (menghancurkan) kayu bakar." (HR Abu Daud).

Dengki (hasad), mengikut Imam Al-Ghazali adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu.

Dengki boleh merayap ke dalam hati orang yang merasai :

1. Kalah dalam kewibawaan

2. Kalah dalam populariti

3. Kalah dalam pengaruh

4. Kalah dalam jumlah pengikut

Yang didengki tentulah pihak yang dianggapnya mempunyai kelebihan dalam hal kewibawaan, polulariti, pengaruh dan jumlah pengikut.

Tidak mungkin seseorang merasa irihati kepada orang yang dianggapnya lebih "kecil" atau lebih "lemah". Sebuah pepatah Arab mengatakan, "Setiap yang mendapat kenikmatan pasti didengki".

Hadits di atas menegaskan kepada kita bahwa dengki itu merugikan. Yang rugi bukanlah orang yang didengki melainkan si pendengki itu sendiri.

Di antara makna memakan kebaikan, seperti yang disebutkan dalam hadits di atas, dijelaskan dalam kitab `Aunul Ma'bud, "Memusnahkan dan menghilangkan (nilai) ketaatan pendengki sebagaimana api membakar kayu bakar. Ini adalah kerana kedengkian akan membawa pengidapnya memburuk-burukkan orang yang didengki serta perbuatan buruk lainnya. Maka berpindahlah kebaikan si pendengki itu kepada kehormatan orang yang didengki. Maka bertambahlah pada orang yang didengki kenikmatan demi kenikmatan sedangkan si pendengki bertambah kerugian demi kerugian".

Hilangnya pahala hanyalah salah satu bentuk kerugian kepada pendengki. Masih banyak kebaikan-kebaikan atau peluang-peluang kebaikan yang akan hilang dari pendengki, di antaranya ialah :

Pertama, mengalami kekalahan dalam perjuangan.

Orang yang dengki perilakunya sering tidak dapat dikendalikan dengan baik. Dia boleh terjebak dalam tindakan :

a. Merosakkan nama baik orang yang didengkinya

b. Merendahkan kewibawaan orang yang didengkinya

c. Menghinakan orang yang didengkinya

Dengan cara seperti di atas, ia membayangkan bahawa ia akan merosakkan citra, kredibiliti dan daya tarik orang yang didengkinya dan dalam masa yang sama mengangkat citra, nama baik dan kredibiliti pihaknya.

Namun kehendak Allah tidaklah demikian. Rasulullah saw bersabda:

Dari Jabir dan Abu Ayyub Al-Anshari, mereka mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Tidak ada seorang pun yang menghinakan seorang muslim di satu tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirosakkan kehormatannya melainkan Allah akan menghinakan orang (yang menghina) itu di tempat yang ia inginkan pertolongan- Nya. Dan tidak seorang pun yang membela seorang muslim di tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirosakkan kehormatannya melainkan Allah akan membela orang (yang membela) itu di tempat yang ia menginginkan pembelaan-Nya. " (HR Ahmad, Abu Dawud dan Ath-Thabrani)

Kedua, meruntuhkan kredibiliti.

Ketika seseorang melampiaskan kebencian dan kedengkian dengan melakukan propaganda busuk, hasutan dan usaha menjatuhkan pihak lain, jangan kita berangan bahwa semua orang akan terpengaruh olehnya.
Yang terpengaruh hanyalah orang-orang yang :

a. Tidak membuka mata terhadap realiti

b. Tidak dapat berfikir secara objektif
c. Memang sudah "satu frekuensi" dengan si pendengki.

Namun ramai pula yang mencuba untuk :

1. Melakukan "Tabayyun"

2. Mencari informasi perbandingan

3. Berusaha berfikir secara objektif

Semakin hebat gempuran kedengkian dan kebencian itu, bagi orang yang berfikir secara objektif justeru ia akan semakin mengenal kebusukan hati si pendengki.

Orang yang memiliki hati nurani ternyata tidak akan senang dengan fitnah atau isu murahan. Di mata mereka, orang-orang yang bermental kerdil itu tidaklah akan mendapat simpati dan tidak akan mengundang sikap berpihak kepadanya.

Orang yang banyak melakukan provokasi dan hanya merendah-rendahkan pihak lain juga akan terlihat di mata orang ramai sebagai orang yang tidak mempunyai program dalam hidupnya.

Dia keluar sebagai orang yang tidak dapat menampilkan sesuatu yang positif untuk "dijual". Maka jalan pintasnya adalah mengorek-ngorek apa yang ia anggap sebagai kesalahan. Bahkan di mata pendengki, sesuatu yang baik boleh dibuat silap mata atau digambarkannya menjadi keburukan. Adakah orang yang sehat akalnya sanggup menggunakan cara-cara seperti ini?

Ketiga, mencukur gondol agama.

Rasulullah saw bersabda, "Menjalar kepada kamu penyakit umat-umat (terdahulu): kedengkian dan kebencian. Itulah penyakit yang akan mencukur gondol. Aku tidak mengatakan bahwa penyakit itu mencukur rambut, melainkan mencukur agama." (HR At-Tirmidzi)

Islam adalah rahmat bagi sekelian alam. Namun Islam yang dibawa oleh orang yang di dadanya memendam rasa kedengkian tidak akan dapat dirasakan rahmatnya oleh orang lain.

Bahkan pendengki itu tidak mampu :

1. Untuk sekadar mengukir senyuman

2. Mengucapkan kata-kata `selamat'

3. Melambaikan tangan kepada saudaranya yang mendapat kejayaan, baik dalam urusan dunia mahupun yang berkait dengan kejayaan dalam perjuangan.

4. Apatah lagi untuk membantu dan mendukung saudaranya yang mendapat kejayaan tersebut.
Oleh yang demikian, Islam yang dibawanya tidak produktif dengan kebaikan atau dengan kata-kata lain "Islam Gondol".

Keempat, menyerupai orang munafik.

Perilaku dan sikap pendengki adalah mirip dengan perilaku orang-orang munafik. Di antara perilaku orang munafik adalah selalu suka mencerca dan mencaci apa yang dilakukan orang lain terutama yang didengkinya.

Jangankan yang nampak buruk, yang memang ternyata baik pun akan dikecam dan dianggap buruk.

Allah swt. menggambarkan perilaku ini sebagai perilaku orang munafik.

Abi Mas'ud Al-Anshari (semoga Allah meridhainya) mengatakan, ketika turun ayat tentang infaq, para sahabat mulai memberikan infaq. Ketika ada orang muslim yang memberi infaq dalam jumlah besar, orang-orang munafik mengatakan bahwa dia riya. Dan ketika ada orang muslim yang berinfak dalam jumlah kecil, mereka mengatakan bahwa Allah tidak memerlukan dengan infak yang kecil itu. Maka turunlah ayat 79 surah At-Taubah. (HR Bukhari dan Muslim)

Benarlah ungkapan seorang ulama salaf : "Pendengki tidak akan pernah mendapat kejayaan".

Kelima, tidak mampu memperbaiki diri sendiri.

Orang yang dengki, apabila ia mengalami kekalahan dan kegagalan dalam perjuangan cenderung untuk mencari-cari kambing hitam. Ia menuduh pihak luar sebagai punca kegagalan dan bukannya melakukan muhasabah diri (introspeksi) .

Semakin ia larut dalam mencari-cari kesalahan pihak lain, akan semakin habis waktunya dan semakin terbuang potensinya hingga tidak mampu memperbaiki diri. Tentu sahaja sikap ini hanya akan menambahkan kejatuhan harga dirinya dan sama sekali tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun untuk mewujudkan kemenangan yang didambakannya.

Keenam, membuatnya gelap mata dan tidak dapat melihat kebenaran.

Dengki membuatkan pengidapnya tidak dapat melihat kelemahan dan kekurangan diri sendiri serta tidak dapat melihat kelebihan pada pihak lain. Akibatnya, jalan kebenaran yang terang benderang menjadi kelam dek tertutup oleh mega kedengkian.

Apa pun yang dikatakan, apa pun yang dilakukan dan apa pun yang datang dari orang yang dibenci dan didengkinya adalah salah dan tidak baik.

Akhirnya, dia tidak dapat melaksanakan perintah Allah swt sebagaimana yang disebutkan dalam ayat, "Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal." (QS Az-Zumar : 18)

Ketujuh, membebani diri sendiri.

Orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh irihati dan dengki, hidupnya menanggung beban berat yang tidak sepatutnya.

Bayangkan, setiap kali melihat orang yang didengkinya dengan segala kejayaannya,

1. Mukanya akan menjadi merah padam

2. Lidahnya akan mengeluarkan sumpah seranah

3. Bibirnya berat untuk tersenyum

4. Hatinya akan semakin penuh dengan dengki, marah, benci, curiga, kesal, kecewa, resah dan perasaan-perasaan negatif lainnya.

Nikmatkah kehidupan yang penuh dengan perasaan di atas? Tentu sahaja ianya cukup menyesakkan. Dalam bahasa Al-Qur'an ianya seumpama bumi yang luas ini dirasakan sempit.

Sepertimana sebuah penyakit, kalau ianya dipelihara dan dibiarkan tanpa rawatan, ia akan mendatangkan penyakit lainnya. Demikian juga penyakit hati yang bernama irihati atau dengki. Bila ianya tidak dihilangkan, ia akan mengundang penyakit-penyakit lainnya.

Maha Benarlah Allah swt yang telah berfirman, "Di dalam hati mereka ada penyakit maka Allah tambahkan kepada mereka penyakit (lainnya)." (QS Al-Baqarah : 10)

Betapa sukarnya kita menghimpunkan kebaikan dan meraih kejayaan. Maka oleh sebab itu, janganlah dipersia-siakan dengan membiarkan dengki menguasai hati kita. Marilah kita berlumba-lumba dalam membuat kebaikan dan taqwa dan janganlah kita berlumba-lumba dalam membuat kejahatan dan permusuhan.

Ya Allah, kami berlindung kepadaMu terhadap penghapusan pahala amal-amal kami disebabkan oleh sifat dengki yang merayap dan menjalar ke dalam saluran darah dan denyutan nadi kami. Bersihkanlah hati kami dari perasaan irihati terhadap sesama saudara muslim samada yang masih hidup atau yang telah pergi menemuiMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen

Wallahu 'Alam


Lading_Emas

No comments:

Post a Comment